Kehidupan saya dahulu bukan hanya seorang yang
sombong tapi saya juga seorang yang suka mempermainkan hati wanita. Berpacaran
dengan dua atau tiga wanita sekaligus pada saat atau waktu bersamaan sudah
biasa bagi saya.
Selain itu saya adalah peminum berat, mulai dari minuman
oplosan seperti yang sekarang sedang populer lagi hingga minuman alkohol yang bermerk dan minum
bir. Dunia malam itu paketnya: wanita,
minum, berjudi, atau narkoba. Untunglah saya tidak sampai terjerumus pada
kecanduan narkoba. Berjudi pernah masuk
juga dalam hidup saya, bergadang berhari-hari hanya untuk mengadu nasib dan
mencari kesenangan melalui judi dan minum! Selain itu saya juga seorang perokok
yang sudah termasuk pecandu berat. Saya biasa merokok dua bungkus rokok kretek per hari dan bisa lebih dari itu apabila
menghisap rokok filter yang lebih ringan. Tidak ada dalam benak saya untuk
berhenti dari semua hal buruk diatas, semuanya terjadi begitu saja tanpa ada
indikasi untuk berubah.
Keajaiban terjadi setelah atas penentuan Tuhan, saya dan Ninda isteri saya terdampar di Bangkok. Menurut rencana yang semula
kami akan merantau ke USA. Sekarang kami menyadari bahwa kehidupan saya dan isteri saya ditata dan dibentuk Tuhan satu demi satu
dengan cara-Nya. Saya tidak tahu pasti apa jadinya kami sekarang seandainya
kami waktu itu lari dari rencana Tuhan. Mungkin saja keadaan kami bisa lebih
buruk dari pada waktu itu.
Proses pertama adalah mengikis kesombongan. Saya
sangat yakin pada waktu itu dengan kemampuan saya sebagai salah seorang “IBM Certified
System Engineer” yang diakui diseluruh dunia. IBM adalah salah satu raksasa produsen komputer terhebat
di dunia pada waktu itu, namun di mata
Tuhan itu tidak ada apa-apanya. Dalam proses Tuhan yang pertama atas diri saya
di Bangkok, semua sertifikat dan keahlian yang saya banggakan ternyata tidak
dihargai! Dapat dibayangkan betapa sedihnya
saya. Saya hancur dan saya harus mulai
dari nol. Zero. Inilah proses “zeroing”.
Saya harus belajar merangkak lagi dari
awal! Meskipun prosesnya berat dan
menyakitkan, namun saya memegang janji firman Tuhan yang terdapat di dalam Roma
8:28 yang berbunyi, “Kita tahu sekarang,
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah.” Saya menangkap satu hal disini, pada saat saya taat dan
mengikuti proses Tuhan, dengan perlahan tetapi pasti Tuhan membalut kesedihan
hati saya dengan sukacita. Walaupun saya harus belajar merangkak dari nol untuk
karir saya, perubahan yang terjadi dalam diri saya adalah hilangnya kesombongan
digantikan dengan kerendahan hati, sambil mengalami damai sejahtera dan sukacita.
Tidak mudah proses “zeroing” ini,
namun Tuhan membalut hati saya dengan kasih-Nya sehingga saya tidak berpikir
lagi untuk merantau ke Amerika.
Proses kedua adalah mengikis keangkuhan dan keras
kepala. Saya dan isteri memiliki latar belakang dan sifat yang hampir sama.
Saya adalah pribadi yang mandiri, sangat terbiasa dengan perencanaan dan
pengambilan keputusan, baik di dalam keluarga maupun di kantor. Saya
menginginkan segala sesuatu terkontrol bahkan bila perlu ada backup plan. Saya egois dan otoriter, tidak
mau mendengar pendapat orang lain, dan cemburu buta. Aneh juga ya, saya yang terbiasa
mempermainkan hati wanita, malahan sangat cemburuan. Mungkin ini terjadi karena
saya khawatir apa yang dahulu saya tabur dengan para pacar wanita di sekeliling
saya akan berbalas “tuaian”, sehingga saya akan diduakan atau ditigakan isteri saya. Namun kekhawatiran saya tidak pernah
terjadi. Isteri saya setia. Kondisi ini
diperparah dengan sifat keras kepala yang kami miliki. Amarah saya meledak-ledak
begitu mudahnya saat emosi sehingga saya sering lepas kendali. Bukan hanya perkataan
kasar, tetapi tangan dan kaki ikut terlibat. Sering sekali hanya karena
perbedaan pendapat atau masalah kecil kami bisa ribut besar. Saya suka
mengungkit kesalahan-kesalahan masa lalu isteri saya dan selalu berfikir negatif. Tidak pernah
hal yang baik terlintas dalam benak saya, namun selalu berpikir yang negatif
atau yang jelek-jelek. Begitu seringnya kami bertengkar sehingga pada suatu
saat saya merasa capek dengan semua ini. Saya mulai berdoa minta ampun atas
segala dosa-dosa saya dan mohon petunjuk Tuhan Yesus bagaimana mengakhiri semua
ini.
Pada tahap berikutnya saya diajar Tuhan untuk
"mengendalikan diri dan diam". Suatu hari saya terima hikmat Tuhan
untuk mohon ampun dan diam dalam setiap perselisihan dan saya lakukan. Pada
awalnya isteri saya tidak bisa menerima
semua itu, dia semakin geram. Saya masih ingat apa yang ia katakan dengan
reaksi saya. ‘Jangan kamu pikir masalah kita selesai dengan kamu diam!!! Jangan hanya gampang say sorry. Ayo ngomong dan selesaikan masalah kita!!!’
Tidak mudah pada awalnya, tetapi saya mau taat kepada
Tuhan. Diam. Kemudian mukjizat Tuhan yang saya alami adalah sekalipun saya
dicaci maki saya tidak merasa panas hati.
Emosi saya tidak terpancing! Bahkan dalam hati saya merasakan ada
kesedihan yang mendalam dan kasih kepada isteri mulai timbul. Dengan sabar saya menunggu
hingga amarahnya mereda, dan barulah saya berbicara menjelaskan dengan
perkataan lemah lembut. Hari demi hari, minggu demi minggu, hingga bulan demi
bulan kami jalani, perlahan tetapi pasti, ada perubahan hidup, ada kasih,
sukacita, dan damai sejahtera mulai
mengalir di dalam keluarga kami.
Saya bersyukur dan terus berdoa untuk isteri yang saya kasihi, Ninda. Hingga beberapa tahun
kemudian oleh karena kasih anugerah Tuhan Yesus, hati isteri sayapun dijamah Tuhan dan dipulihkan. Dia
sungguh-sungguh mau mengampuni saya dan bahkan pada ibadah raya di gereja Tuhan
menaruh cinta kasih yang luar biasa di dalam diri Ninda untuk saya dan ia
sampaikan langsung kepada saya waktu itu. Puji Tuhan Yesus! Kami akhirnya
dipulihkan. Dalam perjalanan hidup kami selanjutnya Tuhan membuka jalan untuk
meneguhkan pemberkatan pernikahan kami menjadi pernikahan yang kudus di mata
Tuhan dengan saksi Hamba Tuhan dan jemaat Tuhan Yesus.
Proses Tuhan atas hidup kami belum selesai. Berikutnya
Tuhan Yesus memangkas hal-hal yang tidak baik bahkan yang dapat barakibat buruk
bagi hidup saya. Ketergantungan minum minuman keras dan merokok! Tanpa saya sadari, keajaiban
terjadi pada saat saya diproses untuk mengeliminasi sifat saya yang keras
kepala dan angkuh, yang namanya keinginan untuk minum itu hilang seketika,
tanpa saya sadari! Sudah tidak lagi ada
lagi kenikmatan dan keinginan untuk minum minuman keras, sekalipun hanya minum
bir. Semua stop. Bayangkan, Bangkok dikenal sebagai surganya laki-laki, kota
dimana banyak wanita penghibur ditawarkan dimana-mana dan segala tempat hiburan
buka siang dan malam. Pub dan club malam menawarkan tempat minum yang menarik,
didampingi para wanita-wanita cantik. Minuman
keras dijual dimana-mana. Sungguh berat untuk seorang peminum dapat berhenti
dengan mudah apabila tinggal di Bangkok. Namun sama sekali berbeda dengan
saya. Ketergantungan saya dengan minuman
keras bahkan sudah Tuhan selesaikan sebelum saya doakan. Tuhan Yesus sungguh luar
biasa. Haleluya!
Hal ini berbeda dengan ketergantungan saya yang satu
ini: merokok! Saya diproses habis! Berawal dari doa pengerja yang kami ikuti
setiap Jum'at. Kami berdua sangat senang mengikuti doa pengerja. Roh Tuhan berkobar-kobar dalam hati dan jiwa
kami. Bahkan di saat kerja kami sering
tidak sabar menunggu datangnya hari Jum'at. Pada saat itu kami sudah melayani
dalam Doa Syafaat dan PPW (Pray, Praise, and Worship). Bukan kami yang meminta pelayanan ini, tetapi kami ditunjuk melayani di gereja.
Sebenarnya saya dan isteri sepakat untuk
tidak melayani di atas mimbar dahulu. Kami menghadap kepada founder gereja di Bangkok untuk tidak
melayani di atas mimbar dahulu karena kami menyadari bahwa kami masih dalam
proses "pembenahan diri", dan belum layak untuk melayani di atas
mimbar. Kami bersedia melayani mulai dari membantu menata ini itu untuk ibadah
raya seperti mengangkat dan menata kursi, menyiapkan kabel-kabel listrik, sound
system, dan lain-lain. Saya senang dan
mengerjakannya dengan sukacita. Tetapi jawaban dari founder gereja ini diluar dugaan kami, katanya: "Bapak
dan Ibu tetap melayani di atas mimbar karena saya sudah berdoa dan Tuhan
menunjukkan bahwa ada api yang berkobar-kobar dalam hati Bapak dan Ibu." Luar
biasa, itu sama persis dengan apa yang kami rasakan. Konfirmasi ini membuat
kami berdua semakin "hot"
dengan Tuhan.
Tetapi melalui doa pengerja ini saya diproses Tuhan
untuk berhenti merokok! Seperti biasa
Jum'at malam itu kami berkumpul dan berdoa bersama. Entah bagaimana terjadinya,
bungkus rokok saya keluar dan jatuh di dekat saya duduk. Hal ini terlihat oleh
Pendeta yang bertugas malam itu. Alamak! Saya ditegur dan dimarahi
habis-habisan oleh Pendeta itu. Bukan
hanya itu saja, saya juga diskors dari
pelayanan mimbar. Anehnya, saya tidak marah, tidak merasa sakit hati, dan tidak
emosional. Bahkan Tuhan membalut hati saya. Dalam penundukan diri saya tetap
diam, menerima semua hukuman skors dan meminta ampun kepada Tuhan.
Tetapi sebaliknya para panatua di gereja marah dan
ingin memanggil Pendeta dan menegurnya karena menurut mereka bukan begitu
caranya menegur. Jikalau mau menegur dan marah, Pendeta itu harus melakukannya
secara pribadi, tidak di depan umum. Bahkan salah satu panatua berpikir, ‘Wah
keluarga ini pasti keluar dari gereja, pasti keluar!’ Tetapi saya meyakinkan
mereka bahwa saya menerima teguran dan akan saya jalani hukuman skorsing. Hanya
waktu itu isteri saya meminta agar kami
tetap bisa mengikuti doa pengerja setiap hari Jum'at malam. Puji Tuhan, founder
dan panatua mengijinkan kami hadir!
Apakah saya berhenti merokok setelah peristiwa malam
itu? Jawabnya, tidak! Beberapa waktu kemudian sekitar pertengahan tahun 2007
dibantu bapak pendeta yang menjadi gembala terlama selama saya di Bangkok dan perhatian
dan supportnya yang sungguh-sungguh kepada saya, akhirnya saya dapat terbebas
dari ikatan merokok hingga saat ini.
Puji syukur kepada Tuhan semua proses perubahan ini
terjadi hanya oleh karena kasih anugerah Tuhan Yesus kepada saya dan isteri.
Kesaksian kami belum berhenti sampai disini karena hingga saat ini kami masih
terus mengalami proses perubahan.”
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN http://pentas-kesaksian.blogspot.com