Search This Blog

Thursday, February 13, 2014

Kisah Pembentukan Tuhan : Nadira Story

Ini adalah kisah kesaksian tentang Nadira  (nama samaran) yang mengalami proses pembentukan dari Tuhan. Ketika ia dan suaminya memutuskan untuk menerima dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka, ia dan suaminya ditodong pistol oleh pamannya, seorang tokoh terkemuka di negeri ini, agar kembali ke agama mereka yang lama.

Untunglah mereka diselamatkan keluarganya, dibiarkan hidup dan diusir dari keluarga besar mereka. Pada awalnya Nadira  menyukai kehidupan kekristenan. Ia  memuji dan menyembah Tuhan di gereja besar dengan sukacita dan sorak-sorai sementara kedua tangannya terangkat dengan  gelang dan cincin berlian atau perhiasan mewah yang “branded” berkilau-kilauan terlihat banyak orang. Gaunnya bermerek, tasnya berharga ratusan juta, sepatunya bernilai puluhan juta. Pada awal kekristenannya, Nadira bangga dengan hal ini, sehingga ia mau saja tampil di Wolipop memamerkan gaya hidup dan koleksi tas dan sepatunya. Padahal sebelumnya Nadira mungkin harus menyembunyikan kecantikannya dan kemewahannya dalam gaun tertutup gaya Timur Tengah.

Setelah pertobatannya, mereka sekeluarga berjemaat di gereja karismatik yang dipenuhi ratusan orang. Namun ia dan keluarganya merasakan kehidupan rohani yang datar. Apakah kekristenan itu hanya begini-begini saja? Apakah iman yang dipertahankan dengan menyabung nyawa di bawah todongan pistol hanya menghasilkan kehidupan rohani yang biasa-biasa saja? Ia biasa hidup mewah, bergaul di kalangan sosialita dan selebritis, pesta di hotel-hotel mewah,  naik turun mobil mewah, tetapi hati mereka terasa hampa. Ada holy discontent atau perasaan tak nyaman dan kegelisahan yang dari Tuhan di hati mereka. Mereka menyadari ada yang salah dengan kekristenan yang suam-suam kuku seperti itu, kekristenan yang masih penuh kedagingan, kekristenan yang terasa dangkal, kekristenan yang hanya memburu kemakmuran dan kepuasan diri sendiri. 

Lebih dari 10 tahun lalu Nadira  memiliki butik mewah ini. Bisnis ini berjalan dengan baik, hingga suatu hari Nadira ditipu orang Kristen sebesar beberapa milyard rupiah, ketika uang rupiah jauh lebih berharga daripada sekarang. Keadaan bertambah buruk ketika bisnis suaminya juga  macet pada saat itu. Mereka mengalami apa artinya hidup dengan keuangan terbatas. Mulailah Nadira  dan suaminya masuk ke dalam proses “zeroing”, proses pengosongan diri, proses kehilangan segala pegangan yang mengandalkan kekuatan sendiri.

Mereka menghadapi situasi yang tampak tak berpengharapan (hopeless). Mereka seperti menghadapi tembok Yerikho.  Namun Roh Kudus selalu mengingatkan bahwa saat orang yang takut akan Allah menghadapi situasi tak berpengharapan, itu adalah saat paling tepat Allah akan menampakkan diri dan memberi pertolongan. Ketika Adam dan Hawa menghadapi keadaan tak berpengharapan setelah jatuh dalam dosa, mereka mendapatkan janji bahwa keturunan Hawa akan membebaskan dosa manusia. Ketika Abraham dan Sara terlalu tua untuk mendapatkan anak, Tuhan menepati janji-Nya dan memberi mereka anak perjanjian, Ishak. Ketika Yusuf dilemparkan ke dalam sebuah sumur, keadaannya seperti tak berpengharapan,  namun Tuhan menyertai Yusuf hingga mendudukkan Yusuf sebagai penguasa di Mesir di bawah Firaun. Ketika Musa dan bangsa Israel menghadapi Laut Merah dan pasukan Mesir yang dipimpin Firaun mengejar bangsa Israel, mereka terjepit dan tampaknya tidak berpengharapan, namun Tuhan membelah Laut Merah dan menyelamatkan bangsa Israel dari kejaran pasukan Mesir dan Firaun. Ketika Yosua dan bangsa Israel menghadapi Tembok Yerikho yang sangat tinggi dan kokoh, mereka sepertinya menghadapi tembok kemustahilan,  namun Allah meruntuhkan tembok itu, dan bangsa Israel merebut kota Yerikho dengan mudah. Ketika Saul dan bangsa Israel menghadapi Goliat, tampaknya mereka menghadapi kondisi tak berpengharapan, namun Daud yang disertai Tuhan mengalahkan raksasa Goliat.  Situasi tak berpengharapan itu dapat berupa sakit penyakit, kehilangan orang yang dikasihi, perceraian, kecanduan narkoba, kebangkrutan bisnis, PHK, atau apapun. Di saat anda tidak dapat jatuh lebih dalam lagi, saat anda di dasar keterpurukan, itulah saatnya anda dapat percaya bahwa pertolongan Allah tidak pernah datang terlambat.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Only God can turn a mess into a message, a test into a testimony,
a trial into a triumph, a victim into a victory.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika keadaan keuangan keluarga Nadira sangat sulit, para satpam yang menjaga rumahnya dan sopirnya dengan sangat terpaksa harus diberhentikan. Bukan hanya itu saja. Mereka harus menjual mobil-mobil mewah mereka. Nadira  pernah berdoa, “Tuhan, kalaupun aku harus naik kendaraan umum, jangan dong saya harus naik bis karena saya biasa pakai sepatu “high heels”, takut keseleo di bis atau terperosok masuk ke celah antara bis dan halte. Kalaupun saya naik taksi, ijinkanlah saya naik taksi yang berwarna hitam, jangan yang berwarna lain karena biasanya yang warna lain itu berbau asap rokok dan saya tidak tahan.” Nadira  harus belajar tidak menggunakan kartu kredit sama sekali karena tagihan kartu kredit yang terlambat dibayar telah membuat mereka dikejar-kejar “debt collector”. Ia mengalami pemadaman listrik di rumahnya selama sebulan setelah listrik diputus PLN karena terlambat membayarnya. Selama masa keterpurukan ini, apakah ada orang-orang Kristen yang menolong mereka? Tidak ada! Apakah ada gereja yang menolong mereka? Tidak ada! Ia membandingkan, ayah ibunya jauh lebih murah hati kepada sesamanya daripada orang-orang Kristen yang mempunyai jaminan keselamatan kekal ini. Ayah ibunya tidak akan pernah membiarkan orang-orang kesusahan yang  datang ke rumah mereka  pulang dengan tangan hampa. Ayah ibunya tidak mengenal kasih tak bersyarat, tidak mengenal kasih karunia, tidak mengenal jalan kebenaran yang membawa kehidupan, namun mereka mempunyai belas kasihan kepada orang-orang yang sedang membutuhkan. Alhamdulillah, ibunya masih menolong Nadira, walaupun ibunya pernah dikecewakan oleh perpindahan agama Nadira. Selain itu, pertolongan datang melalui orang-orang yang tidak diduga, ada orang yang menawarkan kerjasama di bidang bisnis property. Melalui bisnis ini sedikit demi sedikit rejeki datang dan memulihkan perekonomian keluarga Nadira.

Pada periode zeroing ini, Nadira belajar untuk bersikap rendah hati, belajar untuk mengenal kasih Bapa, belajar mengenal hidup kekristenan yang sejati, dan belajar mempedulikan orang-orang lain. Tuhan membentuk karakternya. Jika dahulu ia suka berkata kasar kepada siapapun dengan perbendaharaan nama-nama dari dunia fauna, termasuk kepada suaminya, sekarang ia dapat mengendalikan dan menjaga lidahnya. Jika dahulu ia seringkali mudah marah kepada sopirnya yang salah jalan, sekarang apabila ia “car call” sopirnya di pusat perbelanjaan dan sopirnya tidak datang-datang juga menjemput di lobi utama, ia akan pulang sendiri naik taksi berwarna hitam dan sopirnya terus menunggu sampai mall-nya tutup dan ketika sang sopir pulang ke rumah mendapati majikannya sudah ada di rumah tenang-tenang saja.  Dahulu ia tidak pernah memberikan perhatian kepada para satpam yang menjaga pos penjagaan keluar masuk kompleks perumahan. Sekarang Nadira sering dielu-elukan para satpam yang biasa diberinya oleh-oleh roti atau donat mahal dan sejenisnya apabila melintas di pos penjagaan kompleks perumahannya.    

Dahulu ia malas membaca Alkitab, sekarang ia rajin dan konsisten membacanya. Ia membacanya dari Buku Alkitab, bukan dari gadget apapun. Selama kebaktian, ia selalu mematikan handphone-nya. Ia paling sebel melihat orang-orang yang main BBM atau Facebook selama ibadah. Ia melahap pelajaran-pelajaran kekristenan dari kaset atau CD. Apabila ada pelajaran-pelajaran tertentu yang berat untuk diterapkan, seperti penyangkalan diri, persekutuan dengan penderitaan Kristus, pengampunan terhadap orang Kristen yang menipunya bermilyard-milyard, penanggalan kedagingan, pengendalian diri, dan sejenisnya, ia akan memutar CD pelajaran berulang-ulang dan berdoa meminta kekuatan dari Tuhan untuk memampukannya taat dan menerapkan firman Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Ia sering berdialog dengan Tuhan, “Tuhan hari ini saya mau menyangkal diri saya yang masih ikut-ikutan gaya hidup para sosialita. Tolong dong, Tuhan. Saya masih kepingin.” Lalu suara di hatinya berkata, “Kalau kamu masih mau hidup dalam kedagingan terus karena kamu masih mengenakan manusia lama, kapan kamu akan menjadi dewasa dan mencapai kepenuhan Kristus?” “Wah, ya juga, saya tidak mau jadi kanak-kanak terus ah!” Dengan berfokus pada karya Tuhan Yesus di kayu salib, ia selalu memperkatakan bahwa di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17). Nadira juga selalu memperkatakan bahwa ia telah dibaharui di dalam roh dan pikirannya, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef 4:23-24). Tidak lupa ia juga sering memperkatakan, ”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutku, tetapi aku pakai perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Ef 4:29) 

Saat ini Nadira dan keluarganya tidak bisa “nyambung” dengan gaya hidup kekristenan yang hura-hura, tidak mempraktikkan kehidupan seperti pada zaman gereja rasuli, yaitu kekristenan yang menyangkal diri, kekristenan yang memikul salib, kekristenan yang bersekutu dengan penderitaan Kristus, kekristenan yang tidak dikuasai kedagingan, kekristenan yang menunjukkan buah pertobatan, dan kekristenan yang berfokus pada kepentingan Kerajaan Allah. Sekarang ini banyak orang-orang Kristen yang memanggil nama TUHAN tetapi hidup sembarangan, hidup tanpa pertobatan, hidup tanpa perubahan. Hal ini mengingatkan pada zaman Nuh.

Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.” (Kej 4:26)  Enos mati sekitar 1.140 tahun setelah Penciptaan, atau sekitar delapan puluh empat tahun setelah Nuh lahir. Nuh lahir sekitar 1.056 tahun setelah masa Penciptaan. Karena pada zaman itu manusia bisa hidup mencapai delapan atau sembilan tahun, maka ribuan orang yang “mulai memanggil nama Tuhan” pada zaman Enos ini masih hidup pada zaman Nuh. Jika demikian, ada ribuan orang “yang memanggil nama Tuhan” pada zaman Nuh ditenggelamkan oleh Air Bah. Mereka adalah orang-orang yang memanggil nama Tuhan tanpa pertobatan. Tuhan Yesus menegaskan,Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” (Mat 24:37) Banyak orang yang memanggil-manggil nama Tuhan pada akhir zaman, tetapi Tuhan akan berterus terang, "Aku tidak mengenal kalian, enyahlah dari pada-Ku!" (Mat 7:21)

Karena pergaulannya dengan Tuhan yang intens, Nadira mendapat karunia untuk berkata-kata dengan hikmat dan pengetahuan. Pada suatu sore ia sedang bersantai di sebuah restoran mewah di Pondok Indah Street Gallery. Lalu masuklah beberapa gadis muda yang cantik-cantik tetapi kuyu. Nadira sempat berkenalan dengan mereka. Rupanya mbak-mbak ini adalah pacar para expatriates bule. Nadira berkata kepada salah seorang, katakanlah Titi.

“Ti, kenapa sih kamu bingung? Udah punya pacar baik hati, kenapa kamu masih mengejar cowok lain?”
“Lho, koq tante Nadira tahu sih? Tante itu paranormal ya?”
“Ah, bukan. Tuhan yang kasih tahu sama tante!”
“Wah, bacain aku juga dong, tan!” kata Dina.
“Ya, aku mau juga dong!” kata Susan.
Mereka rame-rame mengelilingi Nadira, minta konseling dadakan di Union Brasserie-Bakery & Bar itu.

“Susan, kamu itu jangan merokok lagi! Lihat wajah kamu layu begitu karena asap rokok. Lihat muka tante, masih kinclong seperti ini!”

“Iya, tuh San, mendingan ikut nasihat si tante. Dia tak suka merokok, wajahnya masih segar....” kata Dina.

Memang, wajah Nadira yang sudah hampir ‘seket’ (50) itu masih cantik, terlihat lebih muda dari usia sebenarnya, dan bertambah cantik karena ada urapan dan kemuliaan Tuhan menyelubungi wajahnya.

“Dina,  kamu jangan simpan sakit hati. Maafin aja suami kamu. Belajarlah mengasihi dia dengan kasih tak bersyarat.” kata Nadira sebelum Dina menceritakan permasalahannya.

“Gimana caranya, tan? Aku terlalu sakit. Aku tak bisa mengampuni dia. Aku tak punya kasih lagi.”

“Nih, begini ceritanya....” kata Nadira mulai menjelaskan tentang kasih dan pengampunan dari Tuhan. Akhirnya, Nadira mengadakan sesi penginjilan di restoran mewah itu.  

Yang dapat kita pelajari dari kisah kehidupan Nadira dan keluarganya, mereka dibentuk Tuhan untuk dipakai menjadi berkat bagi banyak orang. Proses perubahan mereka tidak berhenti sebatas perubahan itu saja. Tuhan selalu mengubah orang dengan suatu misi tertentu, menceritakan kabar baik dan kebaikan Tuhan dalam hidup orang yang telah diubahkan.

Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN http://pentas-kesaksian.blogspot.com

******
Note: Terima kasih atas pesanan buku "Mukjizat Kehidupan" oleh Bpk. Pdt. M. Rajagukguk dari Pekanbaru, buku sudah dikirim dengan Pos Kilat Khusus. God bless you.

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI