Stanley Pouw dibesarkan di Indonesia
dan pada usia 21 ia tinggal di Amerika Serikat untuk mendapatkan gelar master
di bidang arsitektur dari University of Michigan. Tinggal di AS adalah impian
Stan yang menjadi kenyataan.
Setelah lulus Stan bekerja pada perusahaan arsitek
selama tujuh tahun sebelum membuka kantor arsitek sendiri, Pouw &
Associates Inc, di Arvada, Colorado pada tahun 1977. Ia bekerja keras dan
berfokus untuk mengembangkan perusahaannya agar menjadi kantor arsitek yang
besar. Ia menikah dengan wanita Amerika Serikat, Rebecca, dan dikaruniai 3
orang anak. Salah satu goal dalam kehidupannya adalah memiliki rumah besar,
mobil bagus, dan menjalani kehidupan yang menjadi bagian Impian Amerika. Ia
mengejar semua hal itu yang ia pikir akan memberikan dia kebahagiaan.
Perusahaannya bertumbuh terus hingga
memiliki 55 orang karyawan, turut ambil bagian dalam pembangunan Denver
International Airport dan proyek-proyek besar lainnya. Perusahaan ini
mendapatkan berbagai penghargaan karena prestasinya. Selain itu ia berhasil
membangun rumah besar bagi dirinya.
“Seandainya saya mendapatkan rumah
besar di Genesee, seandainya saya memiliki mobil sedan lebih bagus, seandainya
saya mempekerjakan lebih banyak orang dan memperoleh lebih banyak proyek
pembangunan, saya akan merasa bahagia.” Namun Stan mendapatkan dirinya tidak
bahagia. Stan dan Becky senantiasa cekcok. Stan terjebak dalam kehidupan yang
berpusatkan pada diri sendiri. Ia pikir dengan menjadi Presiden Direktur di
perusahaan miliknya sendiri akan membuatnya bebas melakukan apa yang ia
inginkan. Dan ia terus mencari kebahagian itu. Setelah memiliki bisnis besar
dan rumah mewah, ia mengejar wanita-wanita lain. Dan Becky mencium aroma perselingkuhan
itu, sehingga hubungan suami isterinya bertambah buruk. Pada tahun 1992,
setelah 24 tahun menikah, pernikahan Stan dan Becky kandas. Mereka bercerai.
Itulah keputusan yang salah besar. Stan memberikan semua miliknya,
rumah-rumahnya, mobilnya kepada Becky dengan pertimbangan bahwa dengan
perusahaannya yang besar akan dapat membeli rumah baru dan mobil baru. Namun
ternyata pikiran Tuhan lain lagi. Seolah-olah Tuhan berkata, “Cukup sudah,
Stan, engkau sudah cukup merusak hidupmu!” Dan sejak perceraian itu semua,
semua, yang Stan lakukan keliru. Dahulu biasanya ia mengambil keputusan yang
benar, sekarang semuanya keliru. Perusahaannya jatuh, semua karyawannya keluar
untuk pindah perusahaan atau memulai usaha mereka sendiri. Perusahaan yang
semula menguntungkan itu, karena tidak dikelola dengan baik, karena banyak hal
yang tidak diketahui Stan seperti eksodus karyawan, sekarang merugi dan
meninggalkan Stan dengan utang sebesar USD 1 juta. Keluarganya hancur,
bisnisnya hancur, hidupnya hancur. Anak laki-lakinya harus berhenti sekolah dan
tinggal bersamanya. Ia menyadari betapa terpuruk dirinya, betapa hancur
kehidupannya.
Pada waktu itu ada seorang saudara
sepupu Becky datang kepada Stan. Eric mengisahkan kehidupannya dan akhirnya
Eric bertanya kepada Stan, “Apa yang engkau inginkan sekarang?” Stan dengan
tegas menjawab, “Sekarang aku ingin mengenal Tuhan. Jika memang benar ada
Allah, Allah penguasa alam semesta ini, aku ingin mengenal Dia!” Eric
memberikan Alkitabnya kepada Stan. Setelah Eric pulang, Stan masih duduk di
mobilnya untuk waktu yang lama. Pada jam 9 malam itu, ketika hari sudah gelap,
sama gelapnya dengan kehidupannya, Stan memohon ampun kepada Tuhan dan
menyerahkan hidupnya kepada Kristus pada malam itu. Pada keesokan harinya Stan
mencari Tuhan. Ia pergi ke toko buku dan secara acak mendapatkan buku “Roh
Kudus” tulisan Billy Graham. Ia membaca Alkitab untuk pertama kalinya. Ia
membaca Alkitab dengan cepat dari awal hingga akhir dalam waktu tiga bulan. Ia
mulai mengetahui siapa Allah. Kemudian ia membaca Alkitab lagi dengan lebih
perlahan dan teliti.
Perlahan tetapi pasti, kehidupannya
mulai berubah, sikapnya mulai berubah, pemikirannya mulai berubah, hatinya
mulai berubah. Dahulu hatinya sekeras batu, dingin, tidak mempedulikan orang
lain. Sejak itu ada perasaan di hatinya bahwa ia harus kembali kepada
isterinya, istri masa mudanya, Becky. Ia akan mengakui dosa-dosanya, dan
meminta ampun kepadanya. Perlu waktu satu setengah tahun bagi Stan untuk berani
menemui isterinya. Ketika mendapatkan keberanian untuk menemui Becky, Stan
berkata, “Becky, engkau tahu, aku telah berdosa dan melakukan kekeliruan
besar.” Seperti apa yang wanita lainnya akan lakukan, Becky berkata,”Aku tidak
percaya.” Kepercayaan itu dapat hilang dengan sekejap, tetapi perlu waktu yang
lama untuk mendapatkannya kembali. Akhirnya Becky memberi kesempatan kepada
Stan untuk membuktikan ucapannya. Becky melihat Stan mau dibaptis. Stan memilih
gereja Riverside Baptist Church untuk berjemaat. Tuhan sanggup memulihkan
kehidupan rumah tangga yang hancur menjadi harmonis. Tuhan sanggup mengubah
hati Stan yang seperti batu menjadi hati yang penuh kasih. Tuhan sanggup
membentuk karakter dan sikap Stan serupa Kristus. Pernikahan mereka
dipersatukan kembali. Semula ia adalah pria yang tidak pernah menangis. Ia
adalah orang yang stoik, betapapun kerasnya kehidupan dan penderitaan, ia dapat
menyembunyikan perasaannya. Stan mulai mengenal kasih Bapa yang tak bersyarat.
Stan menyadari bahwa kasih itu tidak hanya berbuat baik, tetapi lebih dari itu
kasih berarti memberikan diri sepenuhnya. Stan mulai belajar mengasihi: mengasihi
Tuhan, isterinya, keluarganya dan
sesamanya. Ia belajar mengasihi dengan kasih Bapa. Ketika hidupnya berubah dan
diubah Tuhan, Stan melihat perubahan pada lingkungannya. Ia baru menyadari
bahwa Becky sangat mengasihinya. Ia melihat dengan persepsi berbeda terhadap
dunia materi atau kebendaan. Ia tidak lagi mengandalkan rumah besar, mobil
mewah, atau harta benda lain untuk memberikan kebahagiaan. Kebahagiaan sejati
datangnya dari hubungan akrab dan intim dengan Tuhan. Stan melihat tangan Tuhanlah
yang membimbingnya ke dalam proses “zeroing”, tanpa memiliki apa-apa dan
siapa-siapa, selain Tuhan. Tuhan menjatuhkan kesombongannya agar menjadi rendah
hati, mengubahnya dari orang yang berpusat pada diri sendiri menjadi orang yang
mengasihi Tuhan dan sesama. Ketika Stan
mengalihkan fokusnya dari diri sendiri kepada Tuhan dan sesama, ia menyadari
bahwa ia sedang menggenapi destiny yang
dikehendaki Tuhan.
Saat ini Stan telah melayani sebagai
Pendeta yang ditahbiskan selain tetap bekerja sebagai seorang arsitek. Ia
membuka dan melayani di Riverside Indonesian Fellowship, gereja satelit dari
Riverside Baptist Church, yang dihadiri sekitar 75 orang setiap hari Minggu. Bersama
isterinya Stan banyak membantu
orang-orang Indonesia yang bermasalah dengan pernikahan mereka yang tak
berbahagia. Sejak itu perekonomian dan
kehidupan keluarga ini dipulihkan untuk memulihkan banyak orang.