Kesaksian Kezia Angeline
Desember 2011
Tuhan membawa Jeffry S. Tjandra melayani di Singapura. Salah satu gereja di
sana mengundangnya, dan secara khusus saat itu Jeffry diminta untuk menyanyikan
lagu ”Ku Takkan Menyerah” berdua dengan seorang gadis kecil usia 10 tahun,
bernama Kezia. Namun Kezia bukan seperti gadis kecil lainnya, sejak kecil
sampai saat ini dia sangat bergantung pada kursi roda, yang membawa kemanapun
dia pergi.
Pada waktu papa
mama Kezia menikah semuanya berjalan dengan sempurna. Sampai suatu kali
didapati ada kista yang menempel di dinding kandungan mama Kezia. Saat itu
dokter kandungan berkata bahwa kista itu harus segera diangkat bersama dengan
kandungannya, karena akan membahayakan dia. Mereka sadar betul bahwa akibat
dari pengangkatan kista itu bahwa mereka akan kesulitan mendapatkan keturunan,
padahal mereka baru saja menikah. Mereka minta waktu satu minggu sebelum memberi
keputusan. Dalam waktu satu minggu itu mereka masuk dalam doa puasa. Dan
setelah waktu satu minggu itu mereka bertemu kembali dengan dokter
kandungan yang adalah seorang anak
Tuhan. Pada waktu kandungannya dicheck kembali, didapati bahwa kista itu telah
lenyap secara ajaib.
Agustus 1988
lahirlah Jeremy, kakak kandung Kezia, dengan normal tanpa ada gangguan apapun.
Setelah beberapa tahun mereka bermaksud punya anak lagi. Kali ini mereka sangat
hati-hati, mereka mengecek kondisi kesehatan mama Kezia dengan teliti. Dan
seluruh dokter ahli yang diminta pendapatnya menyatakan bahwa kandungannya ada
dalam kondisi aman.
Awal 2001 mama
Kezia positif hamil. Pada awal bulan kehamilan semuanya berjalan lancar. Namun pada usia kandungan 6 bulan
dokter kandungan mendapati adanya masalah serius dengan janin itu. Dokter
kandungan berusaha menenangkan mereka dan berkata bahwa mukjizat masih ada.
Berdasarkan
pengalaman mereka sebelumnya, mereka kembali masuk dalam doa puasa. Namun pada
waktu ini Tuhan berkehendak lain. Keadaan tidak berubah menjadi baik, bahkan
menjadi lebih buruk. Pada usia kandungan sembilan bulan, dokter menyatakan
bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya mengalami kelainan yang disebut
sebagai spina bifida, atau yang umum disebut sebagai sumbing tulang belakang.
Itu terjadi karena vertebra tulang belakangnya tidak berkembang dengan
sempurna. Kelainan itu terjadi diantara 1 berbanding 100.000 kelahiran. Dokter
menyatakan lebih lanjut lagi bahwa bayi yang ada di kandungannya mengalami
hidrosephalus, pembengkakan cairan di kepala yang menekan pertumbuhan otaknya.
Dokter menasihatkan agar janin itu dibuang saja. Bayangkan, bayi itu sudah berusia
sembilan bulan dan siap untuk dilahirkan. Para dokter berusaha meyakinkan kedua
orang tua Kezia bahwa janin itu tidak ada gunanya dipertahankan, akan
menimbulkan banyak masalah jika
dilahirkan, disarankan agar bayi itu digugurkan saja. Dengan hati yang
hancur, kedua orang tua Kezia berkeras berkata: ”Tidak”.
Dalam perjalanan
pulang dari rumah sakit di dalam kendaraan, mereka terdiam satu sama lain.
Namun sekalipun mereka tidak berbicara satu sama lain, sama-sama pikiran mereka
dipenuhi dengan pertanyaan yang sama: ”Mengapa Tuhan? Mengapa Tuhan tidak
melakukan mukjizat-Nya? Sama seperti yang dilakukan terhadap Jeremy? Mengapa
ada spina libida? Mengapa kena hidrocephalus?” Pertanyaan ”mengapa” dan sejuta
pertanyaan lain memenuhi pikiran mereka. Namun tak ada satupun pertanyaan itu
terjawab. Seakan-akan Tuhan berdiam diri dan memalingkan wajah-Nya dari mereka.
Sesampai di rumah
pada malam harinya, sang mama mendapati suaminya sedang termenung di sudut
kamar tidur. Dia tidak tahu apa yang sedang diperbuat suaminya. Beberapa saat kemudian
suaminya bangkit menghampiri dan memeluk istrinya. Sambil menangis suaminya
berkata, ”Aku bisa menerima kelahiran anak ini walaupun aku belum bisa
mengerti. Baru saja aku bercakap-cakap dengan seorang Pribadi di dalam ruangan
ini. Dan Pribadi itu mengajarkan kepadaku apa arti berkorban karena kasih. Sama
seperti apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Dia telah berkorban di kayu salib
karena kasih-Nya bagi kita.”
3 September 2001
Kezia lahir. Di hari pertama kelahirannya Kezia harus berhadapan dengan meja
operasi. Seluruh dokter yang menangani operasi mengatakan bahwa Kezia tidak
akan dapat berumur panjang. Akhir Desember tahun 2011 setelah sepuluh tahun,
Jeffry masih bisa berkesempatan makan malam bersama Kezia. Sejak kelahirannya
sampai saat ini entah sudah berapa ratus kali Kezia menjalani operasi. Pada
waktu makan malam itu betapa Kezia bercerita dengan penuh semangat. Pada setiap
kali Kezia pergi ke rumah sakit untuk menjalani terapi, setiap kali dia pergi
ke rumah sakit untuk menjalani operasi, dengan kursi rodanya, Kezia keliling
rumah sakit itu, dia kuatkan orang-orang yang dijumpainya, para pasien yang
sakit ringan ataupun berat. Dia masuki kamar demi kamar perawatan. Dia datangi
pasien demi pasien. Dia doakan mereka satu demi satu.
Kezia tidak
pernah mau menyerah. Dia tidak pernah mau menyerah sedikitpun atas keadaannya.
Apakah diantara anda ada yang mau menyerah?
”Di saat hidupku
seakan tak berdaya,
Namun kutetap
kuatkan hatiku,
Karna kutahu
hidupku dalam tangan-Mu
Pengharapanku
hanya kepada-Mu
Tetap kupercaya,
tetap kumelihat
Kau bekerja
menurut cara-Mu
Tetap kupercaya,
tetap kuberharap
Kau berkuasa di
dalam hidupku.”
Album: "Tiada Kata
Terlambat" – Jeffry S. Tjandra
Ini bukan dosa
Kezia, juga bukan dosa orang tuanya, tetapi pekerjaan Tuhan harus dinyatakan
lewat hidup Kezia. Oleh karena itu kemanapun Jeffry melayani, dia selalu ingin
agar jemaat mendoakan Kezia. Lewat Kezia, Tuhan akan melakukan sesuatu. Dalam
penderitaannya Kezia selalu mendoakan orang lain dan suka bernyanyi bagi Tuhan.
Tepat minggu
lalu, tgl 22 April 2012, selesai Jeffry melayani ibadah di Surabaya, Jeffry
didatangi seseorang. ”Saya adalah oomnya Kezia!” Ternyata dia kakaknya papa Kezia.
”Seharusnya dia terang ke Ujung Pandang, tapi saya tidak dapat tiket.” Tetapi
temannya kirim SMS bahwa Jeffry Tjandra melayani di Surabaya, dan dia dituntun
Tuhan beribadah di gereja itu. Selama ibadah dia dilawat Tuhan dengan luar
biasa.
Sebenarnya Jeffry
menerima foto-foto tentang Kezia, ketika dioperasi dan ketika diterapi. Namun
karena Jeffry melihat foto-foto itu mengenaskan, membuat miris, dan khawatir
ada jemaat yang tidak kuat melihat foto-foto Kezia, dia menyimpan saja
foto-foto Kezia.
”Pada waktu kamu
cerita tentang Kezia, saya terkejut. Sayalah orang pertama yang menentang
kelahiran Kezia di muka bumi ini.” Sejak saat itu dia putus hubungan. Selama 10
tahun tidak kontak. ”Saya akan menelpon keluarga Kezia,” kata oomnya pada malam
itu. Mengapa oomnya menentang kelahiran Kezia? Karena urusan Kezia telah menghabiskan
banyak harta keluarga besar papa Kezia. Mobil dan rumah keluarga besar telah
dijual demi pengobatan Kezia. Keuangan papa Kezia di Singapura juga menjadi
sangat sulit karena besarnya biaya operasi yang sering dilakukan.
Saat Jeffry kirim
BBM kepada mama Kezia, dia terkejut sekali. Selama ini oom Kezia tidak pernah
ke gereja. Mengapa hari Minggu 22 April itu, oom Kezia bisa ke gereja? Tuhanlah
yang menuntun agar keluarga besar ini menjadi harmonis kembali.
Dua minggu yang
lalu, penopang tulang punggung dari dada sampai perutnya harus dilepas
karena sangat menyakitkan. Proses ini harus dilakukan paling lambat 3 bulan
sejak akhir April lalu. Kezia perlu dana SGD 25 ribu, dan yang urgent sebesar SGD
12 ribu. Sebuah panitia dipimpin pendeta dari Surabaya sedang mengumpulkan dana
sebesar SGD 12 ribu. Jeffry juga akan menyerahkan keuntungan dari penjualan DVD/CD album rohani ”Tiada Kata Terlambat”
untuk pengobatan Kezia.
Ada banyak orang
selalu menuntut bukti untuk bisa mempercayai Tuhan. Kita tidak perlu menjadi
seperti Thomas: ”Jika aku sudah melihat bekas paku di tangan-Nya, baru aku
percaya.” Tuhan Yesus berkata, ”Engkau sendiri telah melihat, maka engkau
percaya. Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.” Kezia belum
melihat kesembuhan total, namun ia percaya tak ada yang mustahil, mukjizat
masih ada. Doakan Kezia....
Jika anda ingin
melihat Kezia di YouTube, silakan buka: http://www.youtube.com/watch?v=i0Js2kYXb-8
Kesaksian ini saya dengar dari Jeffry S. Tjandra. Ketika saya menuliskan kisah ini, hati saya sangat terharu melihat ketegaran Kezia....
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.comNote:
Terima kasih banyak atas pesanan 10 buku "Mukjizat Kehidupan" oleh Bapak Andy dari Jakarta Utara. Tuhan Yesus memberkati berlimpah-limpah bisnis bapak.