27 Juli 2002 aku mengakhiri masa lajang dengan mempersunting Fenty Inggriani. Seperti kebanyakan pasangan suami-istri yang lain, kami merindukan kehadiran seorang anak dalam keluarga baru kami. Hanya saja, niat itu terganjal oleh kista berdiameter 4,6 cm yang bersarang di indung telur istriku. Gumpalan itu amat mengganggu terjadinya proses kehamilan. Bukan itu saja, beberapa kali Fenty mengalami pendarahan karenanya. Beberapa dokter spesialis obstetry dan ginekologi yang kami sambangi, memiliki suara beragam tentang kista itu. Sebagian memvonisnya harus dioperasi, sebagian lagi menyatakan tidak perlu dilakukan operasi. Kebingungan lantas menggelayuti kami. Penyerahan kepada Tuhanlah yang akhirnya membuat hati kami tenang. Dalam penyerahan itu, Tuhan menyatakan anugerah-Nya. Ketika suatu saat kami mengunjungi dokter, pemeriksaan USG menunjukkan bahwa kista itu sudah lenyap. Kami bersyukur Tuhan menjawab doa kami. Secercah harapan muncul dan akhirnya Fenty hamil dalam tahun keempat pernikahan kami.
MUNCUL MASALAH BARU
Minggu demi minggu dan bulan demi bulan kehamilan, kami lewati dengan sukacita. Sebentar lagi harapan menimang seorang bayi akan menjadi kenyataan. Bulan Desember 2006, dalam bulan keenam kehamilan Fenty, masalah baru muncul. Sesaat setelah mandi, Fenty mengalami pendaharan hebat. Waktu itu ia ada di rumah sendirian. Aku segera pulang dan melarikannya ke rumah sakit. Menurut dokter, letak plasenta yang ada di bawah rahimlah yang menyebabkan pendarahan itu. Sejak itu Fenty harus bedrest. Ia juga disarankan untuk banyak makan es krim oleh suster agar berat badan bayi bertambah, berjaga-jaga bila harus terjadi proses persalinan lebih awal. Kekhawatiran lantas datang.
Alih-alih menikmati Natal, bulan itu harus kami lewati dengan rasa was-was.
Tidak banyak yang bisa dilakukan Fenty pada masa bedrest itu. Ia hanya turun dari tempat tidur untuk keperluan ke kamar mandi atau makan. Suatu kali Fenty keluar dari kamar mandi dan mengalami pecah ketuban.
Ia segera menghubungi dokter untuk meminta saran tentang tindakan apa yang harus diambil. Dokter mendorong untuk langsung ke rumah sakit. Karena air ketuban yang terus mengalir, tidak ada pilihan lain kecuali bedrest total. Fenty sama sekali tidak bisa turun dari tempat tidurnya. Semua aktivitas berlangsung di situ.
LAHIR PREMATUR
Kondisi itu tak bertahan lama. Karena air ketuban yang tak bisa dihentikan, dokter meminta persetujuan kepada kami untuk mendorong terjadinya persalinan melalui proses induksi. “Silakan dokter melakukan apa pun yang terbaik buat anak kami sebisa yang dokter lakukan. Kami akan mengambil bagian kami dengan berserah kepada Tuhan,” jawabku diikuti anggukan dokter tanda setuju.
Setelah diperiksa, ternyata memang telah terjadi pembukaan setelah proses induksi itu. “Saya usahakan lahir normal, tetapi jika karena induksi ini detak jantung bayi jadi tidak normal, tidak ada pilihan lain kecuali bedah caesar,” papar dokter. Aku mengangguk, meski dalam hati terbersit keraguan. “Bayar dengan apa kalau harus operasi? Aku tidak punya persiapan uang yang cukup,” gumamku dalam hati. Tetapi, sekali lagi, penyerahan kepada Allah memberi kekuatan khusus kepadaku. Setelah melewati proses beberapa jam, akhirnya jabang bayi terlahir normal meski prematur dalam usia 7,5 bulan. Bayi seberat 1,4 kg itu kami beri nama Jeremy Graciano. Karena beratnya di bawah normal, ia harus dihangatkan di inkubator. Selama sebulan ia harus menghuni ‘aquarium’ itu dengan kabel-kabel dan selang di tubuhnya. Kekhawatiran akan biaya rumah sakit mulai membayang. Angkanya hampir menembus Rp 40 juta. Perasaan saya jadi campur aduk.
Melihat Fenty yang terus menangis karena tak bisa menggendong Jery, bayi yang baru dilahirkannya.
Melihat Jery di dalam inkubator yang membuat trenyuh.
Membayangkan bagaimana dan dengan apa saya harus melunasi biaya rumah sakit. Dalam berbagai kesempatan saya menyendiri dan menyerahkan pergumulan berat ini kepada Tuhan.
SEMPAT DINYATAKAN MENINGGAL
Secara ajaib Tuhan mencukupkan kebutuhan dana yang kami perlukan untuk melunasi biaya rumah sakit. Dengan bantuan berbagai pihak, akhirnya kami bisa membawa pulang Jeremy sesudah sebulan dirawat. Tetapi masalah baru muncul ketika jam memberikan susu bagi Jeremy tiba. Beberapa menit sesudah mendapat susu melalui selang yang terhubung dengan lambungnya, ia muntah. Sebagian susu keluar melalui mulut dan hidungnya, sebagian lagi tertelan kembali. Rupanya ada juga susu yang mengaspirasi paru-parunya. Cairan itu membuatnya megap-megap dan kesulitan bernafas. Sekujur tubuhnya lantas membiru. Kepanikan kami rasakan di tengah malam buta itu. Akhirnya, belum genap sehari di rumah, Jeremy kami larikan kembali ke rumah sakit.
Dokter dan perawat segera menanganinya di UGD.
Selain dokter jaga, ada juga dokter anak yang menangani Jeremy. Setelah difoto rontgen, tampak jelas paru-parunya dipenuhi bercak-bercak cairan. Dokter memutuskan untuk merawatnya kembali di rumah sakit.
Setelah administrasi dibereskan dan pertolongan pertama diberikan, Jeremy segera dibawa ke ruang rawat. Sesaat menjelang masuk lift, tubuhnya kembali membiru. Akhirnya ia harus kembali ditolong di ruang UGD. Bantuan oksigen diberikan, tetapi tidak ada respon. “Maaf, tidak tertolong lagi,” kata dokter sambil melepas stetoskop dari kupingnya. Seperti adegan sebuah sinetron, peristiwa itu sangat membuatku syok. Aku tidak siap menerima kenyataan itu. Mertua, Bapak dan Fenty menangis. Aku masih bengong seperti kehilangan pegangan.
MUKJIZAT DINYATAKAN
Aku mencoba menguasai diri. Dalam kondisi lemah, aku berseru lirih,“Tuhan tolong! Tuhan tolong! Nyatakan kuasa-Mu…!” Selang beberapa saat Bapak keluar dari ruang UGD itu lalu memegang pundakku. Satu tangannya terkepal sambil berkata, “Thole (anakmu) nangis… dia hidup lagi… haleluya!” Ada luapan sukacita karena pertolongan Allah yang ajaib itu. Jeremy hidup lagi setelah dinyatakan tak tertolong.
Jeremy kecil telah menjadi berkat tersendiri bagi keluarga kami. Ia telah mengajar kami tentang arti bergantung kepada Allah dan hidup di dalam iman kepada-Nya. Kini, ia tumbuh sehat dan ‘sedang lucu-lucunya’ sebagai seorang anak. Terima kasih telah menjadi ‘dosen’ dalam sekolah kehidupanku. Sumber: Elia Stories.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
kesaksian hidup - #inspiring story - #kisah nyata - #mukjizat kehidupan - #sign and wonders - #miracles - inspirational christian story - nice story - true story - inspirational touching story - an amazing story: kisah orang biasa dengan pengalaman luar biasa - ordinary people living the extra-ordinary lives
Search This Blog
Tuesday, July 21, 2009
Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"
Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."
Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan
- A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
- B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
- C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
- D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
- E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
- F. Bpk. Irsan
- G. Ir. Ciputra - Jakarta
- H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
- I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
- J. Beni Prananto - Pengusaha
- K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
- L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
- M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
- N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
- O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
- P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
- Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
- R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
- S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
- T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
- U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
- V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
- W. Fanny Irwanto - Jakarta
- X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
- Y. Ir. Junna - Jakarta
- Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
- ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
- ZB. Christine - Intercon - Jakarta
- ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
- ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
- ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
- ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
- ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
- ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
- ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
- ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
- ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
- ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
- ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
- ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
- ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
- ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
- ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
- ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
- ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
- ZU. Justanti - USAID - Makassar
- ZV. Welian - Tangerang
- ZW. Dwiyono - Karawaci
- ZX. Essa Pujowati - Jakarta
- ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
- ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
- ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
- ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
- ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
- ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
- ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
- ZZF. Julia Bing - Semarang
- ZZG. Rika - Tanjung Karang
- ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
- ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
- ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
- ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI