Search This Blog

Friday, February 20, 2009

Man of Miracle

Keluarga Mike Connelly dan para perawat menyebutnya "Manusia Mukjizat" dan para dokter mau tak mau harus mempercayainya.

Akhir Januari lalu, jantung Connelly (56 tahun) berhenti berdetak, dan ia jatuh dalam keadaan koma. Setelah 96 jam dirawat intensif dengan berbagai peralatan, para dokter Tri-City Medical Center menyerah. Akhirnya, keluarganya dengan sedih, merelakan Connelly “pergi” dengan menyetujui pencabutan alat-alat bantu kehidupan yang menempel di sekujur dirinya. Ketika itulah, tiba-tiba Connelly sadar.

Anak tirinya, Mike Cooper, sedang membacakan Alkitab di samping ranjang Connelly ketika ia melihat air mata meleleh di pipi Connelly.

Cooper tadinya tidak begitu memperhatikan kejadian ini, namun ketika ia beranjak ke luar kamar, ia mendengar teriakan seorang angggota keluarga Connelly yang masih ada di kamar perawatan tersebut.

“Mike bereaksi," katanya, "Saya mula-mula tidak percaya, tapi waktu saya masuk kembali, ternyata benar. Waktu namanya disebut, Connelly memalingkan kepalanya ke arah yang memanggil. Ini sebuah mukjizat,” kata Cooper.

Ternyata walau para dokter telah menyatakan bahwa Connelly tanpa harapan dan otaknya tidak mungkin pulih kembali, saat ini ia menunjukkan kemajuan pesat. Bahkan para dokter yang tadinya sangsi tersebut, menyatakan bahwa Connelly menuju pemulihan total.

Martin Nielsen, dokter spesialis paru-paru Connelly, menyatakan bahwa tidak berlebihan menyebut kejadian pemulihan tersebut mukjizat. “Kejadian Mike Connelly merupakan mukjizat,” katanya. “Saya tidak pernah melihat ada orang yang hidup kembali seperti dia.”

Pencobaan Connelly dimulai di rumah sekitar jam 6 pagi tanggal 31 Januari 2009, saat ia mengalami arrhythmia - semacam korslet di otot jantung sehingga jantungnya berhenti berdetak tanpa tanda-tanda sebelumnya.

Istri Connelly, Loris, terbangun mendengar suaminya tersedak. Ia melihat suaminya tersungkur di kursi, dengan semangkuk Raisin Bran di pangkuannya, di ruang tamu apartemen mereka.

Tidak mudah memindahkan Connelly yang berbobot sekitar 113 kg dengan tinggi 203 centimeter. Istrinya bahkan tidak dapat memindahkan Connelly dari kursi ke lantai.

“Ia betul-betul tidak sadar,” kenangnya. “Tidak ada denyut jantung. Tidak pula bernafas.”

Takut suaminya telah meninggal, ia menelpon 911 (gawat darurat). Menurut data NorthComm, panggilan datang jam 6:10 pagi, dan petugas paramedis tiba di alamat apartemen Shadowridge Drive jam 6:16.

Dr. Nielsen mengatakan bahwa saat petugas paramedis tiba, jantung Connelly tidak berdetak. Menurut data electrocardiogram yang direkam saat proses menyadarkan Connelly, para petugas telah melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation = tindakan medis darurat berupa pemompaan bagian dada serta bantuan pernapasan) dan memberi kejutan listrik sampai sekitar 35 menit, barulah jantung Connelly berdenyut lagi.

Tidak ada yang tahu pasti berapa lama otak Connelly tanpa oxigen, tapi Dr. Nielsen memperkirakan sedikitnya 10 menit. "Jangka waktu demikian," katanya, "umumnya mengakibatkan otak mengalami kerusakan hebat kalaupun pasien bisa sadar kembali. Umumnya, kalau otak tanpa oxigen lebih dari 4 menit saja, maka otak akan mengalami kerusakan parah.”

Petugas paramedis mengantar Connelly yang dalam keadaan tidak sadar ke Tri-City Medical Center, dimana para dokter memutuskan bahwa cara terbaik untuk menyelamatkannya adalah dengan proses hypothermia (membuat suhu tubuhnya di bawah suhu tubuh normal).

Para dokter membungkus tubuhnya dengan selimut pendingin khusus untuk menurunkan suhu tubuhnya dari 37° C ke 34° C. “Suhu dingin tersebut,” Dr. Nielsen menjelaskan, “dapat menghambat pembengkakan otak dan, dari hasil penelitian klinis, juga mengurangi kerusakan otak.”

Setelah 24 jam didinginkan, para dokter mencoba menyadarkan Connelly dari koma-nya, namun setiap kali mereka mencoba, setiap kali itu pula mereka gagal. “Kegagalan,” kata Dr. Nielsen, “biasanya menandakan bahwa pasien tidak akan pulih kembali.”

Keluarga Connelly mempersiapkan diri untuk menerima hal yang terburuk, namun tidak berhenti berdoa.

Connelly sadar beberapa hari kemudian.

Duduk di kamar perawatannya, Senin, Connelly berbincang-bincang dengan anggota keluarga dan bersenda gurau dengan para perawat, yang menyebutnya “Manusia Mukjizat.”

Ia bilang bahwa dadanya masih ngilu akibat proses CPR. “Merasakan keadaan tulang dada saya, rasanya saya amat beruntung,” katanya. “Bagian sini masih agak masuk, dan mungkin perlu waktu lama untuk kembali.”

"Dalam 12 hari setelah ia sadar, Connelly sering merasakan kekejangan otot - beberapa sangat hebat - namun berangsur-angsur reda," kata istrinya.

Loris Connelly mengatakan ia akan selalu mengenang saat-saat ia melihat suaminya kembali sadar. “Kini saya tahu arti kata PENGHARAPAN, itu adalah kata terindah yang saya pernah dengar,” katanya.

[http://www.nctimes.com/articles/2009/02/16/news/coastal/oceanside/z2c380328ce6aed428825755f007dcc90.txt]. Email kiriman Bapak Apelles Sinaulan.

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI