Quietly Trust the Lord

Bulan Agustus 2008 yang lalu seorang hamba Tuhan dari Tangerang, Bpk. Pdt. Pieter Farakhnimela, mengalami sakit Vertigo yang parah. Mau khotbah tiba-tiba Vertigo-nya datang, sehingga ia harus digantikan oleh isterinya untuk berkhotbah. Banyak jadwal pelayanan yang harus dibatalkan gara-gara sakit ini. Dan anehnya, kalau hamba Tuhan ini masuk ke Menara Doa untuk berdoa syafaat dan berdiam diri, malahan tidak terjadi apa-apa, sakit Vertigonya tidak kumat.

Pada suatu hari selain Vertigo, ia juga merasa pipi kanan dan bagian tubuh sebelah kanannya terasa agak kebal dan kesemutan. Ketika ia mengunjungi dokter, sang dokter memberikan diagnosi yang membuat "miris": "Sepertinya bapak terkena 'very light stroke'!" Wah, stroke ringan? Namun ia konsultasi dengan dokter lain, yaitu seorang ahli bedah syaraf. Ketika diperiksa, sang dokter ahli itu menemukan syaraf terjepit. Bukan stroke!

Karena Pdt. Pieter akan pergi bersama Bpk. Pdt. Niko Njotorahardjo dan team ke Israel pada bulan Oktober yang lalu, ia harus memastikan apakah dirinya sehat dan fit untuk pergi ke Israel tersebut, jangan sampai menyusahkan orang lain kalau terjadi apa-apa di Tanah Perjanjian. Oleh karena itu ia berkonsultasi lagi dengan dokter ahli dan dokter ini menganjurkan pemeriksaan dengan MRI. Ketika ia harus memasuki alat MRI, ia tanya dahulu,
"Saya ini harus berbaring dengan kepala tanpa ganjal bantal?"
"Ya, Pak!"
"Wah, bagaimana ya?" pikir hamba Tuhan ini, "biasanya saya ini tidur dengan ganjal 3 bantal di kepala agar nyaman dan tidak terkena Vertigo." Dia hanya bisa berdoa dan meminta pertolongan Tuhan dalam hal ini.

Ketika akan memasuki alat MRI ia diberi headphone dan diputarkan lagu-lagu populer.
"Dokter, bisa tidak lagu-lagunya diganti dengan lagu rohani Kristen? Saya tidak merasa damai nih!" Maka dokterpun mencari kaset atau CD lagu rohani yang terdapat di antara dokter/suster yang menyimpan lagu-lagu semacam itu.

Setelah diputarkan lagu-lagu rohani yang tenang, ia memasuki MRI. "Mulailah terdengar bunyi dengung alat itu, mula-mula pelan, pelan, lebih keras, lalu sangat keras sampai saya tidak ingat apa-apa," demikianlah pengakuannya tentang pengalaman baru dengan alat yang disebut MRI itu. Sementara suaminya dicheck dengan alat MRI, isterinya, Ibu Pdt. Christine Farakhnimela, tak henti-hentinya berdoa meminta mukjizat dari Tuhan.

Hasil MRI itu ternyata sangat menggembirakan. Dokter ahli menerangkan bahwa Pdt. Pieter tidak mempunyai kelainan apapun di bagian kepala dan otaknya. Negatif! Puji Tuhan! Ternyata sakit Vertigo itu merupakan sarana Tuhan agar Pendeta yang masih muda ini lebih banyak berdiam diri, mendengarkan suara dan pesan Tuhan. Apabila anda mendengar hamba Tuhan disuruh berdiam diri, maka muncul pikiran, "Jangan-jangan hamba Tuhan ini telah jatuh dalam dosa, atau terlalu stres." Tidak selalu begitu. Setelah banyak berdiam diri, Tuhan banyak mengajar hamba Tuhan ini agar semakin rendah hati, semakin memperhatikan dan mengasihi orang-orang lain.

Akhirnya Pdt. Pieter Farakhnimela dapat pergi ke Israel, merayakan hari raya Pondok Daun (Feast of the Tabernacle), tanpa gangguan apa-apa, sehat sempurna.

Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15)

Ditulis oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com