Search This Blog

Thursday, November 13, 2008

How To Dance In The Rain

Saat itu adalah pagi yang sibuk, sekitar jam 8.30, ketika seorang pria lanjut usia yang berumur sekitar 80-an datang untuk membuka jahitan luka di jempol tangannya.

Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru karena ia ada janji pada jam 9.00 pagi. Saya memeriksa kesehatannya dan mempersilakan dia duduk, dan saya tahu bahwa hal itu akan selesai satu jam sebelum seseorang dapat bertemu dengannya. Saya memandang pria ini sedang melihat arlojinya dan saya memutuskan, karena saya tidak sibuk dengan pasien lain, saya akan memeriksa lukanya. Pada waktu pemeriksaan, luka itu telah sembuh benar, sehingga saya memanggil salah seorang dokter untuk menanganinya. Saya mengambil perlengkapan yang diperlukan untuk membuka jahitannya dan membebat lukanya.

Sementara mengurus lukanya, saya bertanya kepadanya apakah ia akan ketemu dokter lain pada pagi ini, sehingga ia terburu-buru. Pria ini berkata kepada saya bahwa ia harus pergi ke rumah jompo untuk sarapan pagi bersama isterinya. Ia berkata bahwa isterinya sudah ada di sana selama beberapa waktu dan isterinya itu terkena penyakit Alzheimer.

Ketika ngobrol, saya bertanya apakah isterinya akan marah apabila ia datang terlambat. Ia menjawab bahwa isterinya sudah tidak lagi mengenalinya, ia sudah tidak mengenalinya selama lima tahun terakhir ini.

Saya terkejut dan bertanya kepadanya, “Dan apakah anda masih datang setiap pagi, meskipun isteri anda sudah tidak mengenali anda lagi?”

Ia tersenyum, menepuk tangan saya dan berkata, “Ia memang tidak mengenali saya lagi, tetapi saya masih mengenali siapa dia.” Saya harus menahan derai air mata saya ketika pria itu pergi, tangan saya bergetar, dan berpikir, “Inilah jenis kasih yang saya dambakan dalam hidup saya.”

Kasih sejati bukanlah soal cinta badaniah, bukan juga soal cinta yang romantis. Kasih sejati adalah menerima semua yang ada, yang telah ada, yang akan ada, dan yang tidak akan ada. Dengan segala rupa lelucon dan kesenangan dalam email yang kita kirim, kadang-kadang ada satu email yang datang dengan pesan yang penting. Inilah yang saya pikir yang akan saya bagikan dengan anda:

“Orang-orang paling bahagia tidak perlu harus memiliki segala yang terbaik; Mereka hanya membuat yang terbaik dari segala sesuatu yang mereka miliki.”

Saya berharap anda akan membagikan hal ini dengan seseorang yang anda sayangi. Saya baru saja melakukannya. “Hidup ini bukan hanya soal bagaimana bertahan ketika badai menerpa, namun juga bagaimana kita bisa menari di bawah hujan.” (Email dalam bahasa Inggeris dikirim oleh Ibu Sherly Kristamuljana dan diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com – mohon keterangan ini jangan dihilangkan ketika anda meneruskan pesan ini kepada orang-orang yang anda sayangi. Terima kasih)

*****

How to Dance in the Rain

It was a busy morning, about 8:30, when an elderly gentleman in his 80's arrived to have stitches removed from his thumb.

He said he was in a hurry as he had an appointment at 9:00am. I took his vital signs and had him take a seat, knowing it would be over an hour before someone would be able to see him. I saw him looking at his watch and decided, since I was not busy with another patient, I would evaluate his wound. On exam, it was well healed, so I talked to one of the doctors, got the needed supplies to remove his sutures and redress his wound.

While taking care of his wound, I asked him if he had another doctor's appointment this morning, as he was in such a hurry.

The gentleman told me no, that he needed to go to the nursing home to eat breakfast with his wife. I inquired as to her health. He told me that she had been there for a while and that she was a victim of Alzheimer's Disease.

As we talked, I asked if she would be upset if he was a bit late.

He replied that she no longer knew who he was, that she had not recognized him in five years now.

I was surprised, and asked him, "And you still go every morning, even though she doesn't know who you are?"

He smiled as he patted my hand and said, "She doesn't know me, but I still know who she is." I had to hold back tears as he left, I had goose bumps on my arm, and thought, "That is the kind of love I want in my life."

True love is neither physical, nor romantic.

True love is an acceptance of all that is, has been, will be, and will not be.

With all the jokes and fun that are in e-mails, sometimes there is one that comes along that has an important message. This one I thought I could share with you.

The happiest people don't necessarily have the best of everything; they just make the best of everything they have.

I hope you share this with someone you care about. I just did. Life isn't about how to survive the storm, but how to dance in the rain.

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI