Search This Blog

Tuesday, November 11, 2008

The Blessing for Honesty

Dahulu kala seorang petani miskin baru saja akan membajak ladangnya ketika ia menemukan bahwa kerbaunya sudah mati. Ia sangat sedih tetapi ia tidak ingin ladangnya menjadi sia-sia, sehingga ia mengunjungi tetangganya dan menawarkan ladang itu.

"Karena aku tidak mempunyai kerbau untuk menarik bajakku, apakah engkau mau menyewa ladangku?"

Tetangganya setuju, sehingga pada musim semi ia dan kerbaunya membajak ladang itu. Ketika ia bekerja, tiba-tiba bajaknya menumbuk sesuatu yang keras. Tetangga itu membungkuk, berpikir akan menemukan batu di tanah, tetapi ia malah menemukan sebuah kotak tembaga yang besar. Ketika ia membuka tutupnya yang berkarat, ia terkejut menemukan kotak itu penuh dengan koin emas.

Tetangga itu segera berlari ke rumah petani untuk memberitakan kabar gembiranya. "Aku telah menemukan sekotak emas di tanahmu," kata tetangganya, "ayo, engkau harus melihatnya karena itu milikmu."

"Tidak!" bantah sang petani, "engkau telah membayar uang sewa untuk menggunakan tanah itu. Apapun yang engkau temukan ketika membajaknya tentu saja itu menjadi milikmu."

"Jangan bodoh!" kata tetangganya.
"Kamulah yang bodoh," kata si petani, "emas itu milikmu."

Bersama-sama mereka pergi ke ladang, tetapi kemudian perbantahan berlanjut, sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk membawa perkara itu kepada raja. Sang raja akan memutuskan siapa pemilik yang sah.

Di istana, kedua pria itu bergiliran menceritakan kasusnya kepada sang raja. Ketika raja itu mendengar bahwa sekotak emas telah ditemukan di wilayah kerajaannya, ia tahu dengan pasti siapa yang harus memiliki emas itu. Ia berdiri dan berkata, "Emas itu milikku! Bagaimanapun juga emas itu ditemukan di wilayah kerajaanku, dan segala sesuatu di kerajaan ini adalah milikku."

Petani dan tetangganya menundukkan kepala, tetapi mereka tidak dapat membantah raja. Mereka malah memberitahu raja dimana tepatnya lokasi emas itu. Raja langsung berangkat bersama para punggawanya.

Ketika mereka tiba di ladang itu, raja turun dari kudanya dan berlutut di sisi sebuah kotak tua. Ia sudah tak sabar lagi ingin menyentuh koin-koin emas yang indah. Tetapi ketika membuka tutupnya, ia tidak menemukan koin-koin emas tetapi kotak yang berisi ular-ular yang mendesis. Ia segera membanting tutup kotak itu.

Raja menjadi sangat marah. "Tangkap petani dan tetangganya!" teriak raja kepada para prajuritnya. "Bawa dan tahan mereka di penjara bawah tanah. Aku akan memenggal kepala mereka karena mereka telah berani mempermainkan rajanya!"

Para prajurit memenjarakan kedua pria itu, tetapi dari sel penjara mereka berteriak, memohon berbicara dengan raja. Pada akhirnya mereka dihadapkan kepada raja.

"Kami tidak melakukan kesalahan apapun," desak mereka berdua.

"Kalian memberikan kotak ular kepadaku," kata raja.

"Paduka," kata tetangga sambil membungkuk dengan hormat. "Hamba mohon maaf, tetapi pastilah paduka telah melihat kotak yang salah. Kotak yang hamba temukan terkubur di tanah teman hamba adalah kotak yang berisi emas. Hamba melihatnya dengan mata hamba sendiri."

Sekarang raja berpikir ia menemukan kotak yang salah, sehingga ia memerintahkan para punggawanya untuk membawa kedua pria itu ke ladang. "Kalian akan mengawasi mereka melihat ke dalam kotak dan kembali untuk melaporkan apa yang ada di dalamnya."

Para punggawa mengiringi petani dan tetangganya ke ladang. Memang benar, ketika mereka tiba dan membuka tutup kotak itu, ada ratusan koin emas berkilauan di dalamnya.

Para punggawa segera kembali ke istana dan melaporkan penemuan mereka. "Paduka," kata mereka, "mereka benar. Kotak itu penuh dengan emas."

"Bawa aku ke sana!" perintah raja. Sekali lagi ia kembali ke ladang. Ia membuka tutup kotak itu, tetapi seperti sebelumnya, kotak itu penuh dengan ular.

"Untuk apa aku dibawa ke sini?" bentak raja.

Para punggawa hanya bisa memandang ke tanah. "Paduka, tadi kami melihat emas. Kami tak dapat menjelaskannya."

"Panggil orang-orang bijak," kata raja. "aku ingin mendengar pendapat mereka. Bawa juga petani dan tetangganya."

Orang-orang bijak datang ke istana dan mendengar kisahnya. "Paduka," kata mereka, "paduka harus berjanji tidak menghukum kami untuk apa yang akan kami katakan kepada paduka."

"Katakanlah!" teriak raja. "Aku berjanji kalian tidak akan dihukum untuk kebijaksanaan."

Orang-orang bijak itu menunjuk salah satu jurubicara mereka dan ia berkata, "Petani itu menerima sekotak emas untuk kerja keras dan kejujurannya. Emas adalah hadiah baginya. Sayangnya, setiap orang yang mencoba mencuri rejeki orang lain akan menemukan bahwa hadiah itu beralih menjadi hukuman."

Sekarang raja merasa malu. Tetapi ia masih mempunyai satu pertanyaan, "Jadi siapa yang berhak memiliki kotak itu?"

"Pemilik tanah!" teriak tetangga yang telah membajak tanah.
"Bukan, orang yang telah menyewa dan membajak tanah," bantah sang petani tidak mau kalah sengitnya.

Orang-orang bijak mengangkat tangan mereka. "Tenang," kata mereka, "katakan kepada kami, siapa di antara kalian yang mempunyai seorang putera atau puteri?"

Tetangga itu tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Saya mempunyai seorang puteri yang cantik," katanya terharu, mengingat puteri yang sangat dicintainya yang telah tumbuh menjadi seorang perempuan muda yang cerdas dan bertabiat baik.

Petani itu bangkit berdiri dengan bangga. "Dan saya mempunyai seorang putera yang telah dewasa, seorang putera yang baik dan penuh pengertian."

Orang-orang bijak itu saling berbisik sampai mereka mendapat keputusan bulat.

"Kalau begitu, inilah jawaban kami," kata mereka, "kotak emas itu akan menjadi hadiah pernikahan bagi putera dan puteri kalian."

Petani dan tetangganya saling memandang dan mata mereka berbinar. Mereka saling memperkenalkan anak mereka. Putera petani itu dan puteri tetangganya saling jatuh cinta. Mereka menikah dan sebagai hadiah pernikahan, ayah mereka memberi sekotak emas, hadiah bagi kejujuran, kerja keras, dan cinta sejati mereka.

Sumber : Dongeng rakyat Armenia, yang dimuat di Majalah "Media Kawasan" edisi Nopember 2008, diposting oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com - mohon keterangan ini tidak dihapus/didelete ketika anda memforwardnya kepada orang-orang yang anda kasihi.

****
Terima kasih untuk pesanan buku "Mukjizat Kehidupan" oleh Bapak Lambertus di Jakarta Timur. Buku sudah dikirim pagi ini via pos. Gbu.

Ditulis oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI