Marietta Davis tinggal di Berlin New York. Selama kebangunan rohani pada tahun 1847- 1848 Marietta ada dalam keadaan tak sadar selama sembilan hari. Penglihatannya dipublikasikan dalam buku berjudul “Aroma di Seberang Kubur”. Ia melihat sorga dan neraka. Ia melihat roh anak-anak yang telah mati di bumi di sorga sedang diajar tentang Tuhan Yesus dan tentang bagaimana Ia harus mati disalib untuk menebus orang-orang berdosa. Ia juga berbicara dengan dua roh di neraka yang ia pernah kenal di bumi.
Satu roh berteriak, “Pergilah dan tinggalkan kami. Kehadiranmu di sini membuat kami kesakitan. Hal itu mengingatkan kami tentang kesempatan kami yang hilang dan . . .” Ia berhenti dan istirahat sejenak, kemudian melanjutkan, “Jangan, jangan pergi dahulu. Aku tidak tahu mengapa, namun aku merasa harus berbicara denganmu.
Aku ingin menceritakan kepadamu apa yang telah kami pelajari di sini tentang kuasa kejahatan dan mengapa orang-orang tertarik pada kejahatan. Dengarkan aku!” ia berhenti lagi untuk mengumpulkan ingatannya. “Ketika seseorang ada di dalam tubuh jasmaninya, rohnya sukar dilihat. Roh itu ada di dalam dirinya, tak kelihatan. Namun ketika orang itu meninggal dan memasuki tempat ini, roh orang itu menjadi bentuk nyata kehadirannya. Rohnya menjadi keberadaan diri yang sepenuhnya. Rohnya menyentuh segala sesuatu, berhubungan dengan segala sesuatu dan merasakan segala sesuatu. “Orang-orang di bumi menolak untuk percaya bahwa para pria dan wanita akan menderita karena dosa-dosa mereka ketika roh mereka meninggalkan tubuh mereka. Mereka pikir bahwa kasih dan kebaikan Tuhan tidak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi. Namun kejahatan dan penderitaan pasti ada di tempat ini. Kejadian ini sangat jelas, namun orang-orang menolaknya dan bahkan menuduh Allah jahat.” Ia memandang saya.
Pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah memiliki akibat-akibat yang berbahaya. Hal itu membawa kematian, bukannya kehidupan dan kesempurnaan. Pelanggaran itu adalah dosa. Pelanggaran itu menghalangi pria dan wanita untuk menjadi seperti yang seharusnya. Dosalah yang memisahkan mereka dari kehidupan bersama Tuhan. “Kenyataan ini sudah jelas dalam segala aspek kehidupan kita setiap kali kita melanggar hukum Allah. Tempat ini penuh dengan akibat-akibat dosa yang mengerikan. Ia mengangkat wajahnya yang mengkerut dan menjerit dalam keputus-asaan. “Kenapa orang-orang tak berhenti berbuat dosa dan berbalik kepada Tuhan untuk lepas dari penghukuman yang mengerikan ini? Marietta, engkau bukanlah salah satu dari orang-orang berdosa seperti kami.
Engkau akan tinggalkan tempat ini dan kembali ke tempat penuh damai. Aaaah!” ia melenguh. “Kami di sini dikuasai kegilaan setiap kali disebut kedamaian dan kasih. Aku memberitahu kepadamu hal-hal ini karena engkau akan kembali ke bumi. Katakan kepada orang-orang apa yang telah kau lihat dan peringatkan mereka tentang hal-hal mengerikan yang sedang menunggu mereka yang terus memuaskan nafsu mereka yang keliru.” Aku mundur ketakutan ketika dia meledak. Penampilan buruk di wajahnya masih terbayang di pikiranku untuk selama-lamanya, namun pada saat itu aku dipindahkan dari tempat itu. Aku tahu bahwa apa yang baru saja aku saksikan adalah kenyataan yang sangat menyedihkan dan tak terbantahkan. Roh-roh itu adalah orang-orang yang pernah aku kenal di bumi! Namun aku kaget betapa mereka telah berubah! Mereka telah menjadi wadah duka lara dan penyesalan. Ah, andai saja mereka dapat melarikan diri untuk menjadi suci dan dapat bergabung dengan roh-roh yang berbahagia di firdaus yang penuh damai! (Naskah asli dalam bahasa Inggeris dikirim Ibu Suharti, diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com. Mohon keterangan ini jangan dihilangkan ketika anda memforwardnya atau mempostingnya di website/blog anda. Terima kasih.)
****
Marietta Davis lived in Berlin New York. During the revival in 1847-1848- Marietta was in a trance for nine days. Her visions were publised in the book title “Scents Beyond the Grave”. She saw Heaven and Hell-she saw the spirits of children that died on earth in heaven being taught about Jesus and how He had to die to redeem sinners- and she spoke to two spirits in hell whom she knew on earth.
Another spirit cried out, "Go away and leave us to our lot. You just being here causes us pain. It reminds us of our lost opportunities and..." He stopped and paused for a moment, then continued. "No,don't go. I don't know why but I feel compelled to talk to you.
I will tell you what we have learned here about the power of evil and why people are so attracted to it. Listen to me!" he paused again to gather his thoughts. "When a person is in the body, his spirit is difficult to perceive. It is inside him, invisible. But when he dies and enters this place, that spirit becomes the very basis of his existence. It becomes his whole being. It pervades everything, controls everything and inspires everything. "People on earth refuse to believe that men and women will suffer for their sins when the spirit leaves the body. They think that the love and goodness of God will never allow this to happen. But evil and suffering certainly do exist in this place. The cause of it is obvious, yet people reject it and even accuse God of evil!" He looked at me.
Violation of God's law always has harmful consequences. It brings death instead of life and perfection. It is sin, the breaking of the law that prevents men and women from becoming what they where meant to be. It is sin that removes them from a life with God. "This fact is obvious in every aspect of our lives when ever laws are
broken. This place is full of the awful results of it. He lifted his contorted
face and cried out in despair. "Why don't people come to their senses and realize what happens when they sin? Why don't they stop sinning and turn to God to escape these terrible consequences? Marietta, you are obviously not one of us.
You will leave here and go back to places of peace. Aah!" he groaned. "We are overwhelmed by madness whenever there is even the mention of peace and love. I am telling you these things because you are going back to earth. Tell those people what you have seen and warn them about the terrible things waiting for those who continue to gratify their wrong desires." I recoiled in horror at his outburst. The hideous look on his face imprinted itself in my mind forever, but at that moment I was removed from his presence. I knew that what I had just witnessed was utterly and undeniably real. Those spirits were people I had known on earth! But how they had changed! They had become the embodiment of sorrow and remorse. How I wished they could escape to become pure and be able to join those happy spirits in the paradise of peace!
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
kesaksian hidup - #inspiring story - #kisah nyata - #mukjizat kehidupan - #sign and wonders - #miracles - inspirational christian story - nice story - true story - inspirational touching story - an amazing story: kisah orang biasa dengan pengalaman luar biasa - ordinary people living the extra-ordinary lives
Search This Blog
Friday, February 27, 2009
Thursday, February 26, 2009
William Osler: A Doctor with Compassion
Jika anda bukan dokter, mungkin anda belum pernah mendengar nama William Osler. Ia adalah seorang dokter, professor, dan penulis, yang praktek dokter dan mengajar hingga meninggal di usia tujuh puluh pada tahun 1919. Bukunya "Principles and Practice of Medicine" mempengaruhi persiapan para dokter selama lebih dari empat puluh tahun di seluruh dunia. Namun itu bukanlah sumbangan yang terbesar darinya kepada dunia. Osler berusaha mengembalikan kepercayaan umat manusia pada dunia kedokteran.
Kesenangan Osler terhadap kepemimpinan telah tumbuh sejak kecil. Ia adalah seorang pemimpin alami dan murid paling berpengaruh di sekolahnya. Ia selalu memperlihatkan kemampuan yang luar biasa dalam menjalin hubungan dengan sesama. Segala yang diperbuat Osler menunjukkan pentingnya membangun hubungan dengan sesama. Sementara ia semakin dewasa dan menjadi dokter, ia mendirikan "Association of American Physicians" agar para profesional medis dapat berkumpul, berbagi informasi, dan saling mendukung. Sebagai dosen, ia mengubah cara fakultas kedokteran mengajar. Ia membawa para mahasiswanya ke luar ruang kuliah, ke dalam bangsal-bangsal rumah sakit untuk berinteraksi dengan para pasien. Ia percaya bahwa para mahasiswa paling baik belajar dari para pasien sendiri.
Namun semangat Osler yang terutama adalah mengajarkan agar para dokter memiliki belas kasih. Katanya kepada para mahasiswanya:
"Ada perasaan kuat di kalangan masyarakat - kalian dapat melihatnya di surat kabar - bahwa kita para dokter zaman sekarang lebih mementingkan uang, penyakit, serta aspek-aspek ilmiahnya ketimbang si pasien. Saya ingin mendesak kalian agar dalam praktek, kalian lebih memperhatikan si pasien, menangani manusia malang yang menderita. Kita dapat melihat para pasien dalam wajah aslinya, dengan segala kekurangan dan kelemahannya, dan kalian harus menjaga kelembutan hati agar tak menghina mereka."
Kemampuan Osler dalam memperlihatkan belas kasih dan membangun hubungan dapat dirangkum dalam perawatannya terhadap seorang pasien ketika terjadi wabah flu pneumonia pada tahun 1918. Biasanya Osler membatasi wilayah kerjanya di rumah sakit. Namun karena wabah tersebut, ia merawat banyak pasien di rumah mereka masing-masing. Ibu seorang gadis kecil mengenang bagaimana Osler mengunjutngi puterinya dua kali sehari, berbicara dengan lembut kepadanya dan bermain-main dengannya untuk menghiburnya, sambil mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala yang dideritanya.
Mengetahui bahwa anak tersebut sudah menjelang ajal, pada suatu hari Osler datang dengan membawa setangkai bunga mawar yang indah dari kebunnya sendiri. Ia memberikan bunga indah tersebut kepada gadis kecil itu sambil menjelaskan bahwa bahkan bunga mawarpun tak mungkin bertahan selama yang mereka inginkan di suatu tempat, dan harus pergi ke tempat baru. Anak tersebut nampaknya terhibur oleh kata-kata serta hadiah dari Osler tersebut. Beberapa hari kemudian anak gadis itu meninggal dengan damai.
Osler meninggal pada tahun berikutnya. Salah satu rekannya dari Inggeris mengatakan tentang Osler begini:
"Kini tinggal kenangan indah tentang Osler. Ia pergi sebelum waktunya, meskipun ia telah mencapai usia yang menjadi bagiannya. Dia adalah dokter terbesar dalam sejarah. Dan di atas segalanya, seumur hidupnya ia menjadi sahabat kami. Ia adalah seseorang yang memiliki sifat bersahabat yang lebih besar ketimbang siapapun dalam generasi kami. Perhatiannya kepada kami semualah yang paling menonjol dalam sifatnya." (Sumber: Buku "The 21 Indispensible Qualities of A Leader" oleh John C. Maxwell, terbitan Interaksara)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Kesenangan Osler terhadap kepemimpinan telah tumbuh sejak kecil. Ia adalah seorang pemimpin alami dan murid paling berpengaruh di sekolahnya. Ia selalu memperlihatkan kemampuan yang luar biasa dalam menjalin hubungan dengan sesama. Segala yang diperbuat Osler menunjukkan pentingnya membangun hubungan dengan sesama. Sementara ia semakin dewasa dan menjadi dokter, ia mendirikan "Association of American Physicians" agar para profesional medis dapat berkumpul, berbagi informasi, dan saling mendukung. Sebagai dosen, ia mengubah cara fakultas kedokteran mengajar. Ia membawa para mahasiswanya ke luar ruang kuliah, ke dalam bangsal-bangsal rumah sakit untuk berinteraksi dengan para pasien. Ia percaya bahwa para mahasiswa paling baik belajar dari para pasien sendiri.
Namun semangat Osler yang terutama adalah mengajarkan agar para dokter memiliki belas kasih. Katanya kepada para mahasiswanya:
"Ada perasaan kuat di kalangan masyarakat - kalian dapat melihatnya di surat kabar - bahwa kita para dokter zaman sekarang lebih mementingkan uang, penyakit, serta aspek-aspek ilmiahnya ketimbang si pasien. Saya ingin mendesak kalian agar dalam praktek, kalian lebih memperhatikan si pasien, menangani manusia malang yang menderita. Kita dapat melihat para pasien dalam wajah aslinya, dengan segala kekurangan dan kelemahannya, dan kalian harus menjaga kelembutan hati agar tak menghina mereka."
Kemampuan Osler dalam memperlihatkan belas kasih dan membangun hubungan dapat dirangkum dalam perawatannya terhadap seorang pasien ketika terjadi wabah flu pneumonia pada tahun 1918. Biasanya Osler membatasi wilayah kerjanya di rumah sakit. Namun karena wabah tersebut, ia merawat banyak pasien di rumah mereka masing-masing. Ibu seorang gadis kecil mengenang bagaimana Osler mengunjutngi puterinya dua kali sehari, berbicara dengan lembut kepadanya dan bermain-main dengannya untuk menghiburnya, sambil mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala yang dideritanya.
Mengetahui bahwa anak tersebut sudah menjelang ajal, pada suatu hari Osler datang dengan membawa setangkai bunga mawar yang indah dari kebunnya sendiri. Ia memberikan bunga indah tersebut kepada gadis kecil itu sambil menjelaskan bahwa bahkan bunga mawarpun tak mungkin bertahan selama yang mereka inginkan di suatu tempat, dan harus pergi ke tempat baru. Anak tersebut nampaknya terhibur oleh kata-kata serta hadiah dari Osler tersebut. Beberapa hari kemudian anak gadis itu meninggal dengan damai.
Osler meninggal pada tahun berikutnya. Salah satu rekannya dari Inggeris mengatakan tentang Osler begini:
"Kini tinggal kenangan indah tentang Osler. Ia pergi sebelum waktunya, meskipun ia telah mencapai usia yang menjadi bagiannya. Dia adalah dokter terbesar dalam sejarah. Dan di atas segalanya, seumur hidupnya ia menjadi sahabat kami. Ia adalah seseorang yang memiliki sifat bersahabat yang lebih besar ketimbang siapapun dalam generasi kami. Perhatiannya kepada kami semualah yang paling menonjol dalam sifatnya." (Sumber: Buku "The 21 Indispensible Qualities of A Leader" oleh John C. Maxwell, terbitan Interaksara)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Before and After Marriage
Before Marriage:
He: Yes. At last. It was so hard to wait.
She: Do you want me to leave?
He: No! Don’t even think about it.
She: Do you love me?
He: Of course! Over and over!
She: Have you ever cheated on me?
He: No! Why are you even asking?
She: Will you kiss me?
He: Every chance I get.
She: Will you hit me?
He: Are you crazy! I’m not that kind of person!
She: Can I trust you?
He: Yes.
She: Darling!
After marriage….
Simply read from bottom to top.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
He: Yes. At last. It was so hard to wait.
She: Do you want me to leave?
He: No! Don’t even think about it.
She: Do you love me?
He: Of course! Over and over!
She: Have you ever cheated on me?
He: No! Why are you even asking?
She: Will you kiss me?
He: Every chance I get.
She: Will you hit me?
He: Are you crazy! I’m not that kind of person!
She: Can I trust you?
He: Yes.
She: Darling!
After marriage….
Simply read from bottom to top.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Wednesday, February 25, 2009
A Story of Jujuk Srimulat
Panggilan Tuhan Membuatnya Takut Mati
Bagi penggemar panggung komedi di tahun 80-an, pasti mengenal sosok wanita yang satu ini. Dulu, bersama Gepeng, Asmuni, Timbul, dan Tarzan, ia sering tampil di berbagai acara panggung. Nama itu terus berkibar, setelah dirinya sering didaulat berperan sebagai seorang juragan atau boss dalam setiap lakon, baik itu di televisi maupun panggung-panggung terbuka, seperti di kota Surabaya, Solo, dan Jakarta.
Nama wanita itu adalah Jujuk. Lalu apa sebenarnya yang menarik dari komedian yang satu ini? Istri tercinta pencetus sekaligus pimpinan teras Srimulat Teguh tersebut, pada tahun 2003 lalu memproklamirkan diri sebagai pengikut Kristus. Banyak orang mengenalnya, tetapi sedikit yang tahu kalau dirinya sekarang jadi kristen. Kepada GAHARU wanita yang selalu tampil ayu bak putri Solo ini berkisah dan menuturkan bagaimana proses pengenalannya terhadap Kristus.
Eksistensi Srimulat dalam perjalanannya memang mengalami pasang surut, bahkan sempat vakum dalam kurun waktu yang cukup lama. Kehadirannya kembali berkibar sekitar tahun 90-an, ketika salah satu stasiun televisi swasta mengontrak grup ini dalam acara panggung Srimulat di Indosiar. Sepeninggal Teguh yang dipanggil Tuhan beberapa tahun silam, Jujuk memutuskan menikah kembali dengan seorang perjaka. "Maaf namanya tak usah disebut ya," pintanya sambil tersenyum. Dalam pernikahan yang diharapkan akan menuai kebahagian, seperti yang direguknya bersama Teguh dulu, ternyata jauh panggang dari api. Malah sering terjadi kesalahpahaman yang ujung-ujungnya terjadi pertengkaran. "Rumah tangga saya bagaikan neraka," tandasnya.
Dengan berbagai persoalan yang begitu pelik itulah membuat fisik dan mental ibu empat orang anak ini lemah. "Saya tertekan, bahkan tak kuasa menahannya. Kejadian ini saya rasakan saat manggung bareng bersama pelantun tembang-tembang campur sari, Didik Kempot. Sampai di rumah tubuh saya limbung dan gelap sekali. Saya benar-benar rapuh. Dalam kegelapan itu saya mencoba memanjatkan doa permohonan sesuai dengan kepercayaan saya dulu. Tiba-tiba saya mendengar panggilan dalam bahasa Jawa "Muliho-muliho" artinya pulanglah-pulanglah. Mendengar panggilan itu saya ketakutan luar biasa. Sebab yang saya pahami dari nenek moyang saya dulu, pulang itu bisa berarti dipanggil Tuhan alias meninggal. Inilah yang membuat saya takut luar biasa. Jujur saja saya belum siap kalau Tuhan panggil. Maka secara spontan saya mengajukan permohonan kepada Tuhan, jangan Kau panggil saya sekarang Tuhan, karena saya belum siap mati. Tetapi suara itu tetap terdengar bahkan sampai tiga kali. Nah, pada panggilan ketiga, suara itu menambahkan supaya saya pulang dengan membawa semua barang-barang saya yang ketika itu dikuasai oleh suami kedua saya ini. Disinilah saya meyakini bahwa panggilan pulang itu supaya saya ke rumah dulu dan membawa barang-barang saya, Saya meyakini bahwa itu adalah suara Tuhan," jelasnya.
Minta Didoakan
Dengan sisa tenaga yang masih ada, Jujuk segera pulang ke rumahnya. Seperti perintah yang diyakini sebagai suara Tuhan, ia mengambil dan membawa serta barang-barang berharga miliknya. "Sebenarnya barang-barang itu juga hasil jerih lelah saya selama ini. Saya semakin yakin itu suara Tuhan, seminggu setelah saya mendapatkan kabar ada masalah dengan orang yang bersengketa dengan saya. Dari situlah saya menyadari bahwa Tuhan itu memang baik. Karenanya saya minta keempat anak saya untuk mendoakan. Sebab mereka sudah terima Yesus terlebih dahulu. Awalnya mereka kaget. "Mama tahu 'kan apa doa saya?" tanya mereka. Lalu saya katakan saya tahu, tetapi tolong mama didoakan. Sewaktu didoakan itulah saya menangis sejadi-jadinya dan bicara tidak karuan. Sekarang saya baru tahu kalau yang saya alami itu adalah bahasa Roh. Saya mengerti apa yang saya katakan, tetapi anak-anak dan hamba Tuhan yang mendoakan waktu itu sama sekali tidak tahu apa maksud kata-kata saya itu. Sejak itulah, saya memutuskan untuk menerima Yesus, bahkan sekarang aktif di GBI Keluarga Allah Solo, dan pelayanan secara Oikumene," kisahnya.
Ternyata hanya di dalam nama-Nyalah ada kelegaan. Melalui peristiwa inilah segala beban berat yang ada dalam dirinya terangkat. Dan yang lebih dahsyat lagi, Tuhan meminta untuk mengampuni orang yang bermasalah dengannya. "Jujur itu sangat berat, sebab orang seperti itu tak layak mendapat pengampunan. Selama satu tahun saya bergumul untuk bisa mengampuninya. Dan luar biasa akhirnya saya bisa melakukannya," ujarnya. Setelah menerima Yesus. Mujizat demi mujizat terjadi dalam hidup saya, "Rasanya saya sampai tidak bisa bercerita mukjizat yang saya alami satu per satu karena saking banyaknya, wis kalau mau tahu lebih banyak mujizat yang saya alami datang ke Solo saja nanti pasti saya akan bercerita banyak," tukasnya dengan gaya Srimulatnya. Sumber: Elia Stories/Gaharu.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Bagi penggemar panggung komedi di tahun 80-an, pasti mengenal sosok wanita yang satu ini. Dulu, bersama Gepeng, Asmuni, Timbul, dan Tarzan, ia sering tampil di berbagai acara panggung. Nama itu terus berkibar, setelah dirinya sering didaulat berperan sebagai seorang juragan atau boss dalam setiap lakon, baik itu di televisi maupun panggung-panggung terbuka, seperti di kota Surabaya, Solo, dan Jakarta.
Nama wanita itu adalah Jujuk. Lalu apa sebenarnya yang menarik dari komedian yang satu ini? Istri tercinta pencetus sekaligus pimpinan teras Srimulat Teguh tersebut, pada tahun 2003 lalu memproklamirkan diri sebagai pengikut Kristus. Banyak orang mengenalnya, tetapi sedikit yang tahu kalau dirinya sekarang jadi kristen. Kepada GAHARU wanita yang selalu tampil ayu bak putri Solo ini berkisah dan menuturkan bagaimana proses pengenalannya terhadap Kristus.
Eksistensi Srimulat dalam perjalanannya memang mengalami pasang surut, bahkan sempat vakum dalam kurun waktu yang cukup lama. Kehadirannya kembali berkibar sekitar tahun 90-an, ketika salah satu stasiun televisi swasta mengontrak grup ini dalam acara panggung Srimulat di Indosiar. Sepeninggal Teguh yang dipanggil Tuhan beberapa tahun silam, Jujuk memutuskan menikah kembali dengan seorang perjaka. "Maaf namanya tak usah disebut ya," pintanya sambil tersenyum. Dalam pernikahan yang diharapkan akan menuai kebahagian, seperti yang direguknya bersama Teguh dulu, ternyata jauh panggang dari api. Malah sering terjadi kesalahpahaman yang ujung-ujungnya terjadi pertengkaran. "Rumah tangga saya bagaikan neraka," tandasnya.
Dengan berbagai persoalan yang begitu pelik itulah membuat fisik dan mental ibu empat orang anak ini lemah. "Saya tertekan, bahkan tak kuasa menahannya. Kejadian ini saya rasakan saat manggung bareng bersama pelantun tembang-tembang campur sari, Didik Kempot. Sampai di rumah tubuh saya limbung dan gelap sekali. Saya benar-benar rapuh. Dalam kegelapan itu saya mencoba memanjatkan doa permohonan sesuai dengan kepercayaan saya dulu. Tiba-tiba saya mendengar panggilan dalam bahasa Jawa "Muliho-muliho" artinya pulanglah-pulanglah. Mendengar panggilan itu saya ketakutan luar biasa. Sebab yang saya pahami dari nenek moyang saya dulu, pulang itu bisa berarti dipanggil Tuhan alias meninggal. Inilah yang membuat saya takut luar biasa. Jujur saja saya belum siap kalau Tuhan panggil. Maka secara spontan saya mengajukan permohonan kepada Tuhan, jangan Kau panggil saya sekarang Tuhan, karena saya belum siap mati. Tetapi suara itu tetap terdengar bahkan sampai tiga kali. Nah, pada panggilan ketiga, suara itu menambahkan supaya saya pulang dengan membawa semua barang-barang saya yang ketika itu dikuasai oleh suami kedua saya ini. Disinilah saya meyakini bahwa panggilan pulang itu supaya saya ke rumah dulu dan membawa barang-barang saya, Saya meyakini bahwa itu adalah suara Tuhan," jelasnya.
Minta Didoakan
Dengan sisa tenaga yang masih ada, Jujuk segera pulang ke rumahnya. Seperti perintah yang diyakini sebagai suara Tuhan, ia mengambil dan membawa serta barang-barang berharga miliknya. "Sebenarnya barang-barang itu juga hasil jerih lelah saya selama ini. Saya semakin yakin itu suara Tuhan, seminggu setelah saya mendapatkan kabar ada masalah dengan orang yang bersengketa dengan saya. Dari situlah saya menyadari bahwa Tuhan itu memang baik. Karenanya saya minta keempat anak saya untuk mendoakan. Sebab mereka sudah terima Yesus terlebih dahulu. Awalnya mereka kaget. "Mama tahu 'kan apa doa saya?" tanya mereka. Lalu saya katakan saya tahu, tetapi tolong mama didoakan. Sewaktu didoakan itulah saya menangis sejadi-jadinya dan bicara tidak karuan. Sekarang saya baru tahu kalau yang saya alami itu adalah bahasa Roh. Saya mengerti apa yang saya katakan, tetapi anak-anak dan hamba Tuhan yang mendoakan waktu itu sama sekali tidak tahu apa maksud kata-kata saya itu. Sejak itulah, saya memutuskan untuk menerima Yesus, bahkan sekarang aktif di GBI Keluarga Allah Solo, dan pelayanan secara Oikumene," kisahnya.
Ternyata hanya di dalam nama-Nyalah ada kelegaan. Melalui peristiwa inilah segala beban berat yang ada dalam dirinya terangkat. Dan yang lebih dahsyat lagi, Tuhan meminta untuk mengampuni orang yang bermasalah dengannya. "Jujur itu sangat berat, sebab orang seperti itu tak layak mendapat pengampunan. Selama satu tahun saya bergumul untuk bisa mengampuninya. Dan luar biasa akhirnya saya bisa melakukannya," ujarnya. Setelah menerima Yesus. Mujizat demi mujizat terjadi dalam hidup saya, "Rasanya saya sampai tidak bisa bercerita mukjizat yang saya alami satu per satu karena saking banyaknya, wis kalau mau tahu lebih banyak mujizat yang saya alami datang ke Solo saja nanti pasti saya akan bercerita banyak," tukasnya dengan gaya Srimulatnya. Sumber: Elia Stories/Gaharu.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tuesday, February 24, 2009
THE SMEEL OF RAIN
Pada malam yang dingin di bulan Maret dan angin berhembus di kegelapan malam di Dallas, Amerika Serikat, seorang dokter melangkah masuk ke dalam ruangan dimana Diana Blessing dirawat. Diana masih merasa pening akibat dari efek operasi. Diana baru saja dioperasi. Suaminya, David, mengenggam tangannya dan berusaha menahan emosinya atas berita yang baru saja didengarnya. Siang itu pada tanggal 10 maret 1991, Diana mengalamai komplikasi pada kandungannya. Di usia kandungan baru 24 minggu dia harus menjalani operasi Caesar untuk mengeluarkan bayi di dalam kandungannya. Maka lahirlah anak perempuan pasangan itu, yang bernama Dana Lu Blessing. Yang hanya 12 inci dan beratnya hanya satu pound sembilan ons (0.86 kg).
Dan perkataan dokter yang lembut rasanya seperti bom bagi mereka. Dokter mengatakan dengan hati-hati, "Saya tidak yakin, anak ini akan dapat bertahan. Hanya ada kemungkinan 10 persen, dia akan melewati malam ini. Dan jika dapat bertahan, hanya ada kesempatan yang sangat kecil dia dapat bertahan, masa depannya akan sangat kejam."
Dengan rasa tidak percaya, David dan Diana mendengarkan apa yang dokter jelaskan tentang sesuatu yang sangat buruk. Dana sangat tidak mungkin untuk selamat.
"Dana tidak akan dapat berjalan, dia tidak akan dapat berbicara, dia kemungkinan akan buta, dan dia pasti akan mudah untuk dapat menderita catastrophic (masalah besar) dari Celebral plasty (idiot) dan penghambatan perkembangan mental dan lain sebagainya."
"Tidak mungkin," kata Diana tidak percaya. Dia dan David, suaminya, dan anak lelakinya Dustin yang berumur lima tahun, telah lama mendambakan seorang putri di dalam anggota keluarganya. Sekarang mimpi itu telah terwujud.
Tetapi setelah hari itu berlalu, dan penderitaan baru di dalam keluarga itu. Karena Dana mengalami pertumbuhan sistem sel saraf yang sangat lambat sehingga cahaya atau sentuhan dapat membuat dia merasa kesakitan (tidak nyaman), jadi mereka tidak dapat menggendong bayi mungil itu di dada. Dana memberikan rasa cinta yang besar. Semua mereka lakukan untuk berdoa supaya Tuhan mau berjaga di dekat putri mereka yang berharga, dan Dana berjuang sendirian di bawah lampu sinar ultraviolet di dalam incubator. Mereka tidak melupakan bagaimana Dana bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin kuat.
Minggu demi minggu berlalu, Dana tumbuh dengan lambat tetapi pasti. Berat dan kekuatannya juga semakin bertambah. Akhirnya setelah Dana berusia dua bulan, mereka mendapatkan ijin untuk menyentuh dana dengan tangan untuk pertama kalinya.
Dan dua bulan kemudian, dokter memperingatkan dengan lembut kemungkinan yang suram yang akan terjadi, kesempatannya sangat kecil untuk bertahan dan hidup dengan normal. Semuanya sangat kecil sekali. Dan Dana bisa dibawa pulang dari rumah sakit, seperti yang diinginkan ibunya.
Lima tahun kemudian, Dana telah menjadi seorang gadis kecil yang mungil dengan mata abu-abunya yang cerah dan semangat hidup yang luar biasa. Tidak ada tanda-tanda akan mengalami suatu gangguan mental atau fisik yang akan di deritanya. Dia seperti gadis kecil yang normal dengan segala aktifitasnya. Tetapi cerita tidak berakhir disini.
Di suatu siang yang panas, pada musim panas tahun 1996 di dekat rumah mereka di Irving, Texas, Dana sedang duduk di pangkuan ibunya, di sebuah lapangan bola setempat, dimana saudaranya Dustin sedang latihan baseball bersama teamnya.
Seperti biasa, Dana mengoceh tanpa henti kepada ibunya dan beberapa orang dewasa duduk di dekat mereka ketika tiba-tiba Dana terdiam. Dana memeluk tangan ibunya dan merangkulkannya ke tubuh mungilnya. Lalu ia bertanya, "Mama, mama mencium sesuatu?
Mamanya mencoba membaui udara dan berusaha mendeteksi akan mendekatnya badai.
"Ya,… baunya seperti akan hujan…" Diana menjawab.
Dana memandang mata ibunya dan bertanya lagi, "Mama mencium baunya?"
Sekali lagi ibunya mejawab " Ya… saya pikir nanti akan hujan. Karena baunya seperti hujan." Masih dalam dekapan ibunya, Dana mengelengkan kepalanya dan menepuk pundak ibunya dengan tangan mungilnya. Dengan perlahan dia mengatakan "Bukan, baunya seperti DIA…" Itu baunya TUHAN, ketika aku mendekap ke dada-NYA…
Air mata mengalir ke pipi Diana karena Dana, karena kebahagian dan pertolongan-Nya sehingga Dana dapat seperti anak lainnya. Sebelum hujan turun, perkataan Dana mengingatkan Diana akan keberadaan Dana dalam keluarga itu, di dalam hatinya selama ini.
Pada saat hari-hari yang panjang di dalam dua bulan pertama kehidupan Dana, ketika sistem sarafnya sensitive terhadap sentuhan sekalipun. Pada saat Dana tidak dapat di dekapnya di dalam pelukannya sekalipun ibunya sangat menginginkanya, TUHAN telah mendekap Dana di dalam pelukan-Nya dan menjaganya. Dan bau cinta Tuhan yang telah diingat oleh Dana sangat baik. Sumber: Email dari para sahabat.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Dan perkataan dokter yang lembut rasanya seperti bom bagi mereka. Dokter mengatakan dengan hati-hati, "Saya tidak yakin, anak ini akan dapat bertahan. Hanya ada kemungkinan 10 persen, dia akan melewati malam ini. Dan jika dapat bertahan, hanya ada kesempatan yang sangat kecil dia dapat bertahan, masa depannya akan sangat kejam."
Dengan rasa tidak percaya, David dan Diana mendengarkan apa yang dokter jelaskan tentang sesuatu yang sangat buruk. Dana sangat tidak mungkin untuk selamat.
"Dana tidak akan dapat berjalan, dia tidak akan dapat berbicara, dia kemungkinan akan buta, dan dia pasti akan mudah untuk dapat menderita catastrophic (masalah besar) dari Celebral plasty (idiot) dan penghambatan perkembangan mental dan lain sebagainya."
"Tidak mungkin," kata Diana tidak percaya. Dia dan David, suaminya, dan anak lelakinya Dustin yang berumur lima tahun, telah lama mendambakan seorang putri di dalam anggota keluarganya. Sekarang mimpi itu telah terwujud.
Tetapi setelah hari itu berlalu, dan penderitaan baru di dalam keluarga itu. Karena Dana mengalami pertumbuhan sistem sel saraf yang sangat lambat sehingga cahaya atau sentuhan dapat membuat dia merasa kesakitan (tidak nyaman), jadi mereka tidak dapat menggendong bayi mungil itu di dada. Dana memberikan rasa cinta yang besar. Semua mereka lakukan untuk berdoa supaya Tuhan mau berjaga di dekat putri mereka yang berharga, dan Dana berjuang sendirian di bawah lampu sinar ultraviolet di dalam incubator. Mereka tidak melupakan bagaimana Dana bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin kuat.
Minggu demi minggu berlalu, Dana tumbuh dengan lambat tetapi pasti. Berat dan kekuatannya juga semakin bertambah. Akhirnya setelah Dana berusia dua bulan, mereka mendapatkan ijin untuk menyentuh dana dengan tangan untuk pertama kalinya.
Dan dua bulan kemudian, dokter memperingatkan dengan lembut kemungkinan yang suram yang akan terjadi, kesempatannya sangat kecil untuk bertahan dan hidup dengan normal. Semuanya sangat kecil sekali. Dan Dana bisa dibawa pulang dari rumah sakit, seperti yang diinginkan ibunya.
Lima tahun kemudian, Dana telah menjadi seorang gadis kecil yang mungil dengan mata abu-abunya yang cerah dan semangat hidup yang luar biasa. Tidak ada tanda-tanda akan mengalami suatu gangguan mental atau fisik yang akan di deritanya. Dia seperti gadis kecil yang normal dengan segala aktifitasnya. Tetapi cerita tidak berakhir disini.
Di suatu siang yang panas, pada musim panas tahun 1996 di dekat rumah mereka di Irving, Texas, Dana sedang duduk di pangkuan ibunya, di sebuah lapangan bola setempat, dimana saudaranya Dustin sedang latihan baseball bersama teamnya.
Seperti biasa, Dana mengoceh tanpa henti kepada ibunya dan beberapa orang dewasa duduk di dekat mereka ketika tiba-tiba Dana terdiam. Dana memeluk tangan ibunya dan merangkulkannya ke tubuh mungilnya. Lalu ia bertanya, "Mama, mama mencium sesuatu?
Mamanya mencoba membaui udara dan berusaha mendeteksi akan mendekatnya badai.
"Ya,… baunya seperti akan hujan…" Diana menjawab.
Dana memandang mata ibunya dan bertanya lagi, "Mama mencium baunya?"
Sekali lagi ibunya mejawab " Ya… saya pikir nanti akan hujan. Karena baunya seperti hujan." Masih dalam dekapan ibunya, Dana mengelengkan kepalanya dan menepuk pundak ibunya dengan tangan mungilnya. Dengan perlahan dia mengatakan "Bukan, baunya seperti DIA…" Itu baunya TUHAN, ketika aku mendekap ke dada-NYA…
Air mata mengalir ke pipi Diana karena Dana, karena kebahagian dan pertolongan-Nya sehingga Dana dapat seperti anak lainnya. Sebelum hujan turun, perkataan Dana mengingatkan Diana akan keberadaan Dana dalam keluarga itu, di dalam hatinya selama ini.
Pada saat hari-hari yang panjang di dalam dua bulan pertama kehidupan Dana, ketika sistem sarafnya sensitive terhadap sentuhan sekalipun. Pada saat Dana tidak dapat di dekapnya di dalam pelukannya sekalipun ibunya sangat menginginkanya, TUHAN telah mendekap Dana di dalam pelukan-Nya dan menjaganya. Dan bau cinta Tuhan yang telah diingat oleh Dana sangat baik. Sumber: Email dari para sahabat.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Bathroom Marriage
Pernikahan Kamar Mandi
Sudah lama sekali aku tidak mengisi blog. Ngapain? Macem-macem. Ngurusin buku sendiri, ngasong buku "Berjalan di Air Pasang Surut", ini-itu, dan yang jelas ya ngurusin keluarga lah...
Kemarin tanggal 1 November 2008 bertepatan dengan Pesta Semua Orang Kudus, aku boleh merayakan anniversary pernikahan kami yang keenam. Baru 6 tahun... baru boleh masuk SD. Baru sadar kalau pernikahan itu memang tidak seindah di novel atau film. Setelah enam tahun menikah, rasanya sudah tidak terlalu kaget lagi kalau melihat Si Ayah yang begitu. Sejak awal pernikahan memang kedewasaannya bukan bertambah, memang sedikit naik, tetapi banyak turunnya. Berantem hampir tiap hari. Hal kecil jadi besar, macam-macamlah. Rasa kangen juga jarang banget. Bosen? Pasti! Tepatnya: bosen yang diributin itu lagi-itu lagi. Kayaknya kok dia tidak belajar banget dari kesalahan. Demen bener dia jatuh di lobang yang sama. Sudah tahu bininya galak dan bawel, hal yang tak disukai kok masih saja dikerjain terus? Rasanya aku tak dihargai deh...
Sampai kadang sempat terpikir untuk berpisah. Tapi tak semudah itu 'kan? Kawinnya saja sok yakin, berpisahnya kok begitu saja? Awalnya dramatis, akhirnya tidak seru... Belum lagi gimana ngomongin ke semua orang yang dulu jadi tumpuan proses married-nya. Yang paling penting: anak-anak gimana? aku mau tinggal di mana? Rumah ini cuman satu, masa dibagi dua? Wuih... ribet deh...!
Sempat juga aku flirting (melirik) sama beberapa teman cowok. Hasilnya? Wah, menyedihkan! Ngapain saja? Chatting aja ato SMS! Mau dating 'kan tak semudah itu. Aku ibu Rumah Tangga tanpa pembantu, masa dating bawa anak-anak? Gila apa? Berapa lama sempat "selingkuh"? Seumur jagung! Paling lama juga sebulan. Kok "bubar"? Bukan "bubar", tapi aku yang kabur. Kualitas cowok-cowok itu sama sekali tak layak dibandingkan sama Si Ayah. Ada yang dominan, sok ngatur, cemburuan, tak legowo, kurang semangat melayani, emosional, tak berpikiran terbuka, tidak pandai mendengarkan... Akhirnya, ya balik lagi ke Si Ayah.
Sampai akhirnya pada suatu hari - seperti biasa, ide datang ketika sedang mandi - aku berpikir bahwa pernikahan itu ibarat kamar mandi. Kok begitu? Tak ada metafora lainnya? Jelek amat! Kenapa kamar mandi? Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di kamar mandi: mandi, buang air kecil, buang air besar (bahkan untuk yang satu ini, Si Ayah pasti lama karena menghabiskan sebatang rokok belum lagi ngelamunnya...), cuci muka-tangan-kaki, sikat gigi, cukur kumis, macam-macam deh. Konsep kamar mandi di sini tentu saja yang konvensional, misalnya tidak punya wastafel luar. Dalam kondisi apapun - senang, sedih, marah, bahagia - kapanpun pasti kita ke kamar mandi kan? Apa karena lagi senang terus buang air kecilnya ditahan? Atau karena marah maka tidak buang air besar? Tengah malam juga bisa terbangun dan mampir ke kamar mandi, kecuali ingin ranjangnya basah dan berbau tidak sedap...
Aku sendiri sering menemukan ide cemerlang ketika di kamar mandi. Setidaknya, itu waktu yang paling pribadi dan tidak diganggu anak-anak kecuali mereka mendadak mau buang air juga. Lain lagi dengan Si Ayah, dia bisa hilang selera buang air besarnya di sembarang WC, meskipun senyaman WC hotel. Hasratnya ditahan sampai di rumah. Begitu sampai di rumah langsung terbirit-birit ke kamar mandi. Pemandangan ini beberapa kali terjadi, tapi tetap saja buat anak-anak menjadi pertunjukan komedi segar.
Seorang kawan malah paling senang bergaul dengan BlackBerry-nya ketika buang hajat. Baginya, itulah satu-satunya kesempatan menyendiri. Pernikahan juga begitu. Dalam kondisi apapun, kapanpun, pada akhirnya aku selalu kembali ke Si Ayah. Justru dengan tidak dibatasinya pergaulanku, makin bisa membandingkan kalau orang lain belum tentu sebaik Si Ayah. Aku orang yang yakin kenapa jodohku Si Ayah. Meskipun sering juga ketika sedang bertengkar merasa menyesal kenapa dulu mau saja kawin lari.
Buatku, orang yang tidak puas dengan "kamar mandinya" tidak akan pernah menemukan "kamar mandi ideal". Pasti akan selalu ada saja cacatnya. Padahal semua kamar mandi sama: ada perangkat mandi baik berupa bak air, shower maupun bathtub, ada WC entah itu duduk atau jongkok dengan berbagai model, ada gantungan baju/handuk. Mungkin ada wastafel atau cermin, mungkin tidak. Bentuknya beraneka ragam dengan ongkos pembuatan dan perawatan bervariasi tapi tetap mengusung fungsi utama yang sama: mandi dan buang air. Dan yang terpenting lagi, untuk masuk kamar mandi aku tidak harus dalam perasaan tertentu.
Dulu, ketika berpikir untuk berpisah, aku yakin kalau aku tidak akan kawin lagi. Aku yakin bahwa pernikahan kedua dan seterusnya adalah memainkan drama yang sama dengan pemeran dan karakter yang berbeda. Jadi ngapain kawin-cerai? Aku cukup senang dengan kamar mandiku. Sesekali ada kerusakan ya dibetulkan. Selama segala kebutuhanku di kamar mandi itu terpenuhi, kenapa ganti kamar mandi? Jangan-jangan nanti malah menyesal bahwa "kamar mandi" pertamanya yang paling pas buat kita... Hidup kamar mandi!
Salam Damai, Genevive Lini Hanafiah
www.via-lattea.org, dari Milis Ida Arimurti
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Sudah lama sekali aku tidak mengisi blog. Ngapain? Macem-macem. Ngurusin buku sendiri, ngasong buku "Berjalan di Air Pasang Surut", ini-itu, dan yang jelas ya ngurusin keluarga lah...
Kemarin tanggal 1 November 2008 bertepatan dengan Pesta Semua Orang Kudus, aku boleh merayakan anniversary pernikahan kami yang keenam. Baru 6 tahun... baru boleh masuk SD. Baru sadar kalau pernikahan itu memang tidak seindah di novel atau film. Setelah enam tahun menikah, rasanya sudah tidak terlalu kaget lagi kalau melihat Si Ayah yang begitu. Sejak awal pernikahan memang kedewasaannya bukan bertambah, memang sedikit naik, tetapi banyak turunnya. Berantem hampir tiap hari. Hal kecil jadi besar, macam-macamlah. Rasa kangen juga jarang banget. Bosen? Pasti! Tepatnya: bosen yang diributin itu lagi-itu lagi. Kayaknya kok dia tidak belajar banget dari kesalahan. Demen bener dia jatuh di lobang yang sama. Sudah tahu bininya galak dan bawel, hal yang tak disukai kok masih saja dikerjain terus? Rasanya aku tak dihargai deh...
Sampai kadang sempat terpikir untuk berpisah. Tapi tak semudah itu 'kan? Kawinnya saja sok yakin, berpisahnya kok begitu saja? Awalnya dramatis, akhirnya tidak seru... Belum lagi gimana ngomongin ke semua orang yang dulu jadi tumpuan proses married-nya. Yang paling penting: anak-anak gimana? aku mau tinggal di mana? Rumah ini cuman satu, masa dibagi dua? Wuih... ribet deh...!
Sempat juga aku flirting (melirik) sama beberapa teman cowok. Hasilnya? Wah, menyedihkan! Ngapain saja? Chatting aja ato SMS! Mau dating 'kan tak semudah itu. Aku ibu Rumah Tangga tanpa pembantu, masa dating bawa anak-anak? Gila apa? Berapa lama sempat "selingkuh"? Seumur jagung! Paling lama juga sebulan. Kok "bubar"? Bukan "bubar", tapi aku yang kabur. Kualitas cowok-cowok itu sama sekali tak layak dibandingkan sama Si Ayah. Ada yang dominan, sok ngatur, cemburuan, tak legowo, kurang semangat melayani, emosional, tak berpikiran terbuka, tidak pandai mendengarkan... Akhirnya, ya balik lagi ke Si Ayah.
Sampai akhirnya pada suatu hari - seperti biasa, ide datang ketika sedang mandi - aku berpikir bahwa pernikahan itu ibarat kamar mandi. Kok begitu? Tak ada metafora lainnya? Jelek amat! Kenapa kamar mandi? Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di kamar mandi: mandi, buang air kecil, buang air besar (bahkan untuk yang satu ini, Si Ayah pasti lama karena menghabiskan sebatang rokok belum lagi ngelamunnya...), cuci muka-tangan-kaki, sikat gigi, cukur kumis, macam-macam deh. Konsep kamar mandi di sini tentu saja yang konvensional, misalnya tidak punya wastafel luar. Dalam kondisi apapun - senang, sedih, marah, bahagia - kapanpun pasti kita ke kamar mandi kan? Apa karena lagi senang terus buang air kecilnya ditahan? Atau karena marah maka tidak buang air besar? Tengah malam juga bisa terbangun dan mampir ke kamar mandi, kecuali ingin ranjangnya basah dan berbau tidak sedap...
Aku sendiri sering menemukan ide cemerlang ketika di kamar mandi. Setidaknya, itu waktu yang paling pribadi dan tidak diganggu anak-anak kecuali mereka mendadak mau buang air juga. Lain lagi dengan Si Ayah, dia bisa hilang selera buang air besarnya di sembarang WC, meskipun senyaman WC hotel. Hasratnya ditahan sampai di rumah. Begitu sampai di rumah langsung terbirit-birit ke kamar mandi. Pemandangan ini beberapa kali terjadi, tapi tetap saja buat anak-anak menjadi pertunjukan komedi segar.
Seorang kawan malah paling senang bergaul dengan BlackBerry-nya ketika buang hajat. Baginya, itulah satu-satunya kesempatan menyendiri. Pernikahan juga begitu. Dalam kondisi apapun, kapanpun, pada akhirnya aku selalu kembali ke Si Ayah. Justru dengan tidak dibatasinya pergaulanku, makin bisa membandingkan kalau orang lain belum tentu sebaik Si Ayah. Aku orang yang yakin kenapa jodohku Si Ayah. Meskipun sering juga ketika sedang bertengkar merasa menyesal kenapa dulu mau saja kawin lari.
Buatku, orang yang tidak puas dengan "kamar mandinya" tidak akan pernah menemukan "kamar mandi ideal". Pasti akan selalu ada saja cacatnya. Padahal semua kamar mandi sama: ada perangkat mandi baik berupa bak air, shower maupun bathtub, ada WC entah itu duduk atau jongkok dengan berbagai model, ada gantungan baju/handuk. Mungkin ada wastafel atau cermin, mungkin tidak. Bentuknya beraneka ragam dengan ongkos pembuatan dan perawatan bervariasi tapi tetap mengusung fungsi utama yang sama: mandi dan buang air. Dan yang terpenting lagi, untuk masuk kamar mandi aku tidak harus dalam perasaan tertentu.
Dulu, ketika berpikir untuk berpisah, aku yakin kalau aku tidak akan kawin lagi. Aku yakin bahwa pernikahan kedua dan seterusnya adalah memainkan drama yang sama dengan pemeran dan karakter yang berbeda. Jadi ngapain kawin-cerai? Aku cukup senang dengan kamar mandiku. Sesekali ada kerusakan ya dibetulkan. Selama segala kebutuhanku di kamar mandi itu terpenuhi, kenapa ganti kamar mandi? Jangan-jangan nanti malah menyesal bahwa "kamar mandi" pertamanya yang paling pas buat kita... Hidup kamar mandi!
Salam Damai, Genevive Lini Hanafiah
www.via-lattea.org, dari Milis Ida Arimurti
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Race of Life
Setiap manusia yang hidup di dunia ini tanpa terkecuali sedang berada di gelanggang pertandingan. Di dalam segala segi kehidupan, kita sedang bertanding untuk dapat menang atas tantangan dan masalah.
Adik kami, JJ, adalah teladan ketika ia tidak menyerah dan putus asa di dalam perlombaan hidup yang diwajibkan ini. Dalam usianya yang ke-30 tahun, empat bulan yang lalu ia didiagnosa dokter dengan suatu penyakit komplikasi yang parah dan berbahaya.
Ia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Ia mengalami pendarahan, sehingga ia harus bernafas melalui mulutnya karena kedua lubang hidungnya terus menerus mengeluarkan darah. Kondisinya sangat memprihatinkan, namun ia tak pernah menyerah. Ia percaya akan janji Tuhan dan rindu agar kehidupannya menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan mendengar dan mengerti kerinduannya.
Pada bulan Desember 2008 JJ bisa keluar dari rumah sakit dan bersaksi akan kebaikan Tuhan, khususnya lewat ibadah Natal. Ia bersukacita dan sangat menikmati pelayanan yang Tuhan berikan.
Pada tanggal 6 Januari 2009 JJ kembali harus menghadapi tantangan dalam pertandingan kehidupannya. Paru-parunya membengkak dan penuh cairan. Ia menjadi sangat sulit bernafas, tidak dapat tidur atau tiduran. Hari itu ia kembali dirawat di rumah sakit dalam kondisi yang sangat lemah. Namun ia tidak pernah mengeluh walaupun selama 24 jam harus mengenakan masker oksigen dan duduk di tempat tidurnya terus menerus.
Setelah enam hari dirawat, tanpa makanan masuk dalam tubuhnya, tanpa dapat berbaring, tanpa tidur karena ia tak dapat tidur dalam posisi duduk, JJ memanggil isterinya tercinta. Dengan terbata-bata karena sulit sekali berbicara, ia berbisik, “I love you.” kepada isteri dan anaknya.
Setelah itu kondisi JJ terus menerus turun hingga beberapa jam kemudian ia meninggal dengan tenang dan damai didampingi kedua kakaknya, isteri, anak, serta ibundanya yang tercinta.
JJ telah menang dalam pertandingan imannya. Selama penyakit menggerogoti tubuh dan kesehatannya, ia tidak pernah mengeluh dan marah kepada Tuhan. Ia selalu mengucap syukur dan senantiasa percaya bahwa dalam kelemahanlah justru kuasa Allah menjadi sempurna. Ia telah sampai di garis finish dan memenangkan pertandingan iman.
Hari ini Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita yang masih bernafas untuk terus berlari di gelanggang pertandingan kehidupan kita. Teruslah bertanding dan jangan menyerah. Meskipun tantangan dan masalah yang kita hadapi cukup berat, kita masih memiliki Bapa yang jauh jauh jauh lebih besar dari masalah dan tantangan kita. Apalagi pencobaan-pencobaan yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya. Oleh: Pdt. Edward Supit, seperti dimuat dalam Tabloid Keluarga Edisi no. 43/2009.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Adik kami, JJ, adalah teladan ketika ia tidak menyerah dan putus asa di dalam perlombaan hidup yang diwajibkan ini. Dalam usianya yang ke-30 tahun, empat bulan yang lalu ia didiagnosa dokter dengan suatu penyakit komplikasi yang parah dan berbahaya.
Ia harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Ia mengalami pendarahan, sehingga ia harus bernafas melalui mulutnya karena kedua lubang hidungnya terus menerus mengeluarkan darah. Kondisinya sangat memprihatinkan, namun ia tak pernah menyerah. Ia percaya akan janji Tuhan dan rindu agar kehidupannya menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan mendengar dan mengerti kerinduannya.
Pada bulan Desember 2008 JJ bisa keluar dari rumah sakit dan bersaksi akan kebaikan Tuhan, khususnya lewat ibadah Natal. Ia bersukacita dan sangat menikmati pelayanan yang Tuhan berikan.
Pada tanggal 6 Januari 2009 JJ kembali harus menghadapi tantangan dalam pertandingan kehidupannya. Paru-parunya membengkak dan penuh cairan. Ia menjadi sangat sulit bernafas, tidak dapat tidur atau tiduran. Hari itu ia kembali dirawat di rumah sakit dalam kondisi yang sangat lemah. Namun ia tidak pernah mengeluh walaupun selama 24 jam harus mengenakan masker oksigen dan duduk di tempat tidurnya terus menerus.
Setelah enam hari dirawat, tanpa makanan masuk dalam tubuhnya, tanpa dapat berbaring, tanpa tidur karena ia tak dapat tidur dalam posisi duduk, JJ memanggil isterinya tercinta. Dengan terbata-bata karena sulit sekali berbicara, ia berbisik, “I love you.” kepada isteri dan anaknya.
Setelah itu kondisi JJ terus menerus turun hingga beberapa jam kemudian ia meninggal dengan tenang dan damai didampingi kedua kakaknya, isteri, anak, serta ibundanya yang tercinta.
JJ telah menang dalam pertandingan imannya. Selama penyakit menggerogoti tubuh dan kesehatannya, ia tidak pernah mengeluh dan marah kepada Tuhan. Ia selalu mengucap syukur dan senantiasa percaya bahwa dalam kelemahanlah justru kuasa Allah menjadi sempurna. Ia telah sampai di garis finish dan memenangkan pertandingan iman.
Hari ini Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita yang masih bernafas untuk terus berlari di gelanggang pertandingan kehidupan kita. Teruslah bertanding dan jangan menyerah. Meskipun tantangan dan masalah yang kita hadapi cukup berat, kita masih memiliki Bapa yang jauh jauh jauh lebih besar dari masalah dan tantangan kita. Apalagi pencobaan-pencobaan yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya. Oleh: Pdt. Edward Supit, seperti dimuat dalam Tabloid Keluarga Edisi no. 43/2009.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Monday, February 23, 2009
Rinto Harahap
Rinto Harahap: Saya Heran, Tiba-tiba Saja Sembuh!
Jakarta – Di ruang tamu yang bertaburan dengan lukisan dan foto keluarga di Jalan Bango, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rinto Harahap mengangkat tangan tinggi-tinggi. Seperti seorang anak kecil yang baru mampu menggerakkan anggota tubuh, dia terus menatap dengan takjub. “Tangan saya sudah bisa bergerak. Saya bisa bicara. Saya menjawab dengan gampang. Dulu susah sekali, susah bicara, susah gerak,” ujarnya dalam perbicangan dengan SH, Selasa (28/3) siang.
Beberapa hari lalu pencipta lagu dan produser ini mengalami kesembuhan dari penyakit strokenya ketika menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertema “Doa bagi Pemulihan Bangsa” selama tiga hari yang diadakan GBI Api Kemuliaan yang dihadiri oleh Rev. Benny Hinn – pendeta terkemuka Amerika Serikat – di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta (26-28/3).
Selama berbincang, selain tangan yang terus dia gerakkan, ucapan Rinto pun lancar mengalir dari bibirnya. Dia mengaku, proses kesembuhannya pun ajaib. Bahkan sebelum acara itu digelar. Ketika itu, dia bersama keluarga tengah berlibur di Bali. Amry yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan segera memberitahukan ada acara doa yang diadakan di Jakarta dan menjemput abangnya. Mereka memang datang pada hari pertama kegiatan itu.
Mengikuti keinginan si adik, dengan pesawat Rinto dipapah sampai ke bandara. “Saya berangkat pukul 12.20 WITA dari Denpasar, tiba di Jakarta sekitar pukul 02.00 WIB,” ujar Rinto. Bahkan, saat menuju Ancol pun, dia heran perjalanan bisa dilintasi oleh dua iringan mobil keluarga Rinto Harahap dengan mudah. Di tengah keramaian – ratusan ribu orang hadir pada acara itu – dia mulai merasakan perubahan itu.
Sehingga ketika pendeta kesohor di dunia itu meminta para jemaat untuk pemberkatan dan penyembuhan, dia heran dirinya bisa maju ratusan meter ke depan. Ketika itu, ada beberapa artis lain seperti Melky Goeslaw yang datang di acara itu. Mereka dipanggil satu persatu oleh pendeta itu.
Baginya ini adalah keajaiban, karena sebelumnya, dia tak pernah bisa berjalan sejauh itu. “Tau-tau saya dipanggil ama dia, saya tidak memakai kursi roda, saya berjalan ke depan. Ilang sakit saya. Dalam hati, sungguh ada kesembuhan.Ya, yang saya alami inilah,” ujar suami Lily Kuslolita ini.
Dua Tahun
Tentang kedekatannya dengan Tuhan setelah ini, dia mengaku masih bingung dengan segala kejadian ini. “Itu pasti. Saya baru akan dapat menjawab beberapa saat lagi. Saya gak tau, saya sendiri masih terkesan dengan peristiwa ini,” paparnya.
Walau belum seratus persen, dia mengaku peristiwa itu telah membuatnya lapang dada. Dua tahun sudah, Rinto tak bisa beranjak dari rumah, kecuali dengan bantuan kursi roda. Bahkan untuk duduk pun, dia mengaku sulit. Artis yang karyanya begitu banyak dan kerap menjadi talent scout buat artis-artis sejak era tahun 1970-an itu, bahkan sempat tak bisa berkarya, kecuali hanya bisa berinspirasi, tapi sulit untuk berkarya.
Selama ini, tak hanya keluarga tapi kawan musisi dan seniman lain berharap pada kesembuhannya. Dia cuma bisa berinspirasi tapi tak lagi bisa menuangkannya selama beberapa waktu. “Sekarang mulai pulih. Mungkin sebentar lagi saya akan kembali menulis,” ujarnya.
Peristiwa stroke pada sebagian tubuhnya memang membuat dia gamang, kaki kanan dan tangannya sulit digerakkan. Padahal dia mengaku tak mengonsumsi hal-hal yang kurang baik, bisa jadi juga karena dirinya kurang bisa menjaga makanan.
Penyanyi yang pencipta yang dua tahun lalu bahkan sempat tampil dalam warna etnomusik yang dibawakannya di Bentara Budaya itu, mengaku ingin kembali berkarya. “Saya akan tulis lagu-lagu untuk kemanusiaan, kedamaian. Lagu perdamaian. Lagu rohani, tentu juga. Karena bila pun kita berkeinginan macam-macam, seberat apa pun, tetap tak bisa. Tapi kalau Dia berkenan, dalam hitungan detik pun semua ter-cover,” kata artis yang kerap menciptakan beberapa warna lagu selain genre popnya yang dominan itu. Bagaimana pun, kepribadian kuat dalam diri suaminya sangat perlu. Selain sebagai suami, papa dan juga opung bagi keluarga mereka, Rinto sejak awal memang mendapat dukungan penuh dari keluarga.
“Mujizat bisa terjadi di mana saja. Semoga setelah ini, selain sebagai pemusik yang berkarya, dia adalah ayah, sekaligus opung yang baik bagi keluarga,” ujar sang istri yang sejak awal berusaha menguatkan suaminya itu.
“Jangan mudah menyerah. Jangan nyerah dan putus asa. Papa harus sembuh,” ujar putri bungsunya, yang sejak awal wawancara mendampingi papanya. Ada keriangan di balik tatap mata itu, pada keadaan sang papa, yang sejak awal wawancara bahkan telah mondar-mandir di sekeliling meja.
Keajaiban, pertolongan Tuhan, memang selalu membuat setiap manusia ciptaan-Nya takjub. Selamat atas kesembuhan Bang Rinto dan kembali berkarya. (Sihar Ramses Simatupang). Sumber: Sinar Harapan, 31 Maret 2006 - Email kiriman Bpk. Marcel Winokan
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
*****
Terima kasih atas pesanan 2 buku Mukjizat Kehidupan oleh Ibu Lenny di Makasar. Buku segera dikirim dengan Pos Kilat Khusus pagi ini. Jika Ibu diberkati buku itu, mohon rekomendasikan kepada teman-teman yang lain. Gbu.
Jakarta – Di ruang tamu yang bertaburan dengan lukisan dan foto keluarga di Jalan Bango, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rinto Harahap mengangkat tangan tinggi-tinggi. Seperti seorang anak kecil yang baru mampu menggerakkan anggota tubuh, dia terus menatap dengan takjub. “Tangan saya sudah bisa bergerak. Saya bisa bicara. Saya menjawab dengan gampang. Dulu susah sekali, susah bicara, susah gerak,” ujarnya dalam perbicangan dengan SH, Selasa (28/3) siang.
Beberapa hari lalu pencipta lagu dan produser ini mengalami kesembuhan dari penyakit strokenya ketika menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertema “Doa bagi Pemulihan Bangsa” selama tiga hari yang diadakan GBI Api Kemuliaan yang dihadiri oleh Rev. Benny Hinn – pendeta terkemuka Amerika Serikat – di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta (26-28/3).
Selama berbincang, selain tangan yang terus dia gerakkan, ucapan Rinto pun lancar mengalir dari bibirnya. Dia mengaku, proses kesembuhannya pun ajaib. Bahkan sebelum acara itu digelar. Ketika itu, dia bersama keluarga tengah berlibur di Bali. Amry yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan segera memberitahukan ada acara doa yang diadakan di Jakarta dan menjemput abangnya. Mereka memang datang pada hari pertama kegiatan itu.
Mengikuti keinginan si adik, dengan pesawat Rinto dipapah sampai ke bandara. “Saya berangkat pukul 12.20 WITA dari Denpasar, tiba di Jakarta sekitar pukul 02.00 WIB,” ujar Rinto. Bahkan, saat menuju Ancol pun, dia heran perjalanan bisa dilintasi oleh dua iringan mobil keluarga Rinto Harahap dengan mudah. Di tengah keramaian – ratusan ribu orang hadir pada acara itu – dia mulai merasakan perubahan itu.
Sehingga ketika pendeta kesohor di dunia itu meminta para jemaat untuk pemberkatan dan penyembuhan, dia heran dirinya bisa maju ratusan meter ke depan. Ketika itu, ada beberapa artis lain seperti Melky Goeslaw yang datang di acara itu. Mereka dipanggil satu persatu oleh pendeta itu.
Baginya ini adalah keajaiban, karena sebelumnya, dia tak pernah bisa berjalan sejauh itu. “Tau-tau saya dipanggil ama dia, saya tidak memakai kursi roda, saya berjalan ke depan. Ilang sakit saya. Dalam hati, sungguh ada kesembuhan.Ya, yang saya alami inilah,” ujar suami Lily Kuslolita ini.
Dua Tahun
Tentang kedekatannya dengan Tuhan setelah ini, dia mengaku masih bingung dengan segala kejadian ini. “Itu pasti. Saya baru akan dapat menjawab beberapa saat lagi. Saya gak tau, saya sendiri masih terkesan dengan peristiwa ini,” paparnya.
Walau belum seratus persen, dia mengaku peristiwa itu telah membuatnya lapang dada. Dua tahun sudah, Rinto tak bisa beranjak dari rumah, kecuali dengan bantuan kursi roda. Bahkan untuk duduk pun, dia mengaku sulit. Artis yang karyanya begitu banyak dan kerap menjadi talent scout buat artis-artis sejak era tahun 1970-an itu, bahkan sempat tak bisa berkarya, kecuali hanya bisa berinspirasi, tapi sulit untuk berkarya.
Selama ini, tak hanya keluarga tapi kawan musisi dan seniman lain berharap pada kesembuhannya. Dia cuma bisa berinspirasi tapi tak lagi bisa menuangkannya selama beberapa waktu. “Sekarang mulai pulih. Mungkin sebentar lagi saya akan kembali menulis,” ujarnya.
Peristiwa stroke pada sebagian tubuhnya memang membuat dia gamang, kaki kanan dan tangannya sulit digerakkan. Padahal dia mengaku tak mengonsumsi hal-hal yang kurang baik, bisa jadi juga karena dirinya kurang bisa menjaga makanan.
Penyanyi yang pencipta yang dua tahun lalu bahkan sempat tampil dalam warna etnomusik yang dibawakannya di Bentara Budaya itu, mengaku ingin kembali berkarya. “Saya akan tulis lagu-lagu untuk kemanusiaan, kedamaian. Lagu perdamaian. Lagu rohani, tentu juga. Karena bila pun kita berkeinginan macam-macam, seberat apa pun, tetap tak bisa. Tapi kalau Dia berkenan, dalam hitungan detik pun semua ter-cover,” kata artis yang kerap menciptakan beberapa warna lagu selain genre popnya yang dominan itu. Bagaimana pun, kepribadian kuat dalam diri suaminya sangat perlu. Selain sebagai suami, papa dan juga opung bagi keluarga mereka, Rinto sejak awal memang mendapat dukungan penuh dari keluarga.
“Mujizat bisa terjadi di mana saja. Semoga setelah ini, selain sebagai pemusik yang berkarya, dia adalah ayah, sekaligus opung yang baik bagi keluarga,” ujar sang istri yang sejak awal berusaha menguatkan suaminya itu.
“Jangan mudah menyerah. Jangan nyerah dan putus asa. Papa harus sembuh,” ujar putri bungsunya, yang sejak awal wawancara mendampingi papanya. Ada keriangan di balik tatap mata itu, pada keadaan sang papa, yang sejak awal wawancara bahkan telah mondar-mandir di sekeliling meja.
Keajaiban, pertolongan Tuhan, memang selalu membuat setiap manusia ciptaan-Nya takjub. Selamat atas kesembuhan Bang Rinto dan kembali berkarya. (Sihar Ramses Simatupang). Sumber: Sinar Harapan, 31 Maret 2006 - Email kiriman Bpk. Marcel Winokan
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
*****
Terima kasih atas pesanan 2 buku Mukjizat Kehidupan oleh Ibu Lenny di Makasar. Buku segera dikirim dengan Pos Kilat Khusus pagi ini. Jika Ibu diberkati buku itu, mohon rekomendasikan kepada teman-teman yang lain. Gbu.
Saturday, February 21, 2009
Home Care for Children with Cancer
"Dapatkah walau sedetik, cuma sedetik, menanggung hidup tanpa harapan?" Petikan lirik Sujiwo Tejo itu disuarakan oleh empat perwakilan orang tua yang merasakan pentingnya sedikit harapan bagi anak-anak mereka yang mengidap kanker.
Untuk turut memberi sedikit harapan itu juga Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) bersama PT Roche meluncurkan 'Rumah Kita' di Jl Percetakan Negara IX No 3, Jakpus, Sabtu (21/2/2009).
'Rumah Kita' adalah sebuah rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker yang tengah menjalani rawat jalan dari luar kota. Dalam kesempatan yang sama, juga diluncurkan 'Sekolahku', yaitu sekolah yang diselenggarakan di rumah sakit juga untuk anak-anak pengidap kanker yang tengah menjalani pengobatan di RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatwawati dan RS Kanker Dharmais.
Sadam, orang tua Fajar (7), anak pengidap leukimia mengaku sangat terbantu dengan adanya rumah singgah berlokasi di dekat tempat perawatan anaknya di RSCM.
Dengan adanya 'Rumah Kita', pria yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini, tidak harus mengeluarkan banyak ongkos pulang balik Cengkareng-Jakarta untuk pengobatan kemoterapi yang direkomendasikan dokter.
"Di sini cuma bayar biaya administrasi 5 ribu per hari. Sudah dapat makan, anak-anak bisa main dan juga belajar," ujarnya tentang rumah yang sudah beroperasi 2 bulan sebelum diluncurkan itu.
Dalam 'Rumah Kita' terdapat 3 kamar yang terdiri dari 3 sampai 4 tempat tidur untuk tiap ruangnya. Perpustakaan dan arena bermain juga disediakan untuk anak-anak yang terus berharap penyakit mematikan ke-7 di Indonesia itu pergi dari hidupnya. (lrn/ken - Detik.com)
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Untuk turut memberi sedikit harapan itu juga Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) bersama PT Roche meluncurkan 'Rumah Kita' di Jl Percetakan Negara IX No 3, Jakpus, Sabtu (21/2/2009).
'Rumah Kita' adalah sebuah rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker yang tengah menjalani rawat jalan dari luar kota. Dalam kesempatan yang sama, juga diluncurkan 'Sekolahku', yaitu sekolah yang diselenggarakan di rumah sakit juga untuk anak-anak pengidap kanker yang tengah menjalani pengobatan di RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatwawati dan RS Kanker Dharmais.
Sadam, orang tua Fajar (7), anak pengidap leukimia mengaku sangat terbantu dengan adanya rumah singgah berlokasi di dekat tempat perawatan anaknya di RSCM.
Dengan adanya 'Rumah Kita', pria yang berprofesi sebagai buruh serabutan ini, tidak harus mengeluarkan banyak ongkos pulang balik Cengkareng-Jakarta untuk pengobatan kemoterapi yang direkomendasikan dokter.
"Di sini cuma bayar biaya administrasi 5 ribu per hari. Sudah dapat makan, anak-anak bisa main dan juga belajar," ujarnya tentang rumah yang sudah beroperasi 2 bulan sebelum diluncurkan itu.
Dalam 'Rumah Kita' terdapat 3 kamar yang terdiri dari 3 sampai 4 tempat tidur untuk tiap ruangnya. Perpustakaan dan arena bermain juga disediakan untuk anak-anak yang terus berharap penyakit mematikan ke-7 di Indonesia itu pergi dari hidupnya. (lrn/ken - Detik.com)
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Love Our Parents
RENUNGAN BUAT KITA YANG MASIH MUDA
Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si opa menceritakan kisah hidupnya.
"Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal di rumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.
Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda sehingga meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.
Lalu saya tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah dua tahun saya di sini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.
Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya."
Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita...
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.
Jika kamu menerima e-mail ini berarti masih ada orang yang peduli kepadamu untuk mengingatkan jasa kedua orang tuamu.
When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!
Love your parents in anyway they are... (Email kiriman dari Ibu Sherly Kristamuljana)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya dan si opa menceritakan kisah hidupnya.
"Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai.. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal di rumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah, juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukannya.
Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda sehingga meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.
Lalu saya tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah dua tahun saya di sini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.
Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya."
Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita...
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.
Jika kamu menerima e-mail ini berarti masih ada orang yang peduli kepadamu untuk mengingatkan jasa kedua orang tuamu.
When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!
Love your parents in anyway they are... (Email kiriman dari Ibu Sherly Kristamuljana)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Friday, February 20, 2009
Humor: Three Engineers
TIGA INSINYUR
Tiga orang insinyur dari tiga buah perusahaan yang berbeda sedang buang air kecil di kamar kecil. Insinyur yang pertama selesai dan mencuci tangannya. Setelah itu ia mengeringkan tangannya dengan cermat. Diambilnya kertas tisu demi kertas tisu untuk mengeringkan tangannya hingga tidak ada satu titik air pun di tangan. Sambil menoleh ke arah kedua insinyur yang masih buang air kecil, ia berkata, "Di Hewlett-Packard kami terbiasa untuk teliti."
Insinyur yang kedua selesai dan mulai mencuci tangannya. Dia hanya menggunakan satu kertas tisu saja untuk mengeringkan tangannya. Dengan teliti ia melap tangannya sampai benar-benar bersih dan kering.
Kemudian ia menoleh kepada insinyur ketiga sambil berkata, "Di Lockheed-Martin, kami tidak hanya dilatih untuk cermat tetapi juga efisien."
Insinyur ketiga selesai. Ia tidak mencuci tangannya tetapi langsung keluar dari kamar kecil sambil berseru kepada dua insinyur sebelumnya, "Di Apple Computer, Inc., kami tidak perlu membersihkan tangan, karena kami tidak buang air kecil di tangan!" Email kiriman Ibu Suharti, thank you.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tiga orang insinyur dari tiga buah perusahaan yang berbeda sedang buang air kecil di kamar kecil. Insinyur yang pertama selesai dan mencuci tangannya. Setelah itu ia mengeringkan tangannya dengan cermat. Diambilnya kertas tisu demi kertas tisu untuk mengeringkan tangannya hingga tidak ada satu titik air pun di tangan. Sambil menoleh ke arah kedua insinyur yang masih buang air kecil, ia berkata, "Di Hewlett-Packard kami terbiasa untuk teliti."
Insinyur yang kedua selesai dan mulai mencuci tangannya. Dia hanya menggunakan satu kertas tisu saja untuk mengeringkan tangannya. Dengan teliti ia melap tangannya sampai benar-benar bersih dan kering.
Kemudian ia menoleh kepada insinyur ketiga sambil berkata, "Di Lockheed-Martin, kami tidak hanya dilatih untuk cermat tetapi juga efisien."
Insinyur ketiga selesai. Ia tidak mencuci tangannya tetapi langsung keluar dari kamar kecil sambil berseru kepada dua insinyur sebelumnya, "Di Apple Computer, Inc., kami tidak perlu membersihkan tangan, karena kami tidak buang air kecil di tangan!" Email kiriman Ibu Suharti, thank you.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Man of Miracle
Keluarga Mike Connelly dan para perawat menyebutnya "Manusia Mukjizat" dan para dokter mau tak mau harus mempercayainya.
Akhir Januari lalu, jantung Connelly (56 tahun) berhenti berdetak, dan ia jatuh dalam keadaan koma. Setelah 96 jam dirawat intensif dengan berbagai peralatan, para dokter Tri-City Medical Center menyerah. Akhirnya, keluarganya dengan sedih, merelakan Connelly “pergi” dengan menyetujui pencabutan alat-alat bantu kehidupan yang menempel di sekujur dirinya. Ketika itulah, tiba-tiba Connelly sadar.
Anak tirinya, Mike Cooper, sedang membacakan Alkitab di samping ranjang Connelly ketika ia melihat air mata meleleh di pipi Connelly.
Cooper tadinya tidak begitu memperhatikan kejadian ini, namun ketika ia beranjak ke luar kamar, ia mendengar teriakan seorang angggota keluarga Connelly yang masih ada di kamar perawatan tersebut.
“Mike bereaksi," katanya, "Saya mula-mula tidak percaya, tapi waktu saya masuk kembali, ternyata benar. Waktu namanya disebut, Connelly memalingkan kepalanya ke arah yang memanggil. Ini sebuah mukjizat,” kata Cooper.
Ternyata walau para dokter telah menyatakan bahwa Connelly tanpa harapan dan otaknya tidak mungkin pulih kembali, saat ini ia menunjukkan kemajuan pesat. Bahkan para dokter yang tadinya sangsi tersebut, menyatakan bahwa Connelly menuju pemulihan total.
Martin Nielsen, dokter spesialis paru-paru Connelly, menyatakan bahwa tidak berlebihan menyebut kejadian pemulihan tersebut mukjizat. “Kejadian Mike Connelly merupakan mukjizat,” katanya. “Saya tidak pernah melihat ada orang yang hidup kembali seperti dia.”
Pencobaan Connelly dimulai di rumah sekitar jam 6 pagi tanggal 31 Januari 2009, saat ia mengalami arrhythmia - semacam korslet di otot jantung sehingga jantungnya berhenti berdetak tanpa tanda-tanda sebelumnya.
Istri Connelly, Loris, terbangun mendengar suaminya tersedak. Ia melihat suaminya tersungkur di kursi, dengan semangkuk Raisin Bran di pangkuannya, di ruang tamu apartemen mereka.
Tidak mudah memindahkan Connelly yang berbobot sekitar 113 kg dengan tinggi 203 centimeter. Istrinya bahkan tidak dapat memindahkan Connelly dari kursi ke lantai.
“Ia betul-betul tidak sadar,” kenangnya. “Tidak ada denyut jantung. Tidak pula bernafas.”
Takut suaminya telah meninggal, ia menelpon 911 (gawat darurat). Menurut data NorthComm, panggilan datang jam 6:10 pagi, dan petugas paramedis tiba di alamat apartemen Shadowridge Drive jam 6:16.
Dr. Nielsen mengatakan bahwa saat petugas paramedis tiba, jantung Connelly tidak berdetak. Menurut data electrocardiogram yang direkam saat proses menyadarkan Connelly, para petugas telah melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation = tindakan medis darurat berupa pemompaan bagian dada serta bantuan pernapasan) dan memberi kejutan listrik sampai sekitar 35 menit, barulah jantung Connelly berdenyut lagi.
Tidak ada yang tahu pasti berapa lama otak Connelly tanpa oxigen, tapi Dr. Nielsen memperkirakan sedikitnya 10 menit. "Jangka waktu demikian," katanya, "umumnya mengakibatkan otak mengalami kerusakan hebat kalaupun pasien bisa sadar kembali. Umumnya, kalau otak tanpa oxigen lebih dari 4 menit saja, maka otak akan mengalami kerusakan parah.”
Petugas paramedis mengantar Connelly yang dalam keadaan tidak sadar ke Tri-City Medical Center, dimana para dokter memutuskan bahwa cara terbaik untuk menyelamatkannya adalah dengan proses hypothermia (membuat suhu tubuhnya di bawah suhu tubuh normal).
Para dokter membungkus tubuhnya dengan selimut pendingin khusus untuk menurunkan suhu tubuhnya dari 37° C ke 34° C. “Suhu dingin tersebut,” Dr. Nielsen menjelaskan, “dapat menghambat pembengkakan otak dan, dari hasil penelitian klinis, juga mengurangi kerusakan otak.”
Setelah 24 jam didinginkan, para dokter mencoba menyadarkan Connelly dari koma-nya, namun setiap kali mereka mencoba, setiap kali itu pula mereka gagal. “Kegagalan,” kata Dr. Nielsen, “biasanya menandakan bahwa pasien tidak akan pulih kembali.”
Keluarga Connelly mempersiapkan diri untuk menerima hal yang terburuk, namun tidak berhenti berdoa.
Connelly sadar beberapa hari kemudian.
Duduk di kamar perawatannya, Senin, Connelly berbincang-bincang dengan anggota keluarga dan bersenda gurau dengan para perawat, yang menyebutnya “Manusia Mukjizat.”
Ia bilang bahwa dadanya masih ngilu akibat proses CPR. “Merasakan keadaan tulang dada saya, rasanya saya amat beruntung,” katanya. “Bagian sini masih agak masuk, dan mungkin perlu waktu lama untuk kembali.”
"Dalam 12 hari setelah ia sadar, Connelly sering merasakan kekejangan otot - beberapa sangat hebat - namun berangsur-angsur reda," kata istrinya.
Loris Connelly mengatakan ia akan selalu mengenang saat-saat ia melihat suaminya kembali sadar. “Kini saya tahu arti kata PENGHARAPAN, itu adalah kata terindah yang saya pernah dengar,” katanya.
[http://www.nctimes.com/articles/2009/02/16/news/coastal/oceanside/z2c380328ce6aed428825755f007dcc90.txt]. Email kiriman Bapak Apelles Sinaulan.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Akhir Januari lalu, jantung Connelly (56 tahun) berhenti berdetak, dan ia jatuh dalam keadaan koma. Setelah 96 jam dirawat intensif dengan berbagai peralatan, para dokter Tri-City Medical Center menyerah. Akhirnya, keluarganya dengan sedih, merelakan Connelly “pergi” dengan menyetujui pencabutan alat-alat bantu kehidupan yang menempel di sekujur dirinya. Ketika itulah, tiba-tiba Connelly sadar.
Anak tirinya, Mike Cooper, sedang membacakan Alkitab di samping ranjang Connelly ketika ia melihat air mata meleleh di pipi Connelly.
Cooper tadinya tidak begitu memperhatikan kejadian ini, namun ketika ia beranjak ke luar kamar, ia mendengar teriakan seorang angggota keluarga Connelly yang masih ada di kamar perawatan tersebut.
“Mike bereaksi," katanya, "Saya mula-mula tidak percaya, tapi waktu saya masuk kembali, ternyata benar. Waktu namanya disebut, Connelly memalingkan kepalanya ke arah yang memanggil. Ini sebuah mukjizat,” kata Cooper.
Ternyata walau para dokter telah menyatakan bahwa Connelly tanpa harapan dan otaknya tidak mungkin pulih kembali, saat ini ia menunjukkan kemajuan pesat. Bahkan para dokter yang tadinya sangsi tersebut, menyatakan bahwa Connelly menuju pemulihan total.
Martin Nielsen, dokter spesialis paru-paru Connelly, menyatakan bahwa tidak berlebihan menyebut kejadian pemulihan tersebut mukjizat. “Kejadian Mike Connelly merupakan mukjizat,” katanya. “Saya tidak pernah melihat ada orang yang hidup kembali seperti dia.”
Pencobaan Connelly dimulai di rumah sekitar jam 6 pagi tanggal 31 Januari 2009, saat ia mengalami arrhythmia - semacam korslet di otot jantung sehingga jantungnya berhenti berdetak tanpa tanda-tanda sebelumnya.
Istri Connelly, Loris, terbangun mendengar suaminya tersedak. Ia melihat suaminya tersungkur di kursi, dengan semangkuk Raisin Bran di pangkuannya, di ruang tamu apartemen mereka.
Tidak mudah memindahkan Connelly yang berbobot sekitar 113 kg dengan tinggi 203 centimeter. Istrinya bahkan tidak dapat memindahkan Connelly dari kursi ke lantai.
“Ia betul-betul tidak sadar,” kenangnya. “Tidak ada denyut jantung. Tidak pula bernafas.”
Takut suaminya telah meninggal, ia menelpon 911 (gawat darurat). Menurut data NorthComm, panggilan datang jam 6:10 pagi, dan petugas paramedis tiba di alamat apartemen Shadowridge Drive jam 6:16.
Dr. Nielsen mengatakan bahwa saat petugas paramedis tiba, jantung Connelly tidak berdetak. Menurut data electrocardiogram yang direkam saat proses menyadarkan Connelly, para petugas telah melakukan CPR (Cardiopulmonary resuscitation = tindakan medis darurat berupa pemompaan bagian dada serta bantuan pernapasan) dan memberi kejutan listrik sampai sekitar 35 menit, barulah jantung Connelly berdenyut lagi.
Tidak ada yang tahu pasti berapa lama otak Connelly tanpa oxigen, tapi Dr. Nielsen memperkirakan sedikitnya 10 menit. "Jangka waktu demikian," katanya, "umumnya mengakibatkan otak mengalami kerusakan hebat kalaupun pasien bisa sadar kembali. Umumnya, kalau otak tanpa oxigen lebih dari 4 menit saja, maka otak akan mengalami kerusakan parah.”
Petugas paramedis mengantar Connelly yang dalam keadaan tidak sadar ke Tri-City Medical Center, dimana para dokter memutuskan bahwa cara terbaik untuk menyelamatkannya adalah dengan proses hypothermia (membuat suhu tubuhnya di bawah suhu tubuh normal).
Para dokter membungkus tubuhnya dengan selimut pendingin khusus untuk menurunkan suhu tubuhnya dari 37° C ke 34° C. “Suhu dingin tersebut,” Dr. Nielsen menjelaskan, “dapat menghambat pembengkakan otak dan, dari hasil penelitian klinis, juga mengurangi kerusakan otak.”
Setelah 24 jam didinginkan, para dokter mencoba menyadarkan Connelly dari koma-nya, namun setiap kali mereka mencoba, setiap kali itu pula mereka gagal. “Kegagalan,” kata Dr. Nielsen, “biasanya menandakan bahwa pasien tidak akan pulih kembali.”
Keluarga Connelly mempersiapkan diri untuk menerima hal yang terburuk, namun tidak berhenti berdoa.
Connelly sadar beberapa hari kemudian.
Duduk di kamar perawatannya, Senin, Connelly berbincang-bincang dengan anggota keluarga dan bersenda gurau dengan para perawat, yang menyebutnya “Manusia Mukjizat.”
Ia bilang bahwa dadanya masih ngilu akibat proses CPR. “Merasakan keadaan tulang dada saya, rasanya saya amat beruntung,” katanya. “Bagian sini masih agak masuk, dan mungkin perlu waktu lama untuk kembali.”
"Dalam 12 hari setelah ia sadar, Connelly sering merasakan kekejangan otot - beberapa sangat hebat - namun berangsur-angsur reda," kata istrinya.
Loris Connelly mengatakan ia akan selalu mengenang saat-saat ia melihat suaminya kembali sadar. “Kini saya tahu arti kata PENGHARAPAN, itu adalah kata terindah yang saya pernah dengar,” katanya.
[http://www.nctimes.com/articles/2009/02/16/news/coastal/oceanside/z2c380328ce6aed428825755f007dcc90.txt]. Email kiriman Bapak Apelles Sinaulan.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Thursday, February 19, 2009
Marriage Stories
Personal Notes:
Saya ini baru saja selesai menerjemahkan buku "Pernikahan Bahagia" ke dalam bahasa Inggeris. Eh, sekarang saya diminta untuk menyunting buku "Pernikahan Harmonis" oleh pihak lain. Sementara itu saya banyak mengalami hal-hal "luar biasa" selama hidup pernikahan yang sudah melewati jangka waktu 20 tahun lebih. Sepertinya saya harus menulis buku cerita tentang pernikahan (sekali lagi buku cerita, bukan buku pelajaran!)
Saya lebih suka bercerita daripada membuat orang mengernyitkan dahinya mencerna banyak poin atau kunci yang harus dipelajari. Namun di balik cerita itu tetap banyak pelajaran yang kita dapat petik. Sementara anda jalan-jalan dengan cerita itu, tanpa sadar anda menemui banyak mutiara pelajarannya. Mudah-mudahan bisa segera terwujud.
Terima kasih banyak kepada Ibu Suharti Ali yang telah mengirim banyak cerita kesaksian dalam bahasa Inggeris. Nanti saya terjemahkan dan bagikan di blog ini deh. God bless you all!
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Saya ini baru saja selesai menerjemahkan buku "Pernikahan Bahagia" ke dalam bahasa Inggeris. Eh, sekarang saya diminta untuk menyunting buku "Pernikahan Harmonis" oleh pihak lain. Sementara itu saya banyak mengalami hal-hal "luar biasa" selama hidup pernikahan yang sudah melewati jangka waktu 20 tahun lebih. Sepertinya saya harus menulis buku cerita tentang pernikahan (sekali lagi buku cerita, bukan buku pelajaran!)
Saya lebih suka bercerita daripada membuat orang mengernyitkan dahinya mencerna banyak poin atau kunci yang harus dipelajari. Namun di balik cerita itu tetap banyak pelajaran yang kita dapat petik. Sementara anda jalan-jalan dengan cerita itu, tanpa sadar anda menemui banyak mutiara pelajarannya. Mudah-mudahan bisa segera terwujud.
Terima kasih banyak kepada Ibu Suharti Ali yang telah mengirim banyak cerita kesaksian dalam bahasa Inggeris. Nanti saya terjemahkan dan bagikan di blog ini deh. God bless you all!
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Prodigy's Child: Akiane Story

Istilah "Anak Prodigy" memiliki arti: "anak yang memiliki kemampuan sama dengan orang dewasa yang terlatih pada umur yang masih sangat muda, yaitu di bawah 13 tahun"
Salah satu anak yang diberkati Tuhan dengan talenta luar biasa dalam seni gambar dan puisi ini salah satunya adalah Akiane Kramarik di mana dia belajar menggambar sendiri pada umur 4 tahun, belajar melukis sendiri pada umur 6 tahun dan telah menghasilkan lukisan dengan kualitas luar biasa pada umur 7 tahun. Dan yang lebih luar biasa, dia mengenal Tuhan Yesus tidak dari siapapun tetapi Tuhan yang menemui dia sejak 3 tahun dan mengajarinya menggambar dan melukis hingga mamanya yang ateis pun percaya kepada Tuhan.
Akiane mengakui sebenarnya dia tidak sepenuhnya belajar sendiri tetapi mendapat bantuan dari Tuhan, dia berkata tentang Tuhan: "Seorang pria yang saya tidak pernah tahu sampai saya berumur 4 tahun dan mendapat penglihatan dari Dia saat tidur. Dia menunjukkan semua galaksi yang indah dan tempat-tempat lain. Saya bertanya kepadaNya siapa Dia dan Dia berkata bahwa saya sudah tahu, tetapi jangan memberitahukan orang lain. Saya tidak memberitahukan siapapun sampai 1 minggu kemudian, tetapi setelah itu saya harus memberitahu mama saya!".
Dia mengaku bahwa sebenarnya dia sudah bertemu Tuhan sejak 3 tahun tetapi dia belum mengerti sampai umur 4 tahun. Mama Akiane sebenarnya tidak tahu apa yang dikatakan anaknya, tetapi bagaimana Akiane begitu yakin dia sudah bertemu dengan Tuhan, sedangkan dia adalah atheis?
Tetapi Akiane kemudian berkata tentang "sesuatu yang hangat, kekuatan yang indah, keberadaan yang sangat luar biasa" yang telah dia lihat, sehingga mamanya mulai menganggap serius. Akhirnya, setelah beberapa waktu, mamanya menjadi orang Kristen bersama seluruh keluarganya. Ini merupakan hasil dari kekuatan Akiane dapat gambarkan, melalui karya seni dan puisinya di mana dia dapat memperlihatkan Tuhan melalui gambar-gambarnya dan tulisannya pada tingkat di mana orang akan dapat memulai untuk melihat Tuhan juga di mana dia selalu berdoa pada tiap pagi sebelum memulai melukis dan juga membaca Alkitab tiap hari.
Akiane terus belajar sehingga kemampuan melukisnya meningkat terus dan pada umur 7 dia telah berhasil melukis dengan sempurna dan kemudian Akiane melukis potret wajah Tuhan Yesus pada umur 8 tahun, lukisan itu dia sebut "Prince of Peace".
Alasan Menggambar Lukisan Potret Yesus pada umur 8 tahun:
"Adalah waktu Tuhan, saya sudah mencari model untuk Tuhan Yesus selama 2 tahun dan saya tidak dapat menemukan wajah yang cocok. Hingga satu hari saya meminta keluarga saya untuk berdoa bersama saya setiap hari. Kami meminta Tuhan untuk mengirimkan model datang ke depan pintu rumah kami. Hari berikutnya seorang tukang kayu yang bertubuh tinggi datang. Dia sangat rendah hati, dan saya terkejut karena dia setuju menjadi model bagi saya. Tetapi seminggu kemudian dia menelpon balik dan berkata bahwa dia tidak layak untuk menjadi wakil dari Tuannya.
Kami berdoa lagi dan beberapa hari kemudian dia menelpon balik dan memberitahukan bahwa Tuhan ingin dia untuk melakukan hal itu, tetapi dia harus memotong rambut dan janggutnya dalam tiga hari. Lalu kami mengambil beberapa foto dan saya mempelajari wajahnya untuk waktu yang lama. Setelah berlusin-lusin sketsa, saya memulai melukis. Karya ini membutuhkan waktu 40 jam untuk menyelesaikan lukisan Yesus - Raja Damai, dan saya ingat pada saat itu saya kehilangan 4 gigi saya."
(dikutip dari situs web Akiane)

Berikut ini adalah fakta-fakta kehidupan Akiane:
* Akiane dilahirkan di dalam air di rumah pada tanggal 9 Juli 1998, di Mount Morris , Illinois dari ibu rumah tangga keturunan Lithuania dan ayah Amerika.
* Anak ini mengikuti program homeshool saat ini.
* Kemampuan menggambar Akiane dimunculkan sejak umur 4, dan umum 6 mulai melukis di mana dia mempelajari kemampuan menggambar dan melukis secara otodidak dan biasanya dengan observasi/pengamatan yang teliti dan belajar, bahkan dia juga menyebutkan bahwa Tuhan lah yang mengajarinya.
* Akiane dapat berbicara dalam 4 bahasa yaitu Lithuania, Rusia, Inggris dan bahasa isyarat.
* Pada umur 4 tahun dia mengalami transformasi spiritual dan membawa keluarganya kepada Tuhan.
* Pada umur 7 tahun dia mulai menulis puisi dan aphorism.
* Puisi-puisinya seringkali datang dari hasil angan-angannya.
* Inspirasi dari karya seni dan literaturnya datang dari penglihatan (vision), mimpi dan pengamatan kepada manusia, alam dan Tuhan.
* Dia melukis dari imajinasi, materi referensi dan model.
* Stylenya: Akianism - gabungan universal dari realism dan imaginism.
* Dia ingin orang lain menemukan harapan pada lukisan-lukisannya.
* Dia memiliki tujuan yang sama untuk lukisannya: menjadi inspirasi untuk orang lain dan untuk menjadi hadiah untuk Tuhan.
* Media favorit: acrylic untuk gambar orang seluruhnya dan cat minyak untuk lukisan potret berukuran besar.
* Dia bangun pada pukul 4 pagi 5-6 hari seminggu untuk bersiap melukis di studio dan menulis, bekerja kurang lebih 4-5 jam tiap hari.
* Seringkali bekerja lebih dari 100-200 jam pada satu lukisan saja, menghasilkan 8 sampai 20 lukisan setahun.
* Biasa melakukan sketsa sebelum melukis.
* Bekerja pada satu lukisan saja dalam satu waktu.
* Subjek favorit: Manusia dan subjek spiritual.
* Aktivitas favorit dan hobi: seni lukis, puisi, piano, membaca dan menolong orang.
* Yang disukai dari dirinya: sensitivitas kepada orang lain.
* Yang tidak disukai dari dirinya: ketidaksabaran.
* Penilaian terhadap karakter diri sendiri: "hati yang berani dan pikiran yang berhati-hati".
* Keinginan terbesar: "semua orang mengasihi Tuhan dan satu sama lain".
* Tujuan hidup: membagikan kasih kepada Tuhan dan pada semua orang di dunia.

Dari kisah Akiane, kita bisa belajar bahwa Tuhan ada, dekat dengan kita, dan Tuhan Yesus telah menyatakan kasih dan kuasa-Nya atas manusia melalui diri seorang anak luar biasa ini yang sangat mengasihi Tuhannya. Tuhan itu nyata!
Tuhan telah menciptakan galaksi, bumi, manusia dan surga yang begitu luar biasa di mana Dia ingin kita hidup dalam kasih-Nya dan bertemu dengan-Nya di surga. Tuhan itu nyata dan Tuhan Yesus bukanlah manusia biasa, dia adalah Tuhan bagi Akiane dan Tuhan bagi setiap manusia. Tuhan Yesus adalah wujud Allah yang mengasihi kita.
Apabila Anda belum mengenal Tuhan Yesus dan belum menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda, segera datang kepada-Nya. Sumber: Email dari Bapak Apelles Sinaulan.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Wednesday, February 18, 2009
In the Blink of an Eye

Menulis Buku Dengan Kedipan Mata
Jean Dominique Bauby di masa mudanya adalah seorang yang berbakat dan berjaya. Berangkat dari seorang wartawan, kariernya melesat sampai menjadi redaksi Majalah Elle, majalah kebanggaan orang Perancis yang digandrungi wanita di seluruh dunia.
Pada tanggal 8 Desember 1995, pada usia 43 tahun, Bauby terkena stroke masif dan koma. Ketika ia sadar 20 hari kemudian, ia mendapati seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki lumpuh. Kondisi ini dikenal sebagai Locked-In Syndrome, penyakit kelumpuhan total yang membuat dia sama sekali tidak mampu berbicara maupun bergerak, namun kondisi mentalnya masih sehat. Satu-satunya bagian tubuh yang masih dapat digerakkannya adalah kelopak mata kirinya. Dengan cara itulah dia bisa berkomunikasi dengan perawat, dokter, keluarga, dan teman-temannya. Bauby kehilangan berat badan sebanyak 60 pon selama 20 minggu setelah terkena stroke.
Sebagai seorang yang terpenjara di tubuh yang tak berguna lagi, Bauby tetap dapat berpikir, berargumentasi, mencium bau, dan mendengar (meskipun kurang baik). Dengan kelopak mata kirinya ia dapat melihat dan kemudian belajar mengekspresikan dirinya.
Terapis bicaranya dan yang kemudian menjadi sahabatnya akan menyebutkan suatu abjad, dan Bauby akan mengedipkan mata kirinya untuk memilih huruf atau tanda baca yang ia inginkan. Ia merangkai kata-kata, kalimat dan paragraf dengan kedipan mata. Ia mengedit kalimat dan buku di kepalanya. Bersama seorang penulis kenamaan, Claude Mendibil, ia menyelesaikan buku memoar yang berjudul "The Diving Bell and the Butterfly" dalam bahasa Perancis, selama dua bulan dan dipublikasikan di Perancis pada tahun 1997. Melalui buku ini Bauby ingin menyatakan bahwa meskipun tubuhnya tenggelam, namun kreativitas dan imajinasinya dapat terbang bebas seperti seekor kupu-kupu. Sepuluh hari setelah menyelesaikan bukunya, Bauby meninggal karena suatu infeksi. Buku memoarnya yang fenomenal diangkat ke dalam layar lebar oleh sutradara Julian Schaubel dan mendapatkan empat nominasi Oscar pada tahun 2008.
Sumber: Tabloid Keluarga Edisi 43/2009 dan sumber internet lainnya.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tuesday, February 17, 2009
Bend, But Not Break
Salah satu kenangan indah sebagai seorang anak kecil adalah pergi ke sungai dan duduk bersantai di tepiannya. Di sana saya akan menikmati kedamaian dan ketenangan, memperhatikan air yang mengalir ke hilir, dan mendengar kicauan burung-burung dan gemerisik dedaunan. Aku juga memperhatikan pohon-pohon bambu yang melengkung di bawah tekanan angin dan memperhatikan bahwa pepohonan itu kembali tegak dengan anggun setelah angin menjadi tenang.
Ketika aku memikirkan tentang kemampuan pohon bambu untuk kembali tegak atau kembali ke posisinya semula, kata "kelenturan" muncul di pikiran. Ketika dipakai bagi seseorang, kata ini berarti kemampuan untuk segera pulih dari goncangan, depresi atau situasi lain yang menarik emosi seseorang sampai batas tertinggi.
Apakah anda pernah merasa akan patah? Apakah anda pernah merasa tak dapat bertahan lagi? Bersyukurlah, karena anda ternyata tidak patah walaupun anda telah melengkung.
Selama anda mengalaminya anda mungkin merasa campur aduk yang akan membahayakan kesehatan anda. Anda merasa emosi anda sangat terkuras, secara mental menjadi sangat lelah, dan anda kebanyakan dapat bertahan menahan gejala-gejala fisik.
Hidup ini campuran waktu-waktu baik dan waktu-waktu buruk, saat bahagia dan saat tak menyenangkan. Lain kali ketika anda mengalami waktu buruk atau saat tak menyenangkan, yang membawa anda pada keadaan hampir patah, melengkunglah tapi jangan patah. Berusahalah sebaik-baiknya agar situasi tidak menelan apa yang terbaik yang ada di dalam anda.
Segenggam pengharapan akan membawa anda melewati pencobaan itu. Dengan pengharapan akan hari esok yang lebih baik atau situasi yang lebih menyenangkan, hal-hal itu tidak seburuk yang kelihatan. Pencobaan yang tak menyenangkan itu lebih mudah diatasi jika kita tahu bahwa hasil akhirnya layak didapat.
Jika perjalanan hidup anda bertambah berat, tunjukkanlah kelenturan anda. Ibarat pohon bambu, melengkunglah namun jangan sampai patah.
*****
One of my fondest memories as a child is going by the river and sitting
idly on the bank. There I would enjoy the peace and quiet, watch the
water rush downstream, and listen to the chirps of birds and the
rustling of leaves in the trees. I would also watch the bamboo trees
bend under pressure from the wind and watch them return gracefully to
their upright or original position after the wind had died down.
When I think about the bamboo tree's ability to bounce back or return to
it's original position, the word resilience comes to mind. When used in
reference to a person this word means the ability to readily recover
from shock, depression or any other situation that stretches the limits
of a person's emotions.
Have you ever felt like you are about to snap? Have you ever felt like
you are at your breaking point? Thankfully, you have survived the
experience to live to talk about it.
During the experience you probably felt a mix of emotions that
threatened your health. You felt emotionally drained, mentally exhausted
and you most likely endured unpleasant physical symptoms.
Life is a mixture of good times and bad times, happy moments and unhappy
moments. The next time you are experiencing one of those bad times or
unhappy moments that take you close to your breaking point, bend but
don't break. Try your best not to let the situation get the best of you.
A measure of hope will take you through the unpleasant ordeal. With hope
for a better tomorrow or a better situation, things may not be as bad as
they seem to be. The unpleasant ordeal may be easier to deal with if the
end result is worth having.
If the going gets tough and you are at your breaking point, show
resilience. Like the bamboo tree, bend, but don't break!
Author Unknown
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Ketika aku memikirkan tentang kemampuan pohon bambu untuk kembali tegak atau kembali ke posisinya semula, kata "kelenturan" muncul di pikiran. Ketika dipakai bagi seseorang, kata ini berarti kemampuan untuk segera pulih dari goncangan, depresi atau situasi lain yang menarik emosi seseorang sampai batas tertinggi.
Apakah anda pernah merasa akan patah? Apakah anda pernah merasa tak dapat bertahan lagi? Bersyukurlah, karena anda ternyata tidak patah walaupun anda telah melengkung.
Selama anda mengalaminya anda mungkin merasa campur aduk yang akan membahayakan kesehatan anda. Anda merasa emosi anda sangat terkuras, secara mental menjadi sangat lelah, dan anda kebanyakan dapat bertahan menahan gejala-gejala fisik.
Hidup ini campuran waktu-waktu baik dan waktu-waktu buruk, saat bahagia dan saat tak menyenangkan. Lain kali ketika anda mengalami waktu buruk atau saat tak menyenangkan, yang membawa anda pada keadaan hampir patah, melengkunglah tapi jangan patah. Berusahalah sebaik-baiknya agar situasi tidak menelan apa yang terbaik yang ada di dalam anda.
Segenggam pengharapan akan membawa anda melewati pencobaan itu. Dengan pengharapan akan hari esok yang lebih baik atau situasi yang lebih menyenangkan, hal-hal itu tidak seburuk yang kelihatan. Pencobaan yang tak menyenangkan itu lebih mudah diatasi jika kita tahu bahwa hasil akhirnya layak didapat.
Jika perjalanan hidup anda bertambah berat, tunjukkanlah kelenturan anda. Ibarat pohon bambu, melengkunglah namun jangan sampai patah.
*****
One of my fondest memories as a child is going by the river and sitting
idly on the bank. There I would enjoy the peace and quiet, watch the
water rush downstream, and listen to the chirps of birds and the
rustling of leaves in the trees. I would also watch the bamboo trees
bend under pressure from the wind and watch them return gracefully to
their upright or original position after the wind had died down.
When I think about the bamboo tree's ability to bounce back or return to
it's original position, the word resilience comes to mind. When used in
reference to a person this word means the ability to readily recover
from shock, depression or any other situation that stretches the limits
of a person's emotions.
Have you ever felt like you are about to snap? Have you ever felt like
you are at your breaking point? Thankfully, you have survived the
experience to live to talk about it.
During the experience you probably felt a mix of emotions that
threatened your health. You felt emotionally drained, mentally exhausted
and you most likely endured unpleasant physical symptoms.
Life is a mixture of good times and bad times, happy moments and unhappy
moments. The next time you are experiencing one of those bad times or
unhappy moments that take you close to your breaking point, bend but
don't break. Try your best not to let the situation get the best of you.
A measure of hope will take you through the unpleasant ordeal. With hope
for a better tomorrow or a better situation, things may not be as bad as
they seem to be. The unpleasant ordeal may be easier to deal with if the
end result is worth having.
If the going gets tough and you are at your breaking point, show
resilience. Like the bamboo tree, bend, but don't break!
Author Unknown
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Monday, February 16, 2009
Book of Destiny
Ini merupakan kisah yang dialami Dr. Jonathan David, hamba Tuhan dari Malaysia:
Suatu siang ketika berada di kampus School of Prophets, roh saya dibawa oleh Roh Kudus ke Ruang Maha Kudus. Ada rasa takut yang luar biasa dalam hati saya. Dari luar ruang Maha Kudus saya melihat Bapa sedang duduk di Takhta. Di hadapan-Nya ada sebuah kitab melayang-layang di udara.
Kitab itu bernama Kitab Destiny. Saya melihat nama-nama orang dan nama bangsa-bangsa. Ketika Tuhan mulai berfirman, firman-Nya tentang masing-masing individu tersebut keluar melewati buku itu, langsung menuju bumi, mencari orang-orang sesuai dengan nama mereka masing-masing seperti yang tertera dalam Kitab Destiny, dan firman itu langsung masuk ke dalam hati mereka. Ketika firman itu masuk ke dalam hati mereka, seketika itu juga mereka berubah - sesuatu terjadi dalam diri mereka. Tuhan "menangkap" mereka, menyesuaikan langkah hidup mereka untuk memasuki destiny-Nya. Keinginan mereka mulai diselaraskan dengan kehendak Tuhan dan gaya hidup mereka diubahkan dengan gaya hidup Kerajaan-Nya.
Ketika saya bertanya, "Tuhan, kapan hal ini akan terjadi?" Ia berkata, "Sekarang juga terjadi." Lebih lanjut Tuhan berkata, "Aku sedang mengambil sekelompok orang bagi diri-Ku." Ketika anda dan saya "diambil" Tuhan, segala sesuatu yang ada di sekitar kita tidak akan mempengaruhi kita lagi. Tuhan "mengambil" Yusuf pada usia 17 tahun. Tuhan masuk ke dalam kehidupan anak muda ini secara supranatural, bahkan tanpa disadari Yusuf. Walaupun Yusuf dimasukkan ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah isteri Potifar, dijebloskan ke penjara, semua itu hanya mendatangkan kebaikan karena Bapa turut bekerja dalam kehidupan Yusuf, sehingga ia menggenapkan destiny yang telah Tuhan tetapkan bagi Yusuf. Yusuf masuk ke Mesir sebagai budak, namun dalam waktu 13 tahun kemudian Yusuf muncul sebagai pemimpin di Mesir. Ia menggenapkan destiny-nya.
Bersiaplah untuk "diambil" Tuhan agar kita menggenapkan "destiny" atau tujuan hidup yang Tuhan tetapkan atas kita. Buat apa hidup sekedar hidup? Yang penting, kita menggenapkan tujuan hidup kita. Sumber: "Buletin Paradigm: Kingdom Transformation Now!" yang diterbitkan oleh Open Heaven Ministry Indonesia, pimpinan Pdt. Steven Agustinus.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Suatu siang ketika berada di kampus School of Prophets, roh saya dibawa oleh Roh Kudus ke Ruang Maha Kudus. Ada rasa takut yang luar biasa dalam hati saya. Dari luar ruang Maha Kudus saya melihat Bapa sedang duduk di Takhta. Di hadapan-Nya ada sebuah kitab melayang-layang di udara.
Kitab itu bernama Kitab Destiny. Saya melihat nama-nama orang dan nama bangsa-bangsa. Ketika Tuhan mulai berfirman, firman-Nya tentang masing-masing individu tersebut keluar melewati buku itu, langsung menuju bumi, mencari orang-orang sesuai dengan nama mereka masing-masing seperti yang tertera dalam Kitab Destiny, dan firman itu langsung masuk ke dalam hati mereka. Ketika firman itu masuk ke dalam hati mereka, seketika itu juga mereka berubah - sesuatu terjadi dalam diri mereka. Tuhan "menangkap" mereka, menyesuaikan langkah hidup mereka untuk memasuki destiny-Nya. Keinginan mereka mulai diselaraskan dengan kehendak Tuhan dan gaya hidup mereka diubahkan dengan gaya hidup Kerajaan-Nya.
Ketika saya bertanya, "Tuhan, kapan hal ini akan terjadi?" Ia berkata, "Sekarang juga terjadi." Lebih lanjut Tuhan berkata, "Aku sedang mengambil sekelompok orang bagi diri-Ku." Ketika anda dan saya "diambil" Tuhan, segala sesuatu yang ada di sekitar kita tidak akan mempengaruhi kita lagi. Tuhan "mengambil" Yusuf pada usia 17 tahun. Tuhan masuk ke dalam kehidupan anak muda ini secara supranatural, bahkan tanpa disadari Yusuf. Walaupun Yusuf dimasukkan ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah isteri Potifar, dijebloskan ke penjara, semua itu hanya mendatangkan kebaikan karena Bapa turut bekerja dalam kehidupan Yusuf, sehingga ia menggenapkan destiny yang telah Tuhan tetapkan bagi Yusuf. Yusuf masuk ke Mesir sebagai budak, namun dalam waktu 13 tahun kemudian Yusuf muncul sebagai pemimpin di Mesir. Ia menggenapkan destiny-nya.
Bersiaplah untuk "diambil" Tuhan agar kita menggenapkan "destiny" atau tujuan hidup yang Tuhan tetapkan atas kita. Buat apa hidup sekedar hidup? Yang penting, kita menggenapkan tujuan hidup kita. Sumber: "Buletin Paradigm: Kingdom Transformation Now!" yang diterbitkan oleh Open Heaven Ministry Indonesia, pimpinan Pdt. Steven Agustinus.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Friday, February 13, 2009
Fundamentals of Success
Sukses itu bukan sulap dan juga bukan misteri. Keberhasilan merupakan konsekuensi alamiah atas penerapan hal-hal mendasar yang dilaksanakan secara konsisten.
Tidak ada hal-hal mendasar yang baru. Anda harus curiga apabila ada orang yang berkata, "Aku telah mendapatkan hal-hal fundamental yang baru." Itu sama saja dengan seseorang mengajak anda melakukan tur ke pabrik yang memproduksi barang-barang antik.
Hal-hal mendasar adalah hal-hal yang harus anda lakukan setiap hari. Makan tujuh buah apel sekaligus pada hari Sabtu malam, bukannya makan sebuah apel setiap hari, tidaklah akan membawa kebaikan.
Keberhasilan tidak lebih dari beberapa tindakan disiplin yang sederhana, yang dipraktikkan setiap hari; sedangkan kegagalan merupakan beberapa kekeliruan dalam pertimbangan, yang diulangi setiap hari. Entah anda menuju keberhasilan atau kegagalan, ditentukan oleh sekumpulan disiplin dan pertimbangan yang terbaik.
Salah satu contoh hal mendasar yang membawa keberhasilan adalah membangun pribadi-pribadi berkualitas yang bekerja bersama kita. Itulah yang dilakukan oleh Pat Newbury, pemilik beberapa franchise McDonnald's. Pat begitu peduli pada perkembangan para karyawannya. Kepedulian itu dimulai ketika ia prihatin pada beberapa orang karyawannya yang menggantungkan hidup sepenuhnya sebagai pembuat hamburger saja, dan tidak memenuhi syarat untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya. Beranjak dari fakta ini, Pat Newbury membuat program untuk menolong karyawannya yang masih muda-muda. Ia memberikan kesempatan bagi mereka yang masih duduk di bangku SMU untuk mengerjakan tugas sekolah mereka selama satu jam sebelum dan sesudah giliran jaga mereka. Syaratnya adalah: setiap mereka harus memberitahu terlebih dahulu manajernya bahwa mereka akan belajar atau mengerjakan tugasnya di tempat yang telah disediakan, sambil mengenakan seragam dan tidak boleh merokok. Selain itu Pat juga memberikan penghargaan kepada karyawan yang mendapatkan nilai baik di sekolah. Penghargaan itu dapat ditukar dengan buku-buku, uang kuliah atau tiket menonton teater.
Ternyata perhatian dan kepedulian Pat Newburry membuat karyawannya semakin loyal kepada perusahaan yang dipimpinnya. "Untuk menarik karyawan-karyawan terbaik, saya perlu memberikan penghargaan yang menarik bagi mereka." Orang-orang yang berjiwa besar sangat suka menanam benih-benih kesuksesan di dalam diri orang-orang lain yang dipandangnya dapat meneruskan kebesarannya.
Lakukanlah hal-hal mendasar yang terbaik dengan konsisten, pasti anda berhasil!
(Sumber: Jim Rohn dan Manna Sorgawi Februari 2009)
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tidak ada hal-hal mendasar yang baru. Anda harus curiga apabila ada orang yang berkata, "Aku telah mendapatkan hal-hal fundamental yang baru." Itu sama saja dengan seseorang mengajak anda melakukan tur ke pabrik yang memproduksi barang-barang antik.
Hal-hal mendasar adalah hal-hal yang harus anda lakukan setiap hari. Makan tujuh buah apel sekaligus pada hari Sabtu malam, bukannya makan sebuah apel setiap hari, tidaklah akan membawa kebaikan.
Keberhasilan tidak lebih dari beberapa tindakan disiplin yang sederhana, yang dipraktikkan setiap hari; sedangkan kegagalan merupakan beberapa kekeliruan dalam pertimbangan, yang diulangi setiap hari. Entah anda menuju keberhasilan atau kegagalan, ditentukan oleh sekumpulan disiplin dan pertimbangan yang terbaik.
Salah satu contoh hal mendasar yang membawa keberhasilan adalah membangun pribadi-pribadi berkualitas yang bekerja bersama kita. Itulah yang dilakukan oleh Pat Newbury, pemilik beberapa franchise McDonnald's. Pat begitu peduli pada perkembangan para karyawannya. Kepedulian itu dimulai ketika ia prihatin pada beberapa orang karyawannya yang menggantungkan hidup sepenuhnya sebagai pembuat hamburger saja, dan tidak memenuhi syarat untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya. Beranjak dari fakta ini, Pat Newbury membuat program untuk menolong karyawannya yang masih muda-muda. Ia memberikan kesempatan bagi mereka yang masih duduk di bangku SMU untuk mengerjakan tugas sekolah mereka selama satu jam sebelum dan sesudah giliran jaga mereka. Syaratnya adalah: setiap mereka harus memberitahu terlebih dahulu manajernya bahwa mereka akan belajar atau mengerjakan tugasnya di tempat yang telah disediakan, sambil mengenakan seragam dan tidak boleh merokok. Selain itu Pat juga memberikan penghargaan kepada karyawan yang mendapatkan nilai baik di sekolah. Penghargaan itu dapat ditukar dengan buku-buku, uang kuliah atau tiket menonton teater.
Ternyata perhatian dan kepedulian Pat Newburry membuat karyawannya semakin loyal kepada perusahaan yang dipimpinnya. "Untuk menarik karyawan-karyawan terbaik, saya perlu memberikan penghargaan yang menarik bagi mereka." Orang-orang yang berjiwa besar sangat suka menanam benih-benih kesuksesan di dalam diri orang-orang lain yang dipandangnya dapat meneruskan kebesarannya.
Lakukanlah hal-hal mendasar yang terbaik dengan konsisten, pasti anda berhasil!
(Sumber: Jim Rohn dan Manna Sorgawi Februari 2009)
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Thursday, February 12, 2009
Delivery After Death
Melahirkan Setelah Meninggal Dua Hari!
Kejadian luar biasa menggegerkan dunia kedokteran. Seorang ibu yang dipastikan telah meninggal dunia ternyata masih bisa melahirkan bayi mungil dengan sempurna. Berita ini mendadak tersiar kemana-mana dan menjadi bahan perbincangan dii dunia medis.
Adalah Mahmoud Soliman, 29. Ia tak pernah membayangkan bisa menghadapi kesedihan dan kebahagiaan menjadi satu. Istri yang dicintainya, Jayne Soliman, 41, pergi untuk selama-lamanya. Dan sebagai gantinya, ia mendapatkan seorang bayi perempuan cantik yang dilahirkan dari rahim istrinya. Yang mengharukan, Aya Jayne, demikian nama bayi tersebut, dilahirkan dua hari setelah Jayne dinyatakan meninggal akibat otaknya tidak bisa berfungsi lagi. Berkat bantuan medis Aya bisa dilahirkan dengan selamat.
Sebenarnya kehamilan Jayne tidak bermasalah. Namun diusia kehamilannya yang mencapai 25 minggu, tiba-tiba ia pingsan, setelah mengeluh sakit kepala. Segera saja Mahmoud melarikannya ke Rumah Sakit John Radcliffe Hospital di Oxford. Namun beberapa jam kemudian, tim dokter menyatakan otak mantan atlet ski es nasional Inggris ini sudah mati. Tim dokter mencoba membantu jantung Jayne agar tetap berdenyut dengan beragam peralatan. Upaya ini dilakukan agar bayi yang berada di perut Jayne bisa tertolong. Jayne diberi dua dosis besar steroid sehingga jantung bayinya bisa berkembang. Dan akhirnya, Aya Jayne pun bisa lahir dengan selamat melalui operasi cesar.
Usai diangkat dari rahim Jayne, Aya sempat diletakkan di pundak ibunya untuk memberi sedikit waktu bagi keduanya untuk bertemu. Setelah itu Aya langsung dilarikan ke unit perawatan intensif. Sedangkan Mahmoud diberi kesempatan untuk mengucapkan selamat jalan kepada istrinya, sebelum akhirnya dokter mematikan peralatan penunjang hidupnya. "Dokter mengatakan tak ada yang bisa mereka lakukan untuk Jayne. Namun mereka membutuhkannya untuk tetap kuat bagi anak kami yang belum dilahirkan," kenang Mahmoud.
"Dia sangat mungil, ia pejuang kecil seperti ibunya," tutur Mahmoud yang tak henti-hentinya menitikkan air matanya saat menggendong putrinya. Kata Aya berasal dari bahasa Arab yang berarti keajaiban. Itu merupakan nama yang dipilih Jayne saat masih hidup. "Saat Aya dewasa, akan saya katakan betapa ibunya mencintainya. Akan saya ceritakan semuanya. Ini merupakan keinginan Jayne untuk memiliki bayi dan menjadi ibu yang baik," ujar Mahmoud.
Jayne merupakan juara ice skating Inggris tahun 1989 dan menduduki peringkat tujuh di dunia. Ia pernah mengikuti beragam kompetisi internasional sebelum akhirnya menjadi atlet ski profesional. Beberapa tahun terakhir ia menjadi pelatih tamu di Dubai, dan di sinilah ia bertemu dengan Mahmoud yang bekerja sebagai seorang ahli IT. Dua tahun silam ia kembali ke Inggris dengan kehidupan barunya dan menempati rumah di Bracknell, Berks. Jayne yang memiliki nama asli Jayne Campbell ini kemudian bekerja di Bracknell Ice Skating Club. Email: Kiriman Ibu Suharti Ali
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Valentine's Love vs God's Love
Kasih Valentine vs Kasih Tuhan
Menjelang Hari Valentine, banyak diantara kita -terutama kaum muda- telah menyiapkan kartu-kartu ucapan dan hadiah-hadiah bagi yang terkasih. Hal ini baik tentunya, mengingat Tuhan menganjurkan kita untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:7). Akan tetapi, sementara kita merayakan Valentine, mari kita mengingat juga akan kasih yang terbesar, yaitu kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Berikut ini beberapa hal yang membedakan kasih Valentine dan kasih Tuhan:
1. Kasih Valentine dapat hancur – artinya Anda bisa menerima Valentine dari seseorang tahun ini, yang mungkin tidak akan menyapa Anda lagi tahun depan, jika muncul problem dalam hubungan Anda. Sementara kasih Tuhan berkesudahan dan tidak dapat dipisahkan dari apapun (Roma 8:38-39).
2. Kasih Valentine berkaitan dengan masa lalu – artinya jika Anda telah membuat orang lain tersinggung (walau tidak sengaja), jangan harap mendapat kasih Valentine darinya. Sebaliknya, kemungkinan besar Anda juga tidak akan mengirim Valentine ke orang yang pernah menyinggung Anda. Tapi kasih Tuhan tidak mengingat hal-hal di masa lampau (Yesaya 43:18).
3. Kasih Valentine berusaha menyenangkan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut membalas kasih kita, tapi kasih Tuhan tanpa syarat (Efesus 2:8).
4. Kasih Valentine diperlihatkan dengan pemberian hadiah-hadiah fana misalnya: kartu, coklat, atau makan bersama. Kasih Tuhan diperlihatkan dengan pengorbanan jiwa, dengan kematian putra satu-satunya (Yohanes 3:16).
5. Kasih Valentine sangat pemilih – ditujukan pada orang tertentu saja, tapi Tuhan tidak pilih kasih. Ia mengenal semua manusia dengan terperinci, Ia mengetahui segala perbuatan, pikiran atau kata-kata kita, bahkan sebelum kita lakukan, dan mencintai kita apa adanya (Mazmur 139: 1-5).
Jadi saat kita merayakan kasih kita kepada sesama, ingatlah juga untuk mengasihi Dia yang lebih dulu mengasihi kita dan yang terus mengasihi kita, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus. [sumber: http://www.relijournal.com/Christianity/Valentines-Love-Versus-Gods-Love.468629], kiriman Bapak Apelles Sinaulan.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Menjelang Hari Valentine, banyak diantara kita -terutama kaum muda- telah menyiapkan kartu-kartu ucapan dan hadiah-hadiah bagi yang terkasih. Hal ini baik tentunya, mengingat Tuhan menganjurkan kita untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:7). Akan tetapi, sementara kita merayakan Valentine, mari kita mengingat juga akan kasih yang terbesar, yaitu kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Berikut ini beberapa hal yang membedakan kasih Valentine dan kasih Tuhan:
1. Kasih Valentine dapat hancur – artinya Anda bisa menerima Valentine dari seseorang tahun ini, yang mungkin tidak akan menyapa Anda lagi tahun depan, jika muncul problem dalam hubungan Anda. Sementara kasih Tuhan berkesudahan dan tidak dapat dipisahkan dari apapun (Roma 8:38-39).
2. Kasih Valentine berkaitan dengan masa lalu – artinya jika Anda telah membuat orang lain tersinggung (walau tidak sengaja), jangan harap mendapat kasih Valentine darinya. Sebaliknya, kemungkinan besar Anda juga tidak akan mengirim Valentine ke orang yang pernah menyinggung Anda. Tapi kasih Tuhan tidak mengingat hal-hal di masa lampau (Yesaya 43:18).
3. Kasih Valentine berusaha menyenangkan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut membalas kasih kita, tapi kasih Tuhan tanpa syarat (Efesus 2:8).
4. Kasih Valentine diperlihatkan dengan pemberian hadiah-hadiah fana misalnya: kartu, coklat, atau makan bersama. Kasih Tuhan diperlihatkan dengan pengorbanan jiwa, dengan kematian putra satu-satunya (Yohanes 3:16).
5. Kasih Valentine sangat pemilih – ditujukan pada orang tertentu saja, tapi Tuhan tidak pilih kasih. Ia mengenal semua manusia dengan terperinci, Ia mengetahui segala perbuatan, pikiran atau kata-kata kita, bahkan sebelum kita lakukan, dan mencintai kita apa adanya (Mazmur 139: 1-5).
Jadi saat kita merayakan kasih kita kepada sesama, ingatlah juga untuk mengasihi Dia yang lebih dulu mengasihi kita dan yang terus mengasihi kita, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus. [sumber: http://www.relijournal.com/Christianity/Valentines-Love-Versus-Gods-Love.468629], kiriman Bapak Apelles Sinaulan.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Books
Kemarin siang masuklah telpon dari seorang bapak yang berasal dari luar kota. Beliau ingin agar kesaksian isterinya yang berkali-kali diajak Tuhan Yesus ke Sorga, bertemu dengan bapa Abraham, Musa, malaikat Gabriel dll, dapat saya tulis menjadi buku, bahkan berseri. Yah, puji Tuhan! Kami sedang mengatur pertemuannya agar pembuatan buku itu dapat terlaksana.
Sementara itu saya sibuk masih mengerjakan penyuntingan buku dari Bapak Pdt. Leonardo A. Sjiamsuri tentang "Keluarga Harmonis" dan penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggeris buku "Mendidik Anak" karangan bapak Ir. Jarot Wijanarko. Baru saja saya selesai menyunting buku "Kunci Berkat" yang ditulis bapak Pdt. Leonardo dan menerjemahkan buku karangan bapak Ir. Jarot Wijanarko "Pernikahan Bahagia" ke dalam bahasa Inggeris, dengan bantuan wong Suroboyo yang lama tinggal di States, sdri. Yuni Sucipto. Thank you, ya Yun!
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Sementara itu saya sibuk masih mengerjakan penyuntingan buku dari Bapak Pdt. Leonardo A. Sjiamsuri tentang "Keluarga Harmonis" dan penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggeris buku "Mendidik Anak" karangan bapak Ir. Jarot Wijanarko. Baru saja saya selesai menyunting buku "Kunci Berkat" yang ditulis bapak Pdt. Leonardo dan menerjemahkan buku karangan bapak Ir. Jarot Wijanarko "Pernikahan Bahagia" ke dalam bahasa Inggeris, dengan bantuan wong Suroboyo yang lama tinggal di States, sdri. Yuni Sucipto. Thank you, ya Yun!
Ditulis/diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
The Sacrifice of a Mother
Seseorang berkisah tentagn pengorbanan ibunya:
Aku lahir di dalam keluarga miskin yang seringkali kekurangan makanan. Seringkali ibu mengetahui bahwa aku belum kenyang, sehingga ia memindahkan nasinya ke piringku sembari berkata, "Ini untukmu, Nak, ibu tidak lapar." Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum makan, pasti lapar.
Agar aku mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing. Sepulangnya dari mancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan memberikannya kepadaku. Aku memakannnya dengan lahap, tetapi aku memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang ikan bekas aku makan dan mulai memakan daging ikan yang masih tersisa. Aku sedih melihat ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging ikan kepadanya, tetapi ia berkata, "Buat kamu saja, Nak. Ibu tidak suka ikan." Ibu berkata demikian meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.
Ketika aku masuk SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan uang tambahan, ibu bekerja menempel kotak korek api. Walaupun sudah larut malam, aku masih melihat ibu menempel kotak korek api dengan penerangan lilin yang kecil. "Ibu tidak mengantuk?" tanyaku. "Tidurlah, Nak, Ibu belum mengantuk," jawabnya. Padahal aku melihat matanya sudah hampir terpejam karena mengantuk.
Ketika aku menjalani ujian, ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi ujian. Walau terik matahari terasa menyengat, ibu tetap menungguku di luar. Selesai ujian, ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat ibu kepanasan dan pasti haus, maka aku memberikan gelas teh kepadanya, tetapi ia berkata, "Habiskan saja, Nak, ibu tidak haus."
Singkat cerita, setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud mengajak ibu tinggal bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu berkata, "Ibu tidak terbiasa hidup di sana." Aku tahu ibu mengatakan itu karena ia tidak mau merepotkanku.
Di usianya yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit itu membuatnya tersiksa. Aku pulang dan melihat ibu terbaring lemah menahan sakit. Ia memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan ibu, tetapi ia berkata, "Jangan menangis, Nak. Ibu tidak merasa sakit lagi." Itu adalah ucapan terakhir ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke pangkuan Tuhan.
Apakah yang telah anda lakukan bagi ibu tercinta anda hari ini? (Sumber: Manna Sorgawi, Februari 2009)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Aku lahir di dalam keluarga miskin yang seringkali kekurangan makanan. Seringkali ibu mengetahui bahwa aku belum kenyang, sehingga ia memindahkan nasinya ke piringku sembari berkata, "Ini untukmu, Nak, ibu tidak lapar." Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum makan, pasti lapar.
Agar aku mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing. Sepulangnya dari mancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan memberikannya kepadaku. Aku memakannnya dengan lahap, tetapi aku memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang ikan bekas aku makan dan mulai memakan daging ikan yang masih tersisa. Aku sedih melihat ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging ikan kepadanya, tetapi ia berkata, "Buat kamu saja, Nak. Ibu tidak suka ikan." Ibu berkata demikian meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.
Ketika aku masuk SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan uang tambahan, ibu bekerja menempel kotak korek api. Walaupun sudah larut malam, aku masih melihat ibu menempel kotak korek api dengan penerangan lilin yang kecil. "Ibu tidak mengantuk?" tanyaku. "Tidurlah, Nak, Ibu belum mengantuk," jawabnya. Padahal aku melihat matanya sudah hampir terpejam karena mengantuk.
Ketika aku menjalani ujian, ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi ujian. Walau terik matahari terasa menyengat, ibu tetap menungguku di luar. Selesai ujian, ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat ibu kepanasan dan pasti haus, maka aku memberikan gelas teh kepadanya, tetapi ia berkata, "Habiskan saja, Nak, ibu tidak haus."
Singkat cerita, setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud mengajak ibu tinggal bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu berkata, "Ibu tidak terbiasa hidup di sana." Aku tahu ibu mengatakan itu karena ia tidak mau merepotkanku.
Di usianya yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit itu membuatnya tersiksa. Aku pulang dan melihat ibu terbaring lemah menahan sakit. Ia memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan ibu, tetapi ia berkata, "Jangan menangis, Nak. Ibu tidak merasa sakit lagi." Itu adalah ucapan terakhir ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke pangkuan Tuhan.
Apakah yang telah anda lakukan bagi ibu tercinta anda hari ini? (Sumber: Manna Sorgawi, Februari 2009)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Wednesday, February 11, 2009
The Rose
Mawar
Gaya hidup luar biasa adalah gaya yang melebihi apa yang dapat diukur. Gaya hidup adalah suatu seni – seni kehidupan. Anda tidak dapat membeli gaya dengan uang. Anda tidak dapat membeli selera yang bagus dengan uang. Anda hanya dapat membeli lebih banyak apapun dengan uang. Gaya hidup adalah suatu budaya – penghargaan atas musik yang indah, tarian yang eksotis, seni yang agung, seni patung yang luar biasa, karya tulis yang klasik, drama yang menyentuh, dan seni kehidupan yang baik.
Gaya hidup juga berarti menghargai semua hal terbaik dan yang unggul dimanapun anda menemukannya dengan memperhatikan hal-hal kecil yang ada dalam kehidupan bukan sebagai hal yang sepele. Dengan hari Kasih Sayang yang mendekat saya ingin membagikan kisah pribadi ini:
Beberapa puluh tahun lalu saya sedang bepergian dengan seorang teman wanita menuju kota Carmel di California, untuk jalan-jalan dan belanja. Di tengah perjalanan kamki berhenti di sebuah pompa bensin SPBU. Segera setelah kami berhenti di depan salah satu mesin pompa bensin, seorang anak muda, sekitar 18 atau 19 tahun, mendatangi mobil saya dan dengan senyum lebar berkata, “Ada yang dapat saya bantu?”
“Ya,” jawab saya, “Isi full tank ya!” Saya tidak siap menghadapi apa yang terjadi kemudian. Di dunia yang dipenuhi dengan pelayanan buruk terhadap pelanggan, anak muda ini memeriksa tekanan angin semua ban, mencuci semua kaca mobil, termasuk kaca sunroof, sambil menyanyi dan bersiul-siul dengan riang gembira sepanjang waktu. Kamki tak dapat mempercayai kualitas pelayanan dan sikapnya yang luar biasa terhadap pekerjaannya.
Ketika ia membawa tagihan, saya katakan kepada anak muda itu, “Hei, kamu sungguh-sungguh memberikan pelayanan terbaik. Saya sangat menghargainya!”
Ia menjawab, “Saya sungguh senang bekerja. Sangat menyenangkan buat saya dan saya senang bertemu dengan orang-orang baik seperti anda.”
Anak ini benar-benar luar biasa!
Saya berkata lebih lanjut, “Kami sedang dalam perjalanan ke Carmel dan kami ingin membeli milkshake. Dimanakah kami dapatkan toko Baskin-Robbins terdekat?”
“Baskin-Robbins ada beberapa blok dari sini,” katanya sambil memberitahu kami alamat tepatnya. Kemudian ia menambahkan, “Jangan parkir di depan, parkirlah di samping supaya mobil anda tidak terserempet kendaraan lain.”
Anak ini benar-benar luar biasa!
Ketika kami sampai di toko es krim itu kami memesan milkshake, bukan dua, tetapi tiga. Kemudian kami mengendarai mobil kami kembali ke pompa bensin itu. Teman kami di situ muncul lagi dan menyambut kami. “Hei, saya lihat kalian sudah mendapatkan milkshakenya!”
“Ya, dan yang ini untuk kamu!”
Mulutnya menganga lebar, “Buat saya?”
“Tentu. Dengan pelayananmu yang fantastis begini, saya tidak tega membiarkan anda tidak menikmati milkshake ini.”
“Wow!” begitulah jawabannya.
Ketika kami berlalu dari situ saya dapat melihatnya lewat kaca spion saya pemuda itu berdiri di sana sambil tertawa lebar.
Nah, berapa saya keluar uang untuk membalas kebaikannya? Hanya sekitar dua dollar. Anda lihat, bukan uangnya, tetapi yang penting adalah gaya hidupnya.
Wah, saya jadi kreatif pada hari itu, sehingga ketika saya baru sampai di Carmel saya sengaja mengarahkan mobil saya mencari sebuah toko bunga. Ketika saya masuk ke toko itu saya berkata kepada penjaga toko bunga, “Saya perlu setangkai bunga mawar dengan tangkai yang panjang untuk teman wanita saya sementara kami akan berbelanja di Carmel.
Penjaga toko bunga itu yang nampaknya kurang romantis menjawab, “Kami hanya menjual bunga per lusin.”
“Saya tidak perlu selusin mawar,” kata saya, “hanya perlu setangkai.”
“Wah,” jawabnya agak sombong, “kalau begitu harganya dua dollar.”
“Bagus sekali,” seru saya. “Tidak ada gunanya kalau mawar itu terlalu murah.”
Setelah saya memilih setangkai mawar yang terbaik, saya kemudian memberikannya kepada teman wanita saya. Ia sangat terkesan. Dan biayanya? Dua dollar. Hanya dua dollar! Beberapa saat kemudian ia berkata, “Jim, saya pastilah satu-satunya wanita di Carmel hari ini yang membawa setangkai mawar.” Dan saya percaya memang demikian.
Dapatkah anda membayangkan kesempatan untuk mengadakan sesuatu yang ajaib kepada orang di sekitar anda, dengan biaya hanya beberapa dollar, anda menciptakan suatu perhatian yang tak terbayangkan. Ingatlah, bukan jumlah uangnya yang penting, namun pikiran dan perhatian itulah yang sering memberi dampak terbesar terhadap orang-orang yang anda sayangi. Salam Sukses, Jim Rohn. Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian, http://pentas-kesaksian.blogspot.com. Mohon keterangan ini jangan dihapus ketika anda memforwardnya atau mempostingnya di website atau blog anda. Terima kasih.
*****
The Rose
Lifestyle is style over amount. And style is an art - the art of living. You can't buy style with money. You can't buy good taste with money. You can only buy more with money. Lifestyle is culture - the appreciation of good music, dance, art, sculpture, literature, plays and the art of living well. It's a taste for the fine, the unique, the beautiful.
Lifestyle also means rewarding excellence wherever you find it by not taking the small things of life for granted. With Valentine's Day approaching I wanted to illustrate this with a personal anecdote:
Many years ago my lady friend and I were on a trip to Carmel, California, for some shopping and exploring. On the way we stopped at a service station. As soon as we parked our car in front of the pumps, a young man, about eighteen or nineteen, came bouncing out to the car and with a big smile said, "Can I help you?"
"Yes," I answered. "A full tank of gas, please." I wasn't prepared for what followed. In this day and age of self-service and deteriorating customer treatment, this young man checked every tire, washed every window - even the sunroof - singing and whistling the whole time. We couldn't believe both the quality of service and his upbeat attitude about his work.
When he brought the bill, I said to the young man, "Hey, you really have taken good care of us. I appreciate it."
He replied, "I really enjoy working. It's fun for me and I get to meet nice people like you."
This kid was really something!
I said, "We're on our way to Carmel and we want to get some milkshakes. Can you tell us where we can find the nearest Baskin-Robbins?"
"Baskin-Robbins is just a few blocks away," he said as he gave us exact directions. Then he added, "Don't park out front - park around to the side so your car won't get sideswiped."
What a kid!
As we got to the ice cream store we ordered milkshakes, except that instead of two, we ordered three. Then we drove back to the station. Our young friend dashed out to greet us. "Hey, I see you got your milkshakes."
"Yes, and this one is for you!"
His mouth fell open. "For me?"
"Sure. With all the fantastic service you gave us, I couldn't leave you out of the milkshake deal."
"Wow!" was his astonished reply.
As we drove off I could see him in my rear-view mirror just standing there, grinning from ear to ear.
Now, what did this little act of generosity cost me? Only about two dollars - you see, it's not the money, it's the style.
Well, I must have been feeling especially creative that day, so upon our arrival in Carmel I drove directly to a flower shop. As we walked inside I said to the florist, "I need a long-stemmed rose for my lady to carry while we go shopping in Carmel."
The florist, a rather unromantic type, replied, "We sell them by the dozen."
"I don't need a dozen," I said, "just one."
"Well," he replied haughtily, "it will cost you two dollars."
"Wonderful," I exclaimed. "There's nothing worse than a cheap rose."
Selecting the rose with some deliberation, I handed it to my friend. She was so impressed! And the cost? Two dollars. Just two dollars. A bit later she looked up and said, "Jim, I must be the only woman in Carmel today carrying a rose." And I believe she probably was.
Can you imagine the opportunity to create magic with those around you, and all for the cost of a few dollars, some imagination and care. Remember, it is not the amount that matters but the thought and care that often has the greatest impact upon those you love.
To Your Success,
Jim Rohn
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Gaya hidup luar biasa adalah gaya yang melebihi apa yang dapat diukur. Gaya hidup adalah suatu seni – seni kehidupan. Anda tidak dapat membeli gaya dengan uang. Anda tidak dapat membeli selera yang bagus dengan uang. Anda hanya dapat membeli lebih banyak apapun dengan uang. Gaya hidup adalah suatu budaya – penghargaan atas musik yang indah, tarian yang eksotis, seni yang agung, seni patung yang luar biasa, karya tulis yang klasik, drama yang menyentuh, dan seni kehidupan yang baik.
Gaya hidup juga berarti menghargai semua hal terbaik dan yang unggul dimanapun anda menemukannya dengan memperhatikan hal-hal kecil yang ada dalam kehidupan bukan sebagai hal yang sepele. Dengan hari Kasih Sayang yang mendekat saya ingin membagikan kisah pribadi ini:
Beberapa puluh tahun lalu saya sedang bepergian dengan seorang teman wanita menuju kota Carmel di California, untuk jalan-jalan dan belanja. Di tengah perjalanan kamki berhenti di sebuah pompa bensin SPBU. Segera setelah kami berhenti di depan salah satu mesin pompa bensin, seorang anak muda, sekitar 18 atau 19 tahun, mendatangi mobil saya dan dengan senyum lebar berkata, “Ada yang dapat saya bantu?”
“Ya,” jawab saya, “Isi full tank ya!” Saya tidak siap menghadapi apa yang terjadi kemudian. Di dunia yang dipenuhi dengan pelayanan buruk terhadap pelanggan, anak muda ini memeriksa tekanan angin semua ban, mencuci semua kaca mobil, termasuk kaca sunroof, sambil menyanyi dan bersiul-siul dengan riang gembira sepanjang waktu. Kamki tak dapat mempercayai kualitas pelayanan dan sikapnya yang luar biasa terhadap pekerjaannya.
Ketika ia membawa tagihan, saya katakan kepada anak muda itu, “Hei, kamu sungguh-sungguh memberikan pelayanan terbaik. Saya sangat menghargainya!”
Ia menjawab, “Saya sungguh senang bekerja. Sangat menyenangkan buat saya dan saya senang bertemu dengan orang-orang baik seperti anda.”
Anak ini benar-benar luar biasa!
Saya berkata lebih lanjut, “Kami sedang dalam perjalanan ke Carmel dan kami ingin membeli milkshake. Dimanakah kami dapatkan toko Baskin-Robbins terdekat?”
“Baskin-Robbins ada beberapa blok dari sini,” katanya sambil memberitahu kami alamat tepatnya. Kemudian ia menambahkan, “Jangan parkir di depan, parkirlah di samping supaya mobil anda tidak terserempet kendaraan lain.”
Anak ini benar-benar luar biasa!
Ketika kami sampai di toko es krim itu kami memesan milkshake, bukan dua, tetapi tiga. Kemudian kami mengendarai mobil kami kembali ke pompa bensin itu. Teman kami di situ muncul lagi dan menyambut kami. “Hei, saya lihat kalian sudah mendapatkan milkshakenya!”
“Ya, dan yang ini untuk kamu!”
Mulutnya menganga lebar, “Buat saya?”
“Tentu. Dengan pelayananmu yang fantastis begini, saya tidak tega membiarkan anda tidak menikmati milkshake ini.”
“Wow!” begitulah jawabannya.
Ketika kami berlalu dari situ saya dapat melihatnya lewat kaca spion saya pemuda itu berdiri di sana sambil tertawa lebar.
Nah, berapa saya keluar uang untuk membalas kebaikannya? Hanya sekitar dua dollar. Anda lihat, bukan uangnya, tetapi yang penting adalah gaya hidupnya.
Wah, saya jadi kreatif pada hari itu, sehingga ketika saya baru sampai di Carmel saya sengaja mengarahkan mobil saya mencari sebuah toko bunga. Ketika saya masuk ke toko itu saya berkata kepada penjaga toko bunga, “Saya perlu setangkai bunga mawar dengan tangkai yang panjang untuk teman wanita saya sementara kami akan berbelanja di Carmel.
Penjaga toko bunga itu yang nampaknya kurang romantis menjawab, “Kami hanya menjual bunga per lusin.”
“Saya tidak perlu selusin mawar,” kata saya, “hanya perlu setangkai.”
“Wah,” jawabnya agak sombong, “kalau begitu harganya dua dollar.”
“Bagus sekali,” seru saya. “Tidak ada gunanya kalau mawar itu terlalu murah.”
Setelah saya memilih setangkai mawar yang terbaik, saya kemudian memberikannya kepada teman wanita saya. Ia sangat terkesan. Dan biayanya? Dua dollar. Hanya dua dollar! Beberapa saat kemudian ia berkata, “Jim, saya pastilah satu-satunya wanita di Carmel hari ini yang membawa setangkai mawar.” Dan saya percaya memang demikian.
Dapatkah anda membayangkan kesempatan untuk mengadakan sesuatu yang ajaib kepada orang di sekitar anda, dengan biaya hanya beberapa dollar, anda menciptakan suatu perhatian yang tak terbayangkan. Ingatlah, bukan jumlah uangnya yang penting, namun pikiran dan perhatian itulah yang sering memberi dampak terbesar terhadap orang-orang yang anda sayangi. Salam Sukses, Jim Rohn. Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk Pentas Kesaksian, http://pentas-kesaksian.blogspot.com. Mohon keterangan ini jangan dihapus ketika anda memforwardnya atau mempostingnya di website atau blog anda. Terima kasih.
*****
The Rose
Lifestyle is style over amount. And style is an art - the art of living. You can't buy style with money. You can't buy good taste with money. You can only buy more with money. Lifestyle is culture - the appreciation of good music, dance, art, sculpture, literature, plays and the art of living well. It's a taste for the fine, the unique, the beautiful.
Lifestyle also means rewarding excellence wherever you find it by not taking the small things of life for granted. With Valentine's Day approaching I wanted to illustrate this with a personal anecdote:
Many years ago my lady friend and I were on a trip to Carmel, California, for some shopping and exploring. On the way we stopped at a service station. As soon as we parked our car in front of the pumps, a young man, about eighteen or nineteen, came bouncing out to the car and with a big smile said, "Can I help you?"
"Yes," I answered. "A full tank of gas, please." I wasn't prepared for what followed. In this day and age of self-service and deteriorating customer treatment, this young man checked every tire, washed every window - even the sunroof - singing and whistling the whole time. We couldn't believe both the quality of service and his upbeat attitude about his work.
When he brought the bill, I said to the young man, "Hey, you really have taken good care of us. I appreciate it."
He replied, "I really enjoy working. It's fun for me and I get to meet nice people like you."
This kid was really something!
I said, "We're on our way to Carmel and we want to get some milkshakes. Can you tell us where we can find the nearest Baskin-Robbins?"
"Baskin-Robbins is just a few blocks away," he said as he gave us exact directions. Then he added, "Don't park out front - park around to the side so your car won't get sideswiped."
What a kid!
As we got to the ice cream store we ordered milkshakes, except that instead of two, we ordered three. Then we drove back to the station. Our young friend dashed out to greet us. "Hey, I see you got your milkshakes."
"Yes, and this one is for you!"
His mouth fell open. "For me?"
"Sure. With all the fantastic service you gave us, I couldn't leave you out of the milkshake deal."
"Wow!" was his astonished reply.
As we drove off I could see him in my rear-view mirror just standing there, grinning from ear to ear.
Now, what did this little act of generosity cost me? Only about two dollars - you see, it's not the money, it's the style.
Well, I must have been feeling especially creative that day, so upon our arrival in Carmel I drove directly to a flower shop. As we walked inside I said to the florist, "I need a long-stemmed rose for my lady to carry while we go shopping in Carmel."
The florist, a rather unromantic type, replied, "We sell them by the dozen."
"I don't need a dozen," I said, "just one."
"Well," he replied haughtily, "it will cost you two dollars."
"Wonderful," I exclaimed. "There's nothing worse than a cheap rose."
Selecting the rose with some deliberation, I handed it to my friend. She was so impressed! And the cost? Two dollars. Just two dollars. A bit later she looked up and said, "Jim, I must be the only woman in Carmel today carrying a rose." And I believe she probably was.
Can you imagine the opportunity to create magic with those around you, and all for the cost of a few dollars, some imagination and care. Remember, it is not the amount that matters but the thought and care that often has the greatest impact upon those you love.
To Your Success,
Jim Rohn
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Tuesday, February 10, 2009
Why Is My Husband Like That?
Bill dan Mary adalah pasangan suami isteri yang tetap hidup berdampingan walaupun di dalam rumah tangga mereka sering terjadi ketegangan yang disebabkan oleh perbedaan karakter. Bill dikenal sebagai pria yang egois, suka berdebat, sulit bergaul, suka mengkritik, selalu menunjukkan sikap-sikap negatifnya, dan sangat suka membanggakan dirinya. Bill juga tidak suka membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian. Mary sangat berbeda dengan Bill. Ia adalah wanita yang baik, lembut, sabar, dan sangat mengasihi Tuhan. Mary jarang mengeluhkan sifat-sifat buruk suaminya. Ia lebih memilih untuk diam dan bergumul di dalam doa, "Tuhan, mengapa aku harus hidup dengan suami yang seperti ini? Kapan Engkau akan mengubah suamiku?" Mary cukup lama berdiam diri di dalam doa dan Tuhan berbicara dalam hatinya.
"Mary, Aku akan mengubah suamimu segera setelah engkau berubah."
"Tuhan, apa maksud-Mu? Dialah sumber masalahnya, bukan aku,"
"Mary, engkau belum melakukan segala upaya yang mungkin engkau lakukan, karena engkau sering bersikap masa bodoh terhadap masalah ini. Aku menganggapmu bertanggung jawab karena engkau yang lebih dahulu mengetahui kebenaran. Engkau tahu bahwa sebagai orang yang lebih dewasa dalam kerohanian, engkaulah yang harus mengupayakan kedamaian di dalam rumahmu. Jika engkau melakukan bagianmu, maka Aku akan mengubah Bill."
Mary pun mulai menanggapi perkataan Tuhan itu dengan tindakan nyata untuk menjaga kedamaian di dalam rumahnya. Setelah hari itu Mary lebih banyak melayani Bill dan mencoba memenuhi kebutuhan Bill sebagai seorang pria, yaitu kebutuhan akan rasa dihormati dan dikagumi.
Apa yang terjadi kemudian?
Dalam kurun waktu setahun Bill menunjukkan banyak perubahan. Ia semakin mengasihi Mary, semakin romantis terhadap Mary, dan semakin sering berbicara dengan Mary. Mary hanya dapat bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya terhadap keluarganya.
Sumber: Manna Sorgawi, Februari 2009.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
"Mary, Aku akan mengubah suamimu segera setelah engkau berubah."
"Tuhan, apa maksud-Mu? Dialah sumber masalahnya, bukan aku,"
"Mary, engkau belum melakukan segala upaya yang mungkin engkau lakukan, karena engkau sering bersikap masa bodoh terhadap masalah ini. Aku menganggapmu bertanggung jawab karena engkau yang lebih dahulu mengetahui kebenaran. Engkau tahu bahwa sebagai orang yang lebih dewasa dalam kerohanian, engkaulah yang harus mengupayakan kedamaian di dalam rumahmu. Jika engkau melakukan bagianmu, maka Aku akan mengubah Bill."
Mary pun mulai menanggapi perkataan Tuhan itu dengan tindakan nyata untuk menjaga kedamaian di dalam rumahnya. Setelah hari itu Mary lebih banyak melayani Bill dan mencoba memenuhi kebutuhan Bill sebagai seorang pria, yaitu kebutuhan akan rasa dihormati dan dikagumi.
Apa yang terjadi kemudian?
Dalam kurun waktu setahun Bill menunjukkan banyak perubahan. Ia semakin mengasihi Mary, semakin romantis terhadap Mary, dan semakin sering berbicara dengan Mary. Mary hanya dapat bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya terhadap keluarganya.
Sumber: Manna Sorgawi, Februari 2009.
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Beyond This Life (2)
Sampai sekarang, meskipun sudah tidak seperti dahulu lagi, saya gemar menonton film-film yang membahas tema-tema alam roh. Salah satu di antaranya adalah film The Sixth Sense, karya M. Night Shyamalan. Movie yang menurut pendapat saya jalan ceriteranya disajikan olehnya dengan ketrampilan artistik yang sangat mengagumkan, mengisahkan tentang kemampuan supranatural seorang anak kecil yang bisa melihat alam roh di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari, bahkan berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati.
Mirip dengan sebuah film lain yang bertema sama: Ghost. Keduanya menceriterakan kisah orang-orang mati yang masih tetap berkeliaran di dunia. Sebagian oleh karena mereka masih harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan alam yang fana ini secara permanen, sedangkan yang lain menduduki daerah-daerah tertentu di mana mereka mengalami kematian mendadak secara tidak wajar. Kendatipun keduanya dikisahkan dengan menarik sekali untuk memikat perhatian para penontonnya, jika ditelusuri secara teliti, jalan ceriteranya sangat tidak alkitabiah, karena disajikan berdasarkan dongeng-dongeng nenek moyang!
Sebuah film DVD/VCD yang dapat dibeli di toko-toko buku Kristen di Indonesia berjudul: Escape from Hell, menjiplak dengan persis sekali ide dari sebuah movie sekuler yang terkenal awal tahun 1990, Flatliners, yang dibintangi oleh Kiefer Sutherland dan Julia Roberts.
Kedua film tersebut mengisahkan tentang eksperimen-eksperimen terlarang yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa fakultas kedokteran menggunakan obat-obatan untuk menghentikan detak-detak jantung mereka selama beberapa menit secara bergantian, sebelum ‘dirangsang’ kembali memakai alat medis ‘Defibrilator’. Mereka berharap, agar melaluinya misteri-misteri belum juga terpecahkan yang terjadi pada awal kematian manusia bisa diketahui oleh mereka.
Flatliners jelas membahas ceriteranya menurut selera dunia sekuler. Tetapi Escape from Hell, meskipun tidak 100% alkitabiah, mengisahkannya dari sudut pandangan orang-orang kristiani. Film yang diproduksi dengan ‘budget’ yang sangat terbatas ini menyajikan kisah yang diilhami oleh orang-orang yang pernah mengalami mati suri. Baik orang-orang yang sudah percaya, maupun mereka yang setelah melaluinya bersedia untuk bertobat.
Salah satu dari kesaksian-kesaksian yang mengilhami film tersebut adalah kesaksian dahsyat dan sangat mengharukan dari seorang hamba Tuhan asal New Zealand yang bernama Ian McCormack. Mengaku diri sebagai seorang ‘atheist’ yang pernah menolak kasih karunia Tuhan, ia mengalami kematian sejenak pada tahun 1982 di pulau Mauritius oleh karena sengatan fatal lima ekor ‘Box Jellyfish’ di dasar Samudera India.
Bertentangan dengan kesaksian Kerry Packer, ia menceriterakan, bahwa pada awal kematiannya ia ‘terjaga’ di suatu tempat yang amat gelap dan dingin sekali. Dalam waktu singkat ia dikerumuni oleh roh-roh jahat menakutkan yang mengatakan, bahwa ia berada di neraka! Tetapi suatu keajaiban yang luar biasa terjadi! Sebuah sinar yang jauh lebih terang dari pada ketajaman sinar-sinar laser datang menghampiri serta mengangkatnya ke luar dari sana. Terlindung di dalam lingkaran sinar cemerlang tersebut ia melayang ‘terbang’ melalui sebuah terowongan cahaya berkilau-kilauan yang amat panjang. Di seberangnya, di suatu tempat yang amat terang dan hangat sekali, ia berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ia diberi kesempatan oleh-Nya untuk menyaksikan keindahan panorama sebuah bumi dan langit yang baru. Kisah luar biasa yang diceriterakan olehnya secara detil sekali, diakhiri dengan kebangkitannya, pertobatannya dan keputusannya yang tetap untuk menjadi pengikut Kristus yang setia.
Seorang hamba Tuhan yang lain, Daniel Ekechukwu dari Nigeria, juga mengalami hal yang serupa pada tahun 2001. Setelah mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan seluruh organ-organ di dalam tubuhnya rusak, ia dinyatakan ‘clinically dead’ oleh para dokter yang menanganinya. Beberapa hari kemudian, pada suatu hari Minggu, ketika jenazahnya dibawa ke dalam ruangan di bawah ‘auditorium’ sebuah gereja, di mana Ev Reinhard Bonnke sedang memimpin kebaktian di sana, tiba-tiba di luar dugaan isteri dan keluarganya ia bangkit kembali.
Menurut kesaksiannya ia dijemput oleh dua malaikat yang membawanya pergi ke sorga. Di sana ia menyaksikan tak terhitung banyaknya orang-orang yang mengenakan jubah-jubah putih sedang menyanyi, memuji dan menyembah Tuhan. Setelah itu ia dibawa ke neraka, di mana ia melihat banyak sekali orang-orang yang dikenal olehnya, termasuk hamba-hamba Tuhan yang termasyhur, yang sudah menyalah-gunakan kedudukan-kedudukan mereka di dunia, sedang disiksa di dalam lautan api neraka yang amat mengerikan.
Malaikat-malaikat itu mengatakan, bahwa ia mendapatkan kesempatan yang kedua untuk pulang kembali ke dunia, karena “permintaan orang kaya agar Lazarus kembali ke dunia untuk memperingati keluarganya (orang-orang yang masih hidup) mengenai keberadaan neraka, sudah dikabulkan oleh Tuhan bagi generasi ini”. (Lukas 16:27-28)
Daniel Ekechukwu menambahkan, bahwa ia diutus kembali ke dunia oleh Tuhan untuk memberikan peringatan yang terakhir kepada kita semua! Kisahnya, meskipun disertai dengan bukti-bukti yang sangat kuat, sampai sekarang masih tetap diragukan kebenarannya oleh banyak sekali orang-orang Kristen yang lain.
Di samping kesaksian-kesaksian Ps. Ian McCormack dan Ps. Daniel Ekechukwu, ada banyak sekali terbitan buku-buku tulisan orang-orang Kristen lainnya yang mengaku, bahwa mereka juga pernah mengalami peristiwa-peristiwa semacam itu melalui penglihatan atau mimpi. Baru-baru ini Choo Thomas meluncurkan buku karyanya: Surga itu Nyata!, yang mengisahkan perjalanan-perjalanannya di alam roh, di mana ia dibawa oleh Tuhan pergi mengunjungi sorga dan neraka. Katanya, semua itu dialami di dalam penglihatannya. Begitu juga buku kesaksian penglihatan Ev. Sadhu Sundar Singh, seorang hamba Tuhan yang diakui sebagai orang pertama yang memperkenalkan Kristus kepada bangsa India di akhir abad yang ke-19.
Sadhu Sundar Singh tidak pernah mengalami mati suri. Tetapi ia mengaku menerima suatu penglihatan di alam roh ketika ia sedang berdoa. Di sana ia dikunjungi oleh empat orang-orang suci yang menerangkan proses-proses kematian manusia kepadanya. Mereka berkata, orang-orang berdosa yang belum menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat akan dijemput dari ranjang kematian mereka oleh roh-roh jahat yang menakutkan. Sedangkan orang-orang yang sudah percaya akan dijemput oleh para malaikat, orang-orang suci, atau anggota-anggota keluarga serta sahabat-sahabat mereka yang sudah mati. Bahkan menurut kesaksian Sadhu Sundar Singh, bagi orang-orang yang sudah berhasil mencapai suatu tingkat kedewasaan rohani tertentu, Tuhan Yesus sendiri yang akan datang menjemput untuk menuntun roh mereka masuk ke sorga!
Alkitabiah atau tidak, itu adalah kesaksian-kesaksian mereka. Kita berhak untuk menerima atau menolaknya! Yang terpenting, kita harus meluangkan waktu kita untuk menyelidiki kesaksian-kesaksian tersebut dengan membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan. Jika kesaksian mereka bisa membangun iman kita, biarlah hal itu menjadi berkat. Jika tidak, lupakan saja!
Saya teringat akan hari-hari terakhir kehidupan seorang saudara seiman yang oleh karena terserang penyakit ginjal yang sangat fatal telah meninggal dunia pada tahun 2002. Dua hari sebelum kematiannya di rumah sakit dalam keadaan sekarat ia berkata, bahwa ia melihat ‘orang-orang’ yang sedang berdiri tidak jauh di sisi kiri dan kanan tempat tidurnya. Padahal di dalam kamar sekecil itu, tidak ada orang-orang lain selain kami berempat. Pernyataannya membuat saya mempertimbangkan lagi kesaksian Ev Sadhu Sundar Singh mengenai penglihatannya!
Alam roh adalah suatu kenyataan yang tidak bisa disangkal. Firman Tuhan sering mengulasnya, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan keadaan alam roh kepada orang lain, kecuali jika ia mengalaminya sendiri pada hari kematian yang sebenarnya. Yang pasti, cepat atau lambat, setiap orang akan menjalani fenomena itu, karena pada akhirnya kita semua harus pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Jika saatnya tiba, … there’s no turning back!
Apakah Anda sudah siap? Tahukah Anda, ke ‘seberang’ yang mana Anda akan pergi? Yesus menegaskan berkali-kali di dalam firman-Nya, bahwa ada dua tempat di mana kita akan berakhir. Dan selain itu kita juga diberi kebebasan oleh-Nya untuk memilih tempat tujuan kita tersebut!
Sekarang saya bisa memahami, mengapa sedari kecil saya percaya, bahwa ada ‘PRIBADI’ yang tidak kelihatan secara kasat mata, yang jauh lebih tinggi dari pada pribadi-pribadi yang ada di dunia! Padahal pada waktu itu kami sekeluarga masih belum mengenal Kristus. Tanpa saya sadari sendiri, ternyata Tuhan sudah mengaruniakan serta menanam sebutir bibit iman di dalam hati saya, ketika saya masih belum bisa memahami maknanya (Mazmur 22:11). Sesuai penjelasan firman Tuhan, iman adalah dasar dari segala sesuatu! (Ibrani 11:1)
Dengan iman kita percaya, bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus saja ada harapan, kepastian dan kebangkitan kembali! Dengan penuh keberanian di depan pengadilan rasul Petrus meneguhkannya: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12) Haleluya!
Saya yakin, Kerry Packer sekarang sudah berada di salah satu dari kedua tempat tersebut, karena saya percaya akan kebenaran firman Tuhan yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat oleh siapa pun juga, bahkan oleh orang-orang yang terkaya di dunia. Terpujilah nama Tuhan, karena besar kasih karunia dan kesabaran-Nya! Amin!
Penulis: John Adisubrata, http://johnadisubrata.blogspot.com/
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Mirip dengan sebuah film lain yang bertema sama: Ghost. Keduanya menceriterakan kisah orang-orang mati yang masih tetap berkeliaran di dunia. Sebagian oleh karena mereka masih harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan alam yang fana ini secara permanen, sedangkan yang lain menduduki daerah-daerah tertentu di mana mereka mengalami kematian mendadak secara tidak wajar. Kendatipun keduanya dikisahkan dengan menarik sekali untuk memikat perhatian para penontonnya, jika ditelusuri secara teliti, jalan ceriteranya sangat tidak alkitabiah, karena disajikan berdasarkan dongeng-dongeng nenek moyang!
Sebuah film DVD/VCD yang dapat dibeli di toko-toko buku Kristen di Indonesia berjudul: Escape from Hell, menjiplak dengan persis sekali ide dari sebuah movie sekuler yang terkenal awal tahun 1990, Flatliners, yang dibintangi oleh Kiefer Sutherland dan Julia Roberts.
Kedua film tersebut mengisahkan tentang eksperimen-eksperimen terlarang yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa fakultas kedokteran menggunakan obat-obatan untuk menghentikan detak-detak jantung mereka selama beberapa menit secara bergantian, sebelum ‘dirangsang’ kembali memakai alat medis ‘Defibrilator’. Mereka berharap, agar melaluinya misteri-misteri belum juga terpecahkan yang terjadi pada awal kematian manusia bisa diketahui oleh mereka.
Flatliners jelas membahas ceriteranya menurut selera dunia sekuler. Tetapi Escape from Hell, meskipun tidak 100% alkitabiah, mengisahkannya dari sudut pandangan orang-orang kristiani. Film yang diproduksi dengan ‘budget’ yang sangat terbatas ini menyajikan kisah yang diilhami oleh orang-orang yang pernah mengalami mati suri. Baik orang-orang yang sudah percaya, maupun mereka yang setelah melaluinya bersedia untuk bertobat.
Salah satu dari kesaksian-kesaksian yang mengilhami film tersebut adalah kesaksian dahsyat dan sangat mengharukan dari seorang hamba Tuhan asal New Zealand yang bernama Ian McCormack. Mengaku diri sebagai seorang ‘atheist’ yang pernah menolak kasih karunia Tuhan, ia mengalami kematian sejenak pada tahun 1982 di pulau Mauritius oleh karena sengatan fatal lima ekor ‘Box Jellyfish’ di dasar Samudera India.
Bertentangan dengan kesaksian Kerry Packer, ia menceriterakan, bahwa pada awal kematiannya ia ‘terjaga’ di suatu tempat yang amat gelap dan dingin sekali. Dalam waktu singkat ia dikerumuni oleh roh-roh jahat menakutkan yang mengatakan, bahwa ia berada di neraka! Tetapi suatu keajaiban yang luar biasa terjadi! Sebuah sinar yang jauh lebih terang dari pada ketajaman sinar-sinar laser datang menghampiri serta mengangkatnya ke luar dari sana. Terlindung di dalam lingkaran sinar cemerlang tersebut ia melayang ‘terbang’ melalui sebuah terowongan cahaya berkilau-kilauan yang amat panjang. Di seberangnya, di suatu tempat yang amat terang dan hangat sekali, ia berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus. Bahkan ia diberi kesempatan oleh-Nya untuk menyaksikan keindahan panorama sebuah bumi dan langit yang baru. Kisah luar biasa yang diceriterakan olehnya secara detil sekali, diakhiri dengan kebangkitannya, pertobatannya dan keputusannya yang tetap untuk menjadi pengikut Kristus yang setia.
Seorang hamba Tuhan yang lain, Daniel Ekechukwu dari Nigeria, juga mengalami hal yang serupa pada tahun 2001. Setelah mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan seluruh organ-organ di dalam tubuhnya rusak, ia dinyatakan ‘clinically dead’ oleh para dokter yang menanganinya. Beberapa hari kemudian, pada suatu hari Minggu, ketika jenazahnya dibawa ke dalam ruangan di bawah ‘auditorium’ sebuah gereja, di mana Ev Reinhard Bonnke sedang memimpin kebaktian di sana, tiba-tiba di luar dugaan isteri dan keluarganya ia bangkit kembali.
Menurut kesaksiannya ia dijemput oleh dua malaikat yang membawanya pergi ke sorga. Di sana ia menyaksikan tak terhitung banyaknya orang-orang yang mengenakan jubah-jubah putih sedang menyanyi, memuji dan menyembah Tuhan. Setelah itu ia dibawa ke neraka, di mana ia melihat banyak sekali orang-orang yang dikenal olehnya, termasuk hamba-hamba Tuhan yang termasyhur, yang sudah menyalah-gunakan kedudukan-kedudukan mereka di dunia, sedang disiksa di dalam lautan api neraka yang amat mengerikan.
Malaikat-malaikat itu mengatakan, bahwa ia mendapatkan kesempatan yang kedua untuk pulang kembali ke dunia, karena “permintaan orang kaya agar Lazarus kembali ke dunia untuk memperingati keluarganya (orang-orang yang masih hidup) mengenai keberadaan neraka, sudah dikabulkan oleh Tuhan bagi generasi ini”. (Lukas 16:27-28)
Daniel Ekechukwu menambahkan, bahwa ia diutus kembali ke dunia oleh Tuhan untuk memberikan peringatan yang terakhir kepada kita semua! Kisahnya, meskipun disertai dengan bukti-bukti yang sangat kuat, sampai sekarang masih tetap diragukan kebenarannya oleh banyak sekali orang-orang Kristen yang lain.
Di samping kesaksian-kesaksian Ps. Ian McCormack dan Ps. Daniel Ekechukwu, ada banyak sekali terbitan buku-buku tulisan orang-orang Kristen lainnya yang mengaku, bahwa mereka juga pernah mengalami peristiwa-peristiwa semacam itu melalui penglihatan atau mimpi. Baru-baru ini Choo Thomas meluncurkan buku karyanya: Surga itu Nyata!, yang mengisahkan perjalanan-perjalanannya di alam roh, di mana ia dibawa oleh Tuhan pergi mengunjungi sorga dan neraka. Katanya, semua itu dialami di dalam penglihatannya. Begitu juga buku kesaksian penglihatan Ev. Sadhu Sundar Singh, seorang hamba Tuhan yang diakui sebagai orang pertama yang memperkenalkan Kristus kepada bangsa India di akhir abad yang ke-19.
Sadhu Sundar Singh tidak pernah mengalami mati suri. Tetapi ia mengaku menerima suatu penglihatan di alam roh ketika ia sedang berdoa. Di sana ia dikunjungi oleh empat orang-orang suci yang menerangkan proses-proses kematian manusia kepadanya. Mereka berkata, orang-orang berdosa yang belum menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat akan dijemput dari ranjang kematian mereka oleh roh-roh jahat yang menakutkan. Sedangkan orang-orang yang sudah percaya akan dijemput oleh para malaikat, orang-orang suci, atau anggota-anggota keluarga serta sahabat-sahabat mereka yang sudah mati. Bahkan menurut kesaksian Sadhu Sundar Singh, bagi orang-orang yang sudah berhasil mencapai suatu tingkat kedewasaan rohani tertentu, Tuhan Yesus sendiri yang akan datang menjemput untuk menuntun roh mereka masuk ke sorga!
Alkitabiah atau tidak, itu adalah kesaksian-kesaksian mereka. Kita berhak untuk menerima atau menolaknya! Yang terpenting, kita harus meluangkan waktu kita untuk menyelidiki kesaksian-kesaksian tersebut dengan membandingkannya secara kritis dengan isi firman Tuhan. Jika kesaksian mereka bisa membangun iman kita, biarlah hal itu menjadi berkat. Jika tidak, lupakan saja!
Saya teringat akan hari-hari terakhir kehidupan seorang saudara seiman yang oleh karena terserang penyakit ginjal yang sangat fatal telah meninggal dunia pada tahun 2002. Dua hari sebelum kematiannya di rumah sakit dalam keadaan sekarat ia berkata, bahwa ia melihat ‘orang-orang’ yang sedang berdiri tidak jauh di sisi kiri dan kanan tempat tidurnya. Padahal di dalam kamar sekecil itu, tidak ada orang-orang lain selain kami berempat. Pernyataannya membuat saya mempertimbangkan lagi kesaksian Ev Sadhu Sundar Singh mengenai penglihatannya!
Alam roh adalah suatu kenyataan yang tidak bisa disangkal. Firman Tuhan sering mengulasnya, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan keadaan alam roh kepada orang lain, kecuali jika ia mengalaminya sendiri pada hari kematian yang sebenarnya. Yang pasti, cepat atau lambat, setiap orang akan menjalani fenomena itu, karena pada akhirnya kita semua harus pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Jika saatnya tiba, … there’s no turning back!
Apakah Anda sudah siap? Tahukah Anda, ke ‘seberang’ yang mana Anda akan pergi? Yesus menegaskan berkali-kali di dalam firman-Nya, bahwa ada dua tempat di mana kita akan berakhir. Dan selain itu kita juga diberi kebebasan oleh-Nya untuk memilih tempat tujuan kita tersebut!
Sekarang saya bisa memahami, mengapa sedari kecil saya percaya, bahwa ada ‘PRIBADI’ yang tidak kelihatan secara kasat mata, yang jauh lebih tinggi dari pada pribadi-pribadi yang ada di dunia! Padahal pada waktu itu kami sekeluarga masih belum mengenal Kristus. Tanpa saya sadari sendiri, ternyata Tuhan sudah mengaruniakan serta menanam sebutir bibit iman di dalam hati saya, ketika saya masih belum bisa memahami maknanya (Mazmur 22:11). Sesuai penjelasan firman Tuhan, iman adalah dasar dari segala sesuatu! (Ibrani 11:1)
Dengan iman kita percaya, bahwa hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus saja ada harapan, kepastian dan kebangkitan kembali! Dengan penuh keberanian di depan pengadilan rasul Petrus meneguhkannya: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12) Haleluya!
Saya yakin, Kerry Packer sekarang sudah berada di salah satu dari kedua tempat tersebut, karena saya percaya akan kebenaran firman Tuhan yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat oleh siapa pun juga, bahkan oleh orang-orang yang terkaya di dunia. Terpujilah nama Tuhan, karena besar kasih karunia dan kesabaran-Nya! Amin!
Penulis: John Adisubrata, http://johnadisubrata.blogspot.com/
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"
Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."
Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan
- A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
- B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
- C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
- D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
- E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
- F. Bpk. Irsan
- G. Ir. Ciputra - Jakarta
- H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
- I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
- J. Beni Prananto - Pengusaha
- K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
- L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
- M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
- N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
- O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
- P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
- Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
- R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
- S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
- T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
- U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
- V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
- W. Fanny Irwanto - Jakarta
- X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
- Y. Ir. Junna - Jakarta
- Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
- ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
- ZB. Christine - Intercon - Jakarta
- ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
- ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
- ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
- ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
- ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
- ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
- ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
- ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
- ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
- ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
- ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
- ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
- ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
- ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
- ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
- ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
- ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
- ZU. Justanti - USAID - Makassar
- ZV. Welian - Tangerang
- ZW. Dwiyono - Karawaci
- ZX. Essa Pujowati - Jakarta
- ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
- ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
- ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
- ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
- ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
- ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
- ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
- ZZF. Julia Bing - Semarang
- ZZG. Rika - Tanjung Karang
- ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
- ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
- ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
- ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI