Search This Blog

Thursday, September 20, 2007

The Story of An Ex Escort Girl (2)

Aku berdoa, menangis dengan frustrasi dan putus asa. “Kenapa, Tuhan? Kenapa? Kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang setelah lama bertahun-tahun yang lalu? Kenapa tidak dari dulu-dulu penyakit ini muncul? Katakan mengapa, Tuhan? Bukankah aku telah bertobat dan melakukan kehendak-Mu? Bukankah pelayanan ini yang Engkau inginkan? Bagaimana Engkau menghendaki aku meneruskan pelayanan Injil di antara para pelacur kalau aku sakit? Jawablah aku! Mengapa Engkau diam saja? Mengapa, Tuhan? Mengapa?” Hatiku hancur berkeping-keping. Pada waktu berikutnya, aku menyadari mungkin alasan mengapa Hepatitis C ini tidak muncul karena Allah tidak inginkan aku mengetahui sebelumnya. Apakah kalau dulu aku mengetahui penyakit ini aku akan kuat seperti sekarang? Namun sekarangpun aku tidak yakin apakah aku akan kuat terus.

Rasanya bagai menghadapi keabadian sebelum hasil test itu dapat diketahui. Aku menerima telpon sebelum aku sampai di kantor dokter itu. Perawatnya memberitahuku bahwa mereka tanpa sengaja telah mengirim contoh darah itu tanpa dibekukan, sehingga ditolak.

Ketika aku ditanya kapan aku dapat diambil darah lagi untuk contoh darah tiga vial lagi, aku berkata, “Tidak, ah! Aku akan cari dokter lain saja!” Sambil membanting telpon ke tempatnya, aku berkata kepada suamiku, Steve, “Aku tak percaya mereka kerjanya kacau sekali! Masakan aku harus menunggu dua minggu yang menakutkan lagi?”

Sebulan kemudian dokter yang kedua mengkonfirmasikan bahwa test pertama menunjukkan aku positif terkena Hepatitis C. Ia menolak melakukan test ulang lagi. Sebagai gantinya, ia mereferensikan aku dokter ahli gastrologi. Sebelum perayaan hari Thanksgiving, aku telah bertahan selama enam minggu dalam ketidak-pastian karena ahli gastrologi itu tidak dapat memasukkan aku dalam jadwal pertemuan sampai minggu kedua bulan Desember. Semua anggota keluargaku begitu berbahagia bertemu satu sama lain. Aku ingin menangis terus rasanya. Aku malas bermuka ceria atau berjabat tangan dengan mereka. Aku tidak mau berpura-pura.

Ketika akhirnya aku sampai ke tempat praktek dokter gastrologi untuk test laboratorium yang kedua, perawatnya membuat aku merasa takut dan gentar akan Allah. “Jika test ulang ini mengkonfirmasikan bahwa anda terkena Hepatitis C, sadarilah apa artinya itu. Lever anda perlu dibiopsi dan pada akhirnya anda harus disuntik tiga kali setiap minggu.” Ia kemudian memberikan aku sebuah brosur yang menerangkan tentang injeksi Interferon, yang menurut pendapatku, akan menyebabkan aku lebih sakit. Ketika aku diantar ke ruang tempat aku diambil darah, perawat laboratorium itu memandangiku dan bertanya, “Apakah anda baik-baik saja?”

Aku bilang aku oke, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Aku telah melewati hampir dua bulan tanpa kepastian apakah aku terinfeksi Hepatitis C. Aku pusing memikirkan masa depanku, bagaimana dengan suami dan anak-anakku? Aku tidak tahu bagaimana kelanjutan pelayananku diantara para pelacur itu.

Aku harus menunggu dua minggu lagi, dan aku rasanya tidak akan dapat merayakan hari Natal. Aku mulai berpikir apakah lebih baik aku tidak tahu hasil test itu sama sekali.

Pada tanggal 27 Desember 2006, aku akhirnya harus mendengar hasil test kedua itu, setelah dua bulan lebih setelah diagnosa pertama. Ketika aku menunggu di ruang khusus untuk mengetahui kebenaran yang harus kuhadapi, aku berdoa, “Tuhan, Engkau telah membawaku sampai sejauh ini. Apapun yang terjadi, aku berjanji kepada-Mu, Tuhan, bahwa aku akan meneruskan pelayananku. Aku akan menyampaikan pengajaran kepada dunia tentang bahaya industri seks. Apapun kehendak-Mu, aku akan berjuang melawan penyakit ini. Segala sesuatu yang aku lakukan dalam pelayananku adalah untuk kemuliaan-Mu.”

Perawat itu masuk dan dengan singkat memperkenalkan dirinya. “Hai, aku telah mendapatkan hasilnya. HIV negatif, Hepatitis B negatif dan Hepatitis A negatif.”

“Ya, itu bagus, tetapi bagaimana dengan Hepatitis C?” tanyaku penuh keingin-tahuan.

Ia bingung mencari-cari diantara laporan laboratorium itu. “Hmmm, koq tidak ada disini ya? Aku tidak tahu kenapa. Harusnya ada di sini. Aku harus menelpon kembali laboratorium.”

Aku jadi marah. Aku berdoa lagi, “Ya, Allah! Kalau dia kehilangan laporan tentang Hepatitis C ini, sudahlah aku muak. Tidak mau lagi aku ditest ulang, Tuhan! Aku tidak peduli lagi apa hasilnya. Aku kapok. Pastilah itu kehendak-Mu agar aku tidak tahu apa penyakitku.”

Dua puluh menit berikutnya terasa sejam. Setelah perawat itu kembali, ia datang sambil tersenyum dan berkata, “Selamat! Tubuhmu telah menghancurkan virus itu. Kenyataannya anda memiliki antibodi terhadap Hepatitis C. Anda beruntung, sangat beruntung!”

Jadi, bulan Juli 2007 lalu, aku sudah mendapatkan hasil test berikutnya dan terbukti negatif semua. Hasil test terakhir juga membuktikan bahwa tubuhku sudah mengalahkan virus itu enam belas tahun yang lalu ketika aku masih bekerja sebagai wanita panggilan. Aku memiliki antibodi terhadap Hepatitis C, tetapi antibodi itu tidak menolar dan hanya berarti bahwa tubuhku telah mengalahkan virus Hepatitis C.

Aku tidak merasa beruntung. Aku diberkati. Dan aku harus jujur dengan anda sekalian, hal yang sebenarnya tentang jasa wanita panggilan (escort service) ini begitu menakutkan. Sebelum aku berpetualang di dunia jasa wanita panggilan untuk menemani para pengusaha atau para eksekutif, aku berulang-ulang diyakinkan oleh “mamiku” atau “papi tiriku” bahwa selama aku menggunakan kondom, aku pasti aman. Aku diberitahu mereka bahwa seorang wanita panggilan kelas tinggi aman dari penyakit menular, hanya pelacur di jalanan yang bakal terkena macam-macam penyakit menular. Karena aku tidur dengan orang-orang kelas atas yang profesional, aku dianggap jauh dari penyakit menular. Itu adalah penipuan terbesar di sepanjang sejarah. Selama pengalamanku, aku selalu menggunakan kondom, dan ternyata masih terkena sakit kelamin dan hampir terkena Hepatitis C. Beberapa temanku yang lebih sembrono dalam urusan seks banyak yang terkena sakit kelamin parah dan Herpes. Kenyataannya, tidak peduli lelaki itu orang kaya, kelas atas, atau kelas bawah, miskin, terpelajar atau tidak, dari manapun asalnya, pasti membawa penularan penyakit apapun. Kami yang ada di industri seks pastilah gampang tertular penyakit, tidak peduli apakah kami sudah mengamankan diri dengan karet pelindung, selama kami tidak menaati hukum Allah. Tidak ada yang namanya petualangan seks yang aman. (Tamat)
Pengakuan seorang mantan wanita panggilan kelas atas.
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI