Search This Blog

Wednesday, July 25, 2007

Kerukunan Mengundang Berkat

Semula saya dan isteri tidak sepakat ketika kami berdoa kepada Tuhan meminta kendaraan untuk pelayanan. Isteri saya meminta Panther warna merah, saya meminta Kijang. Doa kami tidak dijawab selama tiga tahun. Pada suatu hari saya mendengar doa isteri saya yang meminta Panther. Nah, saya baru tahu bahwa kami tidak sepakat berdoa. Akhirnya saya dan istri saya bersepakat meminta Panther warna merah. Ketika kami bersepakat, maka mukjizat Tuhan mulai dinyatakan.

Suatu hari saya melayani di Surabaya. Saya berkhotbah bukan di kebaktian umum tetapi di kebaktian lanjut usia (lansia). Saya sampai bingung. Saya biasa berkhotbah sambil berteriak-teriak, kok dijadwal di kebaktian lansia, melayani orang-orang pensiun? Kalau nanti pada “berangkat ke rumah Bapa” lebih awal karena kaget oleh khotbah saya, bagaimana?

Tapi saya taat. Akhirnya saya berkhotbah di kalangan orang-orang lanjut usia itu. Saya membagikan mengenai kehidupan saya berjalan bersama Tuhan. Sambil berkhotbah saya memperhatikan. Ada yang bengong melamun, ada yang komat kamit sendiri, ada yang tidur. "Apa khotbah saya masuk ya?" pikir saya.

Tapi siapa yang tahu, ternyata ada seorang ibu tua yang masih segar sekali pikirannya. Ia merasa diberkati oleh khotbah saya. Ia dijamah oleh Roh Kudus, waktu saya mendoakan mereka. Bahkan Tuhan berbicara kepadanya: "Berikan hartamu bagi-Ku. Berikan kepada Pendeta itu mobil untuk melayani-Ku!"

Setelah saya selesai melayani, saya dipanggil. Saya menoleh, ada seorang Oma memakai sarung dan memeluk gulingnya memanggil saya, "Pendeta, ke sini... " Saya pun mendekatinya tanpa banyak protes. Namanya juga orangtua. Biar saya ini pendeta, tetapi saya harus bersikap lebih hormat terhadap orangtua.

Setelah dekat saya perhatikan, giginya sudah habis. Oma ini memakai gigi palsu. Ia bertanya dengan semangat, "Pendeta, bisa bicara?" Ya, saya sih bisa. Yang saya ragu, justru apakah Oma ini bisa berbicara jelas? Saya siap-siap pasang kuping ekstra lebih keras supaya bisa jelas mendengar, kalau kalau Oma ini mau konseling.

''Kenapa, Oma? Ada yang perlu didoakan?" tanya saya dengan perlahan-lahan. Biasa, sudah jadi kebiasaan saya sebagai pendeta, kalau dipanggil berarti ada masalah yang minta didoakan. Kenyataannya, jarang sekali seorang pendeta dipanggil untuk ditanyakan, "Pendeta, apa yang kurang? Bisa saya bantu?" Tapi ini tidak berarti saya minta dibegitukan, Saudara. Ini cuma fakta saja.

"Uh, saya enggak perlu didoakan," Oma itu menjawab dengan tegas. Saya kaget. Kalau begitu, ada apa saya dipanggil? Mau diajak ngobrol? Apa nyambung? Ya sudah,saya diam saja. Sementara saya menunggu Oma menjelaskan mengapa ia memanggil saya.

"Tadi Roh Kudus bicara, waktu Pendeta sedang berkhotbah. Tadi Roh Kudus bicara, saya disuruh memberikan Anda mobil." Apa reaksi Anda mendengar perkataan itu? Kalau saya, jujur ya, Saudara. Di mata saya, sebagaimana yang saya lihat dia dari bawah ke atas, dari atas ke bawah judulnya: impossible. Tidak mungkin. Jadi saya berasumsi, Roh Kudus cuma menitipkan pesan untuk menguatkan saya, bahwa Tuhan akan memberikan saya mobil, bukannya meminta Oma si pemeluk guling itu yang memberikan mobil. Dalam hati saya membatin, "Roh Kudus 'kan tidak sadistis, mana mungkin Oma ini disuruh jual sarung dan gulingnya untuk membelikan saya mobil?"

Terus terang saja saya salah menyangka Oma ini telah salah menangkap pesan Tuhan. Oma ini sudah lama tinggal di rumah jompo. Mana mungkin ia bakal memberikan saya mobil? Kalau ia bisa membelikan saya mobil, buat apa tingga1 di rumah jompo begitu? Lebih baik ia membeli satu rumah yang bagus untuknya menikmati usia senjanya dengan mewah dong? 'Kan logikanya begitu?

Jadi saya pertegas saja daripada saya ge-er mau dibelikan mobil, "Maksud Oma apa ya?"

"Pendeta pasti punya keperluan sangat mendesak sampai Roh Kudus berbicara sama saya."

Saya masih belum mengerti maksud perkataannya jadi hanya menyahut biasa: "Ya, Oma, apa itu?" Mestinya 'kan kalau saya terbuka, saya akan menjawab dengan: "Betul, Oma. Memang kami lagi meminta mobil untuk pelayanan.” Tapi saya tidak punya maksud apa pun, selain melayani Oma ini dengan sopan santun.

Anda tahu apa yang selanjutnya terlontar dari bibirnya?
"Tuhan menyuruh saya mengantar Anda pergi ke showroom mobil Panther, Anda dan istri 'kan minta mobil Panther warna merah?" Jantung saya langsung seakan-akan berhenti! Wajah saya bengong.

Saya langsung menangis bersama istri saat itu. Bayangkan, sampai soal warnanya ia tahu, sampai soal tipe mobilnya ia tahu. Saya tidak pernah bertemu dengan Oma ini. Saya sempat salah menilai hubungannya dengan Tuhan. Tapi Oma ini membuktikan, bahwa Oma ini dekat dengan Tuhan. Sampai ia bisa mendemonstrasikan kepada saya, bahwa Roh Kudus yang berbicara kepadanya.

Tapi kejutan demi kejutan ini belum selesai sampai di sini. Selesai acara, pengurus panti jompo sampai terkaget-kaget mendengar penuturan Oma ini. Ia berbisik kepada saya, "Ini Oma terkenal sebagai Oma kikir! Setiap kali memberikan kolekte," katanya, "Tidak pernah berubah. Jigotun (dua puluh lima perak)! Kok, bisa mendadak mau membelikan Anda mobil?"

Lalu pengurus rumah jompo ini pun bercerita sedikit tentang Oma ini. "Ini mukjizat!" katanya berulang-ulang. Dari pengurus inilah saya tahu sedikit tentang latar belakang Oma gaek itu. Memang dia sangat kaya, tetapi keluarganya sudah tidak ada. "Dia punya banyak warisan," katanya, "Tapi tidak ada yang tahu, di manakah letak kekayaannya dan hendak diapakan uangnya. Kerjaannya di rumah panti wreda ini hanyalah memeluk gulingnya." Soal memeluk guling saya juga tahu. Itu pasti kebiasaan waktu muda. Banyak wanita juga suka memeluk bantal kalau di mobil.

Singkat cerita, Oma yang lebih baik saya sebut dengan “Janda Sarfat” ini langsung mengajak saya pergi ke showroom mobil terdekat. Di perjalanan ke showroom saya hanya bisa menangis saja bersama istri. Tidak habis pikir, "Wah, kok masih saja ada 'Janda Sarfat' di zaman seperti ini, ya Tuhan?"

Masih ada kejutan lain yang menunggu. Sesampainya di showroom mobil, tanpa basa-basi "Janda Sarfat" ini memberi instruksi kepada staf sales yang pertama kali ditemuinya, "Tolong carikan mobil Panther warna merah baru, berikan kepada Pendeta ini!" Staf Salesnya memandangnya sekilas, lalu menoleh kepada saya dengan pandangan aneh, seolah-olah bertanya, "Apakah Oma ini sedang korslet atau apa?"

Ya masuk akal juga kalau staf sales itu berpikir begitu. Bayangkan, kalau misalnya ada Oma berpakaian kebaya dan sarung sambil memeluk guling masuk ke showroom Anda langsung memesan mobil. Apakah Anda mau meladeninya?

Kalau saya jadi staf sales, mungkin saya juga akan berpikir seperti Anda, "Yang Oma-oma kelihatannya pikun tapi sombong. Yang suami-istri kelihatannya normal tapi menangis terus. Apa aku kedatangan keluarga stres?"

Padahal, memang betul yang membelikan adalah Oma itu. Saya hanya punya tampang seperti orang berduit saja. Selalu cerah, selalu semangat, selalu ngomong: "Syalom! Haleluya!" Kenyataannya, waktu itu saya masih pendeta naik ojek. Singkat cerita kami pun ke Kasir. Sementara saya masih bingung pangkat dua. Bingung pertama adalah: kok bisa saya dibelikan mobil? Bingung berikutnya adalah: bagaimana Oma ini membayar mobilnya? Nah, bingung pangkat duanya adalah saya juga bingung kenapa saya bingung, wong Omanya saja tenang-tenang dan yakin begitu.

Saya bingung, sebab kalau Anda bertanya kepada saya mengapa saya dibelikan mobil oleh Oma itu, saya jawab saya tidak tahu. Saya tidak pernah bertemu Oma itu selain di panti wreda. Tuhan juga tidak berkata, bahwa ada kejutan yang menanti saya di panti wreda. Ya, iyalah, Saudara. Kalau Tuhan bilang, maka itu bukan kejutan lagi namanya.

Saya masih antara percaya tidak percaya dengan apa yang saya alami. Sampai kemudian hal yang mengagetkan terjadi di depan mata saya. Setelah urusan harga beres, maka Oma itu ditanyakan: hendak bayar pakai cara transfer rekening atau kredit? Nah, yang saya kaget, Oma itu menjawab, “Cash!” Tambah bingunglah saya.

Anda tahu apa yang terjadi? "Janda Sarfat" itu minta diambilkan gunting. Setelah gunting dipinjamkan, ia mulai memotong gulingnya! Guling yang selalu dibawa-bawanya itu digunting. Setelah guling terbelah, kami semua melihat dengan pandangan yang tercengang-cengang, isinya bukan kapuk. Isinya adalah uang! Rupanya guling butut itu adalah tambang emasnya!

Oma itu mulai mengeluarkan isi guling 'emas' itu di depan Kasir. Ce Tiau (Satu juta), No Tiau (Dua juta), Cap Tiau (Sepuluh juta), Go Cap Tiau (Lima puluh juta), dan seterusnya berpindah tangan ke Kasir, sementara saya cuma menangis saja. Akhirnya, tidak lebih tidak kurang, uang itu persis untuk membayarkan mobil Panther. Ketika saya memegang kuncinya, saya baru yakin, kami bukan bermimpi. Terimakasih, Tuhan!

Apa yang terjadi? Saya menghitung, jangka waktu saya membawa pulang Panther merah dari waktu saya sepakat dengan istri berdoa cuma tidak lebih daripada tiga bulan! Tuhan menjawab doa orang yang sepakat.
(Kesaksian Pdt. Samuel Kusuma - GBI Balikpapan, dari buku "Mujizat Itu Nyata" terbitan Bethlehem Publisher, telah diedit agar lebih enak dibaca)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI