Search This Blog

Tuesday, April 22, 2008

Growing Out Of The Problem

Bertumbuh Dari Masalah
Itulah ungkapan yang dilontarkan oleh Mohammad Risa Solihin, mengilustrasikan bagaimana kasih karunia Tuhan yang begitu besar baginya. Meski dirinya terbilang sebagai orang yang sangat jauh dari Tuhan dan kekristenan, Tuhan memanggilnya sebagai hamba Tuhan dan mempercayakan banyak hal yang sangat berharga.

Dilahirkan dan dibesarkan sebagai pria di tengah keluarga non-Kristen, Risa, demikian ia akrab disapa oleh kerabatnya, tumbuh dan hidup tanpa adanya pegangan iman yang sejati. Kehidupan bebas dan kecanduan narkoba akhirnya menjadi puncak perjalanannya yang semakin menjauh dari Tuhan.

'Grand design' kehidupan yang Tuhan rencanakan baginya boleh dibilang sangatlah tidak mudah untuk dilalui. Bertubi-tubi cobaan dan penolakan serta cercaan harus dihadapinya demi keputusannya yang kokoh untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Kenyataan pahit harus diterimanya kala dirinya memutuskan untuk menjadi seorang Kristen. Ia ditolak dan diusir dari kehidupan keluarga besarnya. Orangtua dan saudara-saudaranya tidak mau mengakuinya lagi.

Lika-Liku Pertobatan
Pada tahun 1989 saat dirinya masih aktif bekerja di dunia sekuler, di sanalah ia dipertemukan dengan sang pujaan hati, Elsa. Saat itu Risa masih tercatat sebagai seorang non-Kristen dengan kehidupan yang dihiasi dengan kehidupan malam dan narkoba. Hal yang tak jauh berbeda juga dilakukan oleh Elsa yang saat itu juga masih belum hidup sungguh-sungguh di dalam Kristus. Bahkan sejak pertemuan itu, mereka hidup bersama selama kurang lebih dua tahun, hidup dalam kedagingan. Namun mereka bersyukur, benih pertobatan itu semakin hari semakin ditumbuhkan oleh Roh Kudus melalui Elsa. Lambat laun atas dorongan Elsa Risa sang kekasih pergi beribadah ke gereja. Dan berkat bimbingan hamba Tuhan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, setiap minggunya mereka didoakan dan dilayani secara pribadi. Hasilnya, merekapun boleh dimenangkan oleh Kristus. Lalu mereka memutuskan untuk hidup bersama secara sah dalam tali pernikahan pada 9 Juni 1991.

Dalam pernikahannyapun pergumulan luar biasa masih menyelimuti hari-hari mereka. Ditolak oleh orangtua adalah hal yang dirasa paling menyedihkan. Saat menikah, Elsa berstatus sebagai seorang janda dengan seorang anak berusia lima tahun, bernama Belle Natalia, dari buah pernikahannya yang pertama. Dengan kehidupan Risa yang masih bergantung pada narkoba, iman kekristenan yang belum kuat, belum lagi ditambah kondisi keuangan yang lemah, membuat kehidupan pernikahan mereka sangat kacau. Apalagi beban moral yang harus diterima Risa sebagai seorang ayah tiri, baginya dibutuhkan suatu adaptasi yang luar biasa karena waktu itu usianya masih relatif muda, 24 tahun.

Pernikahan Risa dan Elsa bukan diawali dengan sesuatu yang baik. Satu rumah kosong yang tidak berisi, hanya ditemani dengan satu kantong plastik serta dua pasang pakaian, tidak punya pekerjaan tetap membuat semakin lengkaplah penderitaan yang harus ditanggungnya bersama keluarga barunya. Namun, tidak lama kemudian Risapun mendapat pekerjaannya. Di awal-awal kehidupan bersamanya itu, hubungan antara Risa dengan ’anaknya’ tidaklah terlalu baik, sebab antara Risa dengan Elsa sendiri membutuhkan proses adaptasi yang tidak mudah akibat latar belakang yang berbeda.

Dua tahun setelah menikah, Elsa hamil, padahal kondisi mereka saat itu belumlah kokoh. Pertengkaran, adu mulut, seringkali menghiasi hari-hari mereka. Bahkan pernah suatu saat ketika marah dan emosi, Risa menginjak kandungan isterinya itu. Untungnya, hal itu tidak membuat kandungannya mengalami masalah. Anak pertama itupun terlahir dan dinamai Ezra, namun rencana Tuhan berkata lain, anak yang baru berusia satu hari itu meninggal. ”Dari peristiwa itu saya menyadari bahwa Tuhan belum mempercayakan keturunan dari darah daging saya sendiri, karena untuk merawat Belle sendiri saya belum layak. Saat saya kesal kepada isteri saya, saya melampiaskannya kepada Belle. Walaupun ia belum mengerti apa-apa.” kenang pria kelahiran 24 Februari 1967 ini dengan sedih kalau mengingat peristiwa itu.

Pada Nopember 1993 saya dan keluarga berada pada kondisi yang sangat buruk. Bahkan orangtua membujuk untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan kembali ke agama saya yang lama. Namun ajakan itu tidak saya indahkan. Melalui sebuah pujian Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo yang syairnya berbunyi, ”Siapakah aku ini Tuhan, jadi biji mata-Mu?..” hati Risa diluluhkan dan membuatnya memaksakan diri untuk ikut sebuah persekutuan doa. ”Saat itu saya tidak bisa berdoa ataupun melayani, tetapi saya mulai bergabung dalam Sekolah Orientasi Melayani, meski pengaruh narkoba masih belum sepenuhnya saya lepaskan. Dan puji Tuhan, pada tahun 2000 saya baru bisa bebas dari narkotika.” kata Risa.

Makin Dipulihkan
Keinginannya yang keras untuk hidup sepenuhnya di bawah pimpinan Tuhan, membuat hubungan di dalam rumah-tangganya semakin dipulihkan, meski tantangan dan pergumulan tidak hilang begitu saja. Pergumulan yang luar biasa adalah saat adanya kerinduan untuk bisa mendapatkan anak lagi. Saat kelahiran Ezra, rahim Elsa pecah, sehingga kemungkinan untuk melahirkan lagi adalah 1:10.000 karena rahim sudah tidak ada. Namun dengan keajaiban Tuhan, mereka dianugerahi seorang anak bernama Kezia Hanny, meskipun setelah dilahirkan dia sempat dirawat akibat paru-parunya kemasukan cairan. Berkat pertolongan Tuhan, anak itu sehat sampai saat ini dan berusia 10 tahun.

”Meskipun masih jatuh bangun dalam usaha saya untuk bebas dari narkotika, saya bersyukur kepada hamba Tuhan, Pdt. Suwito Njotorahardjo, almarhum ayahanda Pdt. Niko, yang mau memberi kepercayaan luar biasa kepada saya. Meskipun dia tahu kondisi saya, namun kepercayaan demi kepercayaan beliau berikan, itu semua karena Tuhan,” ungkap Risa.

Berkat didikan dan kepercayaan itulah membuat Risa memiliki bukan saja seorang gembala, tetapi juga seorang mentor, orangtua, kakek, juga sahabat yang baik. Akhirnya pada tahun 1999 Risa meninggalkan pekerjaan sekulernya, meskipun ia memiliki posisi yang cukup baik saat itu, dan kemudian memutuskan untuk melayani Tuhan sepenuh waktu. Baginya pelayanan itu tidak dibatasi oleh paruh waktu ataupun penuh waktu, pelayanan adalah anugerah. Hidup ini adalah kesempatan untuk memberi.

Sepeninggal Pdt. Suwito Njotorahardjo pada tahun lalu, Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo mempercayakan gereja yang telah digembalakan ayahnya sejak 14 tahun yang lalu kepada Risa. Saat ini gereja itu beranggotakan hampir 7000 jiwa, dan ada 14 gereja yang harus Risa gembalakan. Baginya itu adalah suatu tantangan yang luar biasa. Disamping doa dan puasa serta dukungan dari isteri tercinta, kasih Belle yang bisa menerima Risa apa adanya merupakan hal yang paling mengharukan.

Saat Belle berusia 17 tahun, ayah kandungnya menghubunginya untuk meminta dia kembali. Dan pada peristiwa itu Belle mengatakan kepada ayah kandungnya bahwa dia tidak bisa menerimanya kembali. ”Bagi saya itu adalah sesuatu yang luar biasa. Sekarang kalau Belle ditanya dia akan menjawab bahwa dia bangga dengan saya saat ini.” kata Risa penuh bahagia.

Untuk mencapai kebahagiaan saat ini Risa harus rela mengalami banyak cobaan dan kehilangan orang yang dicintai, termasuk kehilangan anak ketiganya dua tahun yang lalu, Trifosa Shalom dalam usia dua minggu.

Kedua hamba Tuhan itu mengaku bahwa hari-hari ini mereka belajar bahwa Tuhan mengasihi kita apa adanya, meskipun kita sering menyakiti hati-Nya. ”Saya belajar hal itu dari Elsa dan Belle, saya bangga memiliki mereka.” ungkap Pdm. Risa sembari memeluk Elsa, isteri tercintanya. Sumber : Tabloid Keluarga Edisi 22/2008.

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI