Search This Blog

Thursday, August 2, 2007

Sebuah Janji

Dulu saya seorang salesman mobil lepas. Selama enam tahun bekerja door to door, dari toko ke toko, dan dari kantor ke kantor, hanya berbekal brosur dan kartu nama. Saya dicemooh, dipermainkan dan dihina banyak orang. Saya sempat ’down’ karena hal itu. Namun supervisor saya memberikan motivasi yang tidak saya lupakan sampai hari ini, katanya: ”Maju terus, sekali kita ’down’ maka selamanya kita akan ’down’.

Tuhan memberkati dan menyertai saya selama saya menjadi salesman. Saya selalu melampaui target yang ditetapkan. Jika dalam sebulan diberikan target empat unit mobil, saya berhasil menjual sepuluh unit. Prestasi saya tersebut membuat saya ditawari menjadi salesman tetap di perusahaan tersebut. Dari seorang salesman lepas, saya masuk sebagai karyawan tetap, dengan penghasilan tetap dan stabil, walau komisinya kecil.

Setelah beberapa bulan disitu saya berhasil menunjukkan prestasi saya lebih lagi sebagai salesman tetap. Saya tidak lagi menjual 10 mobil per bulan, tetapi sampai 30 mobil per bulan! Namun tidak lama kemudian entah kenapa, perusahaan dimana saya bekerja bangkrut. Divisi sales dibubarkan. Saya diberi pilihan, untuk masuk ke anak perusahaan lain yang bergerak dalam usaha keramik, atau dapat pesangon dan keluar. Karena keramik bukanlah bidang saya, maka sayapun memutuskan untuk keluar saja dari perusahaan itu. Perusahaan memberikan saya sebuah mobil, yaitu Honda Prestige.

Karena saya tidak tahu harus bekerja apa lagi, maka saya pun menjual mobil saya satu-satunya itu. Dan dari hasil penjualan mobil itu, terjunlah saya ke bisnis jual-beli mobil bekas. Tuhan kembali memberkati saya luar biasa, saya kini memiliki sebuah showroom sederhana dengan banyak mobil disitu, dan bisnis saya berkembang dengan pesat. Hal itu membuat kakak saya tertarik, dan bergabung dengan saya dalam bisnis ini dengan menggabungkan modal yang lebih besar.

Tidak lama kemudian tahun 1998 saat bisnis sedang berjalan bagus bagusnya, kakak saya terkena narkoba. Hal ini membuat bisnis kami menjadi berantakan dan modalpun turut ludes. Saya tidak punya pilihan, saya harus bekerja lagi pada orang lain, agar suatu waktu saya bisa membangun bisnis saya lagi dari nol.

Akhirnya saya bertemu seorang teman yang mempunyai modal cukup besar. Dia setuju saya mengelola usaha mobil bekas untuknya. Dua tahun bisnis itu berjalan, hasilnya sebenarnya cukup besar. Namun karena dia orang yang sangat kaya, bagi dia nilai itu tidak berarti apa-apa. Melihat itu ia berkata agar saya menghentikan usaha tersebut, dan ikut dia saja. Dua tahun saya ikut dengannya, dan benar-benar dimanja dengan segala kesenangan: Night Club, diskotik, pesta-pesta, hura-hura, jalan-jalan keluar negeri dan sebagainya. Karena saya sudah kenal Tuhan, saya benar-benar tidak merasa sejahtera dengan gaya hidup seperti itu. Hati saya berontak, ingin segera keluar dari sana. Namun kalau saya keluar dari perusahaannya, darimana saya harus menghidupi anak dan isteri saya? Maka sayapun mengambil puasa tiga hari tiga malam, bertanya pada Tuhan, apa yang harus saya lakukan?

Hari ketiga, saya membulatkan hati memutuskan untuk berhenti. Tuhan memberi saya kekuatan untuk mengatakan pada bos saya, "Pak, saya mau mengundurkan diri..." Dia sangat terkejut, dan mengira saya telah memiliki bos baru. Namun saya katakan tidak, saya hanya ingin berhenti. Setelah berhenti, saya menjadi kebingungan, saya hanya bisa menangis, "Tuhan penghasilan saya darimana, beri saya jalan..."

Kemudian ada sebuah suara berulang-ulang di kepala saya, yang saya percaya itu suara Tuhan. "Telpon pak Wiyung..." demikian kata suara itu. Sayapun menelpon pak Wiyung. Terakhir saya bertemu dengannya adalah empat tahun lalu. Dia adalah seorang kawan lama saya dalam bisnis mobil. Sebuah sambutan luar biasa yang tidak saya sangka-sangka saat saya menelpon beliau. "Ya sudah kamu ikut saya saja, kebetulan saya baru buka perusahaan, kamu bisa bantu mengurusnya." Sayapun bergabung dengan perusahaannya dan saya diberkati luar biasa disana selama dua tahun. Namun tahun ketiga bisnis menjadi sangat sepi, sehingga beliau memutuskan untuk menutup perusahaannya. Namun sebelum ia melakukan hal itu ia memanggil saya untuk berbicara empat mata. Demikian katanya, "Wan, kamu tahu perusahaan terus merugi. Jadi begini saja, saya tidak mau tahu hal ini lagi. Seluruh kepemilikan dan asset perusahaan saya hibahkan padamu, gratis. Kamu sekarang pemilik usaha ini!" Saya sangat terkejut akan keputusannya.

Walaupun begitu saya menjadi ragu, apakah ini sebuah berkat? Karena perusahaan sedang merugi, bisnis sangat sepi. Bagaimana saya bisa mengelola perusahaan ini, darimana penghasilannya di tengah keadaan yang sangat sepi seperti ini, darimana uang untuk biaya pengelolaannya?

Saya hanya bisa berdoa dan bergantung pada Tuhan di tengah kondisi yang rumit seperti itu. Saya berpegang kuat-kuat pada Firman Tuhan yang mengatakan, "Kalau Tuhan sudah buka jalan, maka tidak ada satupun yang sanggup menutupnya". Saya berdoa dan berpuasa bersama isteri saya, meminta tuntunan Tuhan, untuk apa yang harus saya lakukan. Kemudian sayapun membuat sebuah nazar, "Tuhan kalau bulan ini usaha saya berhasil, maka saya akan memberikan keseluruhan hasil pertama dari bisnis itu." demikian janji saya pada Tuhan.

Dan hasilnya sungguh mengejutkan. Pada akhir bulan penghasiIan bersih usaha itu adalah Rp. 107 juta. Itu adalah hasil yang luar biasa, hampir saya tidak percaya dengan hasil sebesar itu. Melihat nilai sebesar itu saya mulai diserang keraguan. Haruskah saya memberikan semuanya itu kepada Tuhan sesuai dengan janji saya? Padahal saya sendiri dalam keadaan ekonomi yang sulit, perusahaan juga butuh suntikan modal untuk membuat rodanya tetap berputar. Saya begitu tergoda untuk memberikan sebagian kecil saja dari hasil tersebut. Sayang sekali rasanya melihat uang sebesar itu hilang begitu saja.

Namun saya membulatkan hati, saya telah bernazar dan harus ditepati. Beberapa hamba Tuhan juga menguatkan saya untuk menepati nazar saya. Saya tahu ini semua titipan, Tuhan tidak melihat nilai uang itu, tapi dia melihat ketaatan hati. Maka untuk itu saya mau belajar taat, walaupun terasa sakit saya mau belajar taat dan setia. Maka sayapun memberikan semua uang itu untuk Tuhan.

Saya percaya kalau Tuhan sudah buka jalan maka tidak ada satupun yang dapat menutupnya, untuk itu saya belajar patuh padaNya mengikuti rencana-Nya. Saya percaya langkah ketaatan ini akan membawa saya diberkati oleh Tuhan lebih lagi di masa depan. Biarlah kita menjadi berkat bagi keluarga kita, bagi pelayanan, bagi jemaat Tuhan, dan bagi semua orang. Demikianlah kesaksian Iwan Tjahjadi dari Full Gospel Businessmen’s Fellowship – Automotive Chapter Jakarta, yang telah ditulis di Buletin Voice (telah diedit seperlunya agar lebih enak dibaca)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI