Search This Blog

Tuesday, October 14, 2008

Miracles Still Happen

Tiga bulan yang lalu, mama saya terkena kanker tulang stadium 4 B. Yang artinya sudah stadium akhir dengan pemeriksaan melalui bone scan (nuklir) dan pemeriksaan darah menunjukkan adanya sel-sel ganas di luar ambang batas. Scan berhasil menunjukkan lima tempat hitam yang menunjukkan bahwa sudah terkena kanker yaitu di: pinggul, lutut kanan, tulang punggung, bahu-lengan kanan, dan tulang tengkorak, serta beberapa bagian lain yang mulai tampak abu-abu kehitam-hitaman. Sedangkan bagian lain yang belum terkena, berwarna putih bersih.

Keluarga kami sudah membawa mama ke beberapa dokter ahli tulang, ahli patologi dan terutama khusus kanker tulang. Semua jawaban tetap sama: mengingat umurnya yang sudah hampir 75, dan karena tak ada gunanya juga di chemotherapy, karena akan terlalu menyakitkan untuk dia, maka keluarga disarankan untuk merawat dia di rumah saja. Percuma di rumah sakit, begitu mereka bilang. Perkiraan mereka: 1-3 bulan saja usianya, kalau dia bisa makan dengan normal. Setelah itu, tinggal menunggu koma.

Beberapa hari setelah vonis dokter itu, mama mulai menjerit-jerit kesakitan di tempat-tempat yang memang tampak hitam dalam scan. Dan sudah sulit sekali untuk makan! Bahkan minum juga. Karena kadang ia tidak mampu lagi menelan. Ini tidak mengherankan, kata dokter, mengingat penyebarannya sudah sampai tulang punggung dan tengkorak. Dokter-dokter hanya memberi morfin, karena memang kata mereka sakitnya tidak tertahankan.

Seorang teman kakak yang lebih muda, ternyata baru saja meninggal karena kanker tulang dan itu pun hanya terdapat di lutut kirinya. Ia berobat di Singapore, tanpa hasil, malah semakin parah. Teman yang lain pun menyatakan bahwa orangtuanya setelah dibawa ke Amerika pun hanya diberikan morfin sebagai "pain killer". Keluarga semakin bingung, sedangkan melihat penderitaanya pun rekan-rekan yang menengok pasti menangis. Apalagi kami, anak-anaknya?

Suatu kali, mama dalam jeritan kesakitannya minta dibaptis. Ia minta ijin pada satu kakak saya yang beragama Kong Hu Chu, sama dengan mama. Yang lain sudah menjadi Kristen atau Katolik. Mama minta cepat-cepat dibaptis karena dia sudah tidak tahan lagi dengan kesakitannya dan beliau juga bilang, takut waktunya sudah tidak ada lagi.

Koko saya menangis. Dan akhirnya menyetujui. Memang, beberapa waktu sebelumnya, mama pernah bilang ingin dibaptis secara Katholik. Diakon datang, untuk menanyakan, apakah ini keinginan sendiri atau terpaksa. Mama sudah menjawab, bukan. Ia memang ingin dibaptis sendiri.

Akhirnya besok paginya ia dibaptis. Pastor sekaligus memberikan sakramen perminyakan. Pada saat ia dibaptis pun sudah dalam keadaan antara sadar dan tidak. Yang anehnya, 3 jam setelah dibaptis, ia bisa tiba-tiba bangun sendiri dan berteriak memanggil anak-anaknya. Namun setelah itu, ia kembali terkulai dan kondisinya semakin memburuk. Bergeser atau bergerak sedikit saja ia sudah tidak mampu karena sakitnya!

Keanehan lain, dua hari berturut-turut setelah dibaptis, ia minta komuni. Padahal mama tidak pernah mengerti apa itu komuni! Setiap satu minggu sekali ada Diakon yang datang untuk memberikan komuni. Setelah 3-4 kali komuni, kondisi kesehatannya membaik. Ditandai dengan kemampuannya untuk bergerak dan makan. Beliau juga sudah tidak lagi menjerit-jerit kesakitan. Kami merasa heran, bahkan dokter yang memeriksanyapun berdecak kagum.

Karena dengan demikian, mama sama sekali tanpa pengobatan. Segala selang infus untuk makanan yang tadinya ia pakai, sekarang tidak terpakai. Bahkan, sebelumnya kami sudah menyiapkan oksigen, karena mama sebelumnya sudah mulai sulit bernafas. Kami heran, dan semua tak percaya. Dokter mengatakan, tak ada penjelasan logis atas semua ini.

Kami sudah tak sabar untuk melihat hasil bone scan lagi mid-November Ini, karena hanya boleh dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, untuk mengetahui apa yang terjadi. Dua minggu yang lalu, seorang kerabat yang melihat kondisi mama membaik, dia menyatakan ketidak-percayaannya.

Ia minta maaf karena dengan mengatakan ini ia sudah menyinggung kami yang Kristen/Katholik, tapi ia berkata, tak percaya dengan yang namanya mukjizat! Mukjizat itu tidak ada, yang ada hanyalah.... mungkin, kesalahan diagnosa.

Koko saya yang beragama Kong Hu Chu pun malah mendukung kami, bahwa tidak mungkin ada salah diagnosa. Ada bukti ilmiah tentang sakitnya dari bone scan dan test darah! Bahkan dia pun berpikir, ini keajaiban.

Sampai mid November kemarin, kami tidak bisa berkata apa-apa. Karena sejak semula, anak-anaknya pun hanya berdoa dengan pasrah pada kehendak Tuhan dan mohon dengan kemurahan hatiNya, mama tidak menjerit2 kesakitan lagi, itu pun sudah cukup. Tapi melihat beliau mulai berjalan lagi...bahkan mulai mau ke dapur memasak lagi....amazing!!

Hasil bone scan keluar. Dokter yang memeriksanya pun terperangah dan bertanya, obat apa yang kami berikan kepada mama. Karena seandainya di chemo pun, kondisi mama tidak mungkin sebaik dan secepat ini, mengingat usianya.

Tuhan Yesus yang luar biasa, menunujukkan kemuliaan-Nya. Saat kami bilang mama tidak diobati. Dokter tersebut, yang beragama Muslim, berkata bahwa ini mustahil. Ini keajaiban. Karena scan menunujukkan, hitam di lima tempat sebelumnya sekarang hanya tinggal 1, yaitu tinggal yang di tulang panggul! Koko saya bertanya, selanjutnya pengobatan apa yang harus kami lakukan untuk mama?

Dokter cuma menjawab, ”Ya, tidak ada! Lanjutkan saja apa yang kalian lakukan selama ini. Yang kalian lakukan hanya berdoa kan? Jangan berhenti berdoa kalau begitu. Karena ini keajaiban!”

Tidak puas dengan pernyataan dokter ini, koko memeriksa hasil test kepada dokter patologi lain. Dia pun menyatakan ketidak percayaannya dengan kagum. ”Ini mujizat!”, katanya. Rupanya dokter ini orang Katholik. Baru koko saya pun percaya.

This is miracle! Buat saya sendiri, ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Karena tadinya, cukup buat saya tidak melihat beliau menjerit-jerit kesakitan, ternyata Yesus memberi lebih dari yang kami semua, anak-anaknya harapkan. Sebab sebelumnya kami semua sudah rela, menerima bahwa ia dipanggil Tuhan, daripada ia menahan kesakitan yang luar biasa. Kami pun mengerti, bahwa kami tidak berharap pada sesuatu yang muluk-muluk... tapi seandainya suatu saat mama dipanggil nanti, mama sudah digunakan Tuhan sebagai alat untuk menunjukkan, bahwa apa yang mustahil bagi manusia, tak ada yang mustahil bagi Dia. Tak ada obat yang lebih kuasa dari pada Yesus, Anak Domba Allah itu sendiri.

Saya merasa tidak baik untuk menyimpan kesaksian kemuliaan Tuhan ini untuk keluarga sendiri saja. Saya berharap, dengan Kemuliaan Tuhan ini, dapat menjadi inspirasi iman dan pengarapan buat semua orang yang saya kenal.

Ada ucapan Romo Yohanes di bukunya yang amat saya sukai: ”Kesembuhan fisik hanyalah sarana.... untuk menuju Tuhan, karena pada dasarnya setiap orang harus meninggal...” (Ina BCA)

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI