Search This Blog

Wednesday, September 3, 2008

From the Street To the Stage

Ajeng Astiani: Dari Pengamen Jalanan Menuju Ajang Mamamia Show

Perjalanan hidup manusia memang tidak bisa ditebak. Begitu pula perjalanan hidup Ajeng Astiani. Jika dulunya ia biasa mentas di atas bis kota dengan mengamen, kini jutaan pemirsa layar kaca menjadi saksi bahwa Ajeng memiliki bakat menyanyi yang lumayan.

Kehadiran Ajeng, seorang pengamen jalanan dalam ajang pencarian bakat tingkat nasional "Mamamia Show" memang memberikan warna tersendiri. Ajeng menjadi pendobrak keberanian di kalangan pengamen untuk tampil berkompetisi di depan publik.

Ajeng telah membuktikan bahwa pengamen jalananpun memiliki bakat yang tak kalah bagus dibandingkan dengan mereka yang hidup berkecukupan. Dan lewat ajang pencarian bakat itulah kini dara kelahiran tahun 1994 ini berhasil mengangkat status ekonomi keluarga. Ajeng, yang dulunya naik turun bis kota untuk mengais rejeki, kini sudah memiliki mobil sendiri. Bahkan ia juga memiliki rumah singgah untuk anak-anak jalanan.

Sayang Orang Tua
Di mata orangtuanya, Ajeng merupakan anak yang menyenangkan dan membanggakan. Ia dikenal sebagai anak yang riang, tak pernah mengeluh. Apalagi sejak kecil ia sudah mengalami pahit getirnya kehidupan. Herry, papanya, tak bisa bekerja karena sakit keras. Terpaksa mama Cindy berjualan dengan modal seadanya. Sayang sekali usaha itu bangkrut.

Ketika duduk di kelas 3 SD orangtuanya diusir dari rumah kontrakan lantaran tak mampu membayar. Dan hampir setiap hari ada saja penagih utang yang dengan kasar meneror orangtuanya.

Beratnya beban ekonomi keluarga inilah yang membuat Ajeng bertekad untuk mencari uang sendiri dengan cara mengamen.

Setiap pagi Ajeng keluar rumah untuk “ngamen” bersama mamanya. Ngamennya di dalam bis kota. Sehari ia bisa mengamen di dalam 40 bis, lumayan hasilnya, bisa untuk makan sekeluarga. Dalam sehari Ajeng bisa mendapatkan uang sekitar Rp. 50 ribu sampai Rp. 100.000,-.

Seiring dengan rutinitas ngamennya ini, bangku sekolah mulai ditinggalkan Ajeng. Selama empat tahun dirinya berhenti bersekolah dan praktis hari-harinya diisi dengan kegiatan mencari nafkah. Karena sering pulang malam, sebagai seorang ibu, Cindy tidak tega membiarkan Ajeng. Apalagi putrinya mulai beranjak remaja. Takut kalau-kalau ada hal buruk yang akan menimpa Ajeng, maka Cindy pun memutuskan untuk menemani Ajeng mengamen.

“Mama sudah tidak tahu lagi mau usaha apa, karena itu mama mengijinkan Ajeng mengamen. Kalau mama yang mengamen, adik-adik Ajeng tidak ada yang jaga,” tutur Cindy.

Rutinitas tersebut dijalani Ajeng dengan senang hati. Ia tidak berkeluh kesah, hingga pada suatu hari Tuhan membuka jalan yang tak pernah mereka pikirkan.

“Pada suatu hari ketika Ajeng mengamen, ada seorang ibu, penumpang bis jurusan Grogol Kampung Rambutan, memberikan formulir pendaftaran Mamamia Show di Stasiun TV Indosiar. Semula Ajeng enggan, karena ia merasa minder bersaing dengan orang-orang yang hidupnya berkecukupan. Namun ibu yang baik hati itu terus mendesaknya, sehingga Ajeng mengisi formulir itu.

Memulihkan Keluarga
Penampilan Ajeng dalam kompetisi Mamamia memberikan keberuntungan tersendiri bagi keluarga. Banyak pihak mulai menawarkan kerjasama, terutama menjadi sponsor. “Beberapa orang yang tak dikenal kini mulai menawarkan bantuan. Ada orang yang datang membawa uang, ada yang langsung membawa barang, dan dan ada pula yang membawa uang sambil menjanjikan akan membawa uang lagi kalau masih diperlukan.” demikian pengakuan Cindy.

Selain mendapatkan perlakuan istimewa, keluarga Ajeng juga mendapatkan keberuntungan yang lain. Icha, kakak sulung Ajeng yang selama ini meninggalkan mereka, kini kembali ke dalam keluarga.

"Icha, anak sulung kami datang bersama dengan seorang cucu. Hati saya yang semula keras dan penuh dendam, dalam sekejap mencair. Masalah lama seperti terlupakan,” ungkap Cindy yang kini menjadi manajer Ajeng. Ternyata Ajeng tidak hanya memperbaiki ekonomi keluarga, tetapi ia juga berhasil memulihkan keluarganya. Bersatunya kembali sebuah keluarga yang sudah lama terpisah merupakan berkat Tuhan.

“Saya merasakan bahwa doa saya selama ini sudah terkabul. Anak sulung kami yang menghilang selama tiga tahun, akhirnya kembali. Dan Tuhan melalui Ajeng telah membuka jalan ke arah kehidupan yang lebih baik, tidak seperti kedua orangtuanya,” papar Cindy.

Selain Icha dan Ajeng, Herry dan Cindy masih memiliki empat orang anak lagi: Julio 8 tahun, Bagus 5 tahun, Aji 2,5 tahun, dan Cantika 1 tahun. Cantika kini diasuh oleh ibu angkatnya.

Peduli Anak Jalanan
Ajeng, sang biduanita jalanan, kini sudah menjadi artis ibukota. Dara kelahiran November 1994 ini mengatakan bahwa meskipun ia kini sudah menjadi artis penyanyi, ia tidak akan melupakan komunitas pengamen jalanan. Sebagai bukti, ia menggelar acara jumpa fans yang mengundang anak-anak jalanan pada pertengahan bulan Juni lalu. Ia memberikan suatu motivasi kepada para pengamen itu untuk mengikuti jejaknya, berprestasi di ajang musik Indonesia.

“Saya melakukan semua ini demi tanda cinta kasih sayangku kepada teman-teman pengamen. Mereka masih bergumul sebagai pengamen dengan kerasnya kehidupan ibukota,” tegas Ajeng.

Dengan didampingi papa dan mamanya, Ajeng mendirikan “Tenda Ajeng Mamamia” di perempatan Cempaka Putih, di seberang ITC Cempaka Mas. “Setiap Kamis siang dan Jumat sore aku dan keluargaku melakukan pelayanan kepada 168 teman-teman pengamen,” ucap Ajeng.

Penggemar “3 Diva” dan Beyonce ini menambahkan bahwa saat ini ia dan manajemennya sedang membangun sebuah rumah singgah untuk anak-anak jalanan, sedangkan dana untuk pembangunan rumah itu berasal dari hasil menyanyi.

“Yang jelas, aku mau menjadi berkat bagi para pengamen yang adalah saudara-saudaraku. Aku bersyukur bahwa Tuhan Yesus sudah menjawab doa-doaku,” ujar dara berwajah hitam manis ini.

Untuk ke depan, Ajeng ingin mengasah bakat nyanyinya. Ia ingin menjadi penyanyi profesional, dan ia telah meluncurkan album rohani pertama, yang berjudul "My Story".

Ajeng juga ingin melanjutkan sekolahnya. “Aku sekarang berumur 14 tahun dan seharusnya sudah duduk di bangku SMA. Tetapi karena aku dulu sempat berhenti sekolah, jadi sekarang aku baru lulus SD. Bagi Ajeng tidak ada kata “terlambat” untuk sekolah,” tuturnya dengan senyum tersungging. Puji Tuhan!
(Pertama kali naskah ini diposting oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com pada tanggal 3 September 2008, dengan sumber dari Tabloid Keluarga edisi 33 tahun 2008 - mohon agar keterangan ini tidak dihapus ketika anda memforwardnya.)

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI