Search This Blog

Friday, September 12, 2008

Elizabeth dan Perlindungan Malaikat

Elizabeth yang berumur tiga tahun menyelesaikan doanya dan merangkak ke ranjang ketika saya menyelimuti tubuhnya dengan selimut dan seprei. “Bolehkah kita bermain di salju besok, mami?” tanyanya, sambil mengamati butiran salju yang turun di seberang jendela. “Kita lihat nanti,” kata saya. Saya memandang ke luar jendela juga. Pohon-pohon yang tinggi yang mengelilingi rumah kami sedang digoyang oleh angin kencang, cabang-cabangnya melorot karena beban berat salju. Saya menciumnya dan menutup pintu kamarnya. Angin berhembus kencang, dan ketika saya turun tangga saya dapat mendengar bunyi pohon cemara dan oaks berderit-derit dan mengeluh.

Sejak kami membeli rumah ini saya selalu khawatir akan pepohonan. Sore itu tetangga kami telah kehilangan pohon cemaranya yang sudah tua. Saya khawatir angin badai akan menumbangkan lebih banyak pohon lagi. Sebelum suami saya pergi ke luar rumah untuk menonton pertandingan bola basket di rumah seorang teman, saya memintanya untuk berdoa bersama saya tentang pepohonan itu. “Tuhan melindungi kita malam ini.”

Di ruang keluarga saya mulai memunguti boneka-boneka dan mainan-mainan dan tiba-tiba saya mendengar suara dentuman keras di atas saya. Seluruh bangunan rumah bergetar. Bahkan lantai di bawah kaki saya bergetar. Saya menjatuhkan mainan-mainan itu dan bergegas naik ke loteng.

Oh, Tuhan, jangan biarkan salah satu pohon-pohon itu tumbang. Elizabeth! Pohon cemara yang menjulang di seberang jendelanya! Bagaimana kalau oleh karena beban berat salju… Detak jantungku bertalu-talu. Saya membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Sergapan angin dingin menempelak saya. Jendela di dekat ranjangnya telah lenyap. Bagian puncak pohon cemara telah menghajar jendela itu, membuat cabang-cabang dan salju memenuhi kamar itu. Saya merasakan pecahan-pecahan kaca di kaki saya yang memakai sandal. Oh, Tuhanku, Elizabeth pasti ketakutan. Saya menyalakan lampu dan bergegas ke samping tempat tidurnya untuk mengangkatnya dari bahaya. Namun yang sangat mengherankan saya, ia masih tidur dengan lelap. Tak ada pecahan kaca di selimut atau piyamanya.

Kemudian saya melihat sesuatu menyelimuti anak saya. Berlapis-lapis sayap membentuk tudung bulu di atas tubuhnya yang sedang tertidur. Para malaikat yang berkilauan itu menundukkan muka-muka mereka dan melebarkan sayap-sayap mereka, melindunginya dari bahaya. Anak itu meringkuk di tengah kepompong sorgawi, yang membuat perlindungan terhadap Elizabeth sehingga ia tetap hangat dan aman. Pada saat saya berdiri di sana, cahaya berkilauan itu tiba-tiba lenyap. Saya meraih Elizabeth ke dalam tangan saya, mendengarnya menggumamkan sesuatu, dan membawanya keluar dari kamar yang dingin dan berantakan itu.

Keesokan paginya saya dan Elizabeth meninjau lagi ke kamarnya. Sambil menggenggam tangannya, saya dengan hati-hati melangkah ke arah pintu kamarnya. Suami saya memasang kain di jendela yang rusak itu. Dengan berlinangan air mata, suami saya berkata, “Sayang, lihat!” Bersama-sama kami berjalan ke arah ranjang. Ribuan pecahan kaca berserakan di lantai, yang memantulkan kilauan sinar mentari pagi. Pecahan kaca yang tajam memenuhi keempat sisi tempat tidur Elizabeth. Suami saya membuka selimut, seprei dan bantal-bantal. Tak ada sebutir pecahan kaca ada di ranjang Elizabeth.

“Tadi malam ketika mami masuk ke kamar tidurmu,” kata saya kepada Elizabeth, “mami melihat berlapis-lapis sayap membungkus sekeliling kamu, melindungi kamu dan…” “Oh, mami,” anak itu menyela, ”saya tahu tentang malaikat-malaikat itu. Salah satu dari antara mereka mencolek kepala saya sebelum dia pergi.” (Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com - mohon bagian ini jangan dihilangkan ketika anda memforwardnya)

PS: Email dalam bahasa Inggeris telah diterima dari Ibu Suharti Ali.

*****

Elizabeth's Celestial Canopy (A True Story)
Three year old Elizabeth finished her prayers and crawled into bed as I tucked her smooth sheets and blanket snugly around her. "Can we play in the snow tomorrow, Mommy?" she asked, watching the fat, white flakes fly by the window. "We'll see," I said. I looked out the window too. The tall trees surrounding our house were being buffeted by the storm, their branches sagging under the weight of the snow. I kissed her good night and closed the door. The wind whistled, and as I went downstairs I could hear the pines and oaks creak and groan.

Ever since we bought the house I'd been anxious about the trees. That afternoon our neighbor had lost an ancient pine. I worried the storm would knock more down. Before my husband left to watch a basketball game at a friends house, I asked him to say a prayer with me about the trees. "God keep us safe tonight."

In the family room I started picking up dolls and toys and just then I heard a loud crash above me. The whole house trembled. Even the floorboards beneath my feet shook. I dropped the toys and ran upstairs.

Dear God, don't let it be one of the trees. Elizabeth! that towering pine outside her window! What if under the weight of the heavy snow.... Heart Hammering, I flung her door wide open. A blast of cold air hit me. The window near her bed was gone. The upper part of the pine tree had knocked it out, leaving behind branches and snow. I felt glass crunch beneath my slippered feet. Oh my God, Elizabeth must be scared to death. I turned on the lights and rushed to her bedside to lift her from danger. But to my amazement she was still sleeping peacefully. There wasn't any glass on her coverlet or pajamas.

Then I saw them surrounding her. Layer upon layer of wings forming a feathery canopy above her sleeping form. Luminescent angels bowed their heads, spreading their wings over her, shielding Elizabeth from harm. She was nestled in the center of this celestial cocoon, warm and safe.

As I stood there, the shimmering glow suddenly vanished. I scooped Elizabeth into my arms, hearing her mumble sleepily, and rushed her out of the damaged, cold room. The next morning Elizabeth and I ventured back to her bedroom. Holding her hand, I gingerly stepped over the threshold. My husband was tacking a tarp over the broken window. His eyes filling with tears, he said, "Honey, look." Together we walked over to the bed. Thousands of pieces of broken glass lay on the floor, sparkling in the morning sun. Needle-sharp shards were scattered on all 4 sides of her bed. My husband ran his hands over the blankets, sheets and pillows. Not a single splinter of glass was on Elizabeth's bed.

"Last night when I came into your room," I said to Elizabeth, "I saw layer upon layer of wings wrapped around you, protecting you and ........"
"Oh Mommy," she interrupted, "I know about the angels. One of them patted me on the head before it left!"

Sumber naskah dalam bahasa Inggeris:http://www.jesusone.com

Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI