Search This Blog

Wednesday, November 14, 2007

Menjadi Sarjana Hukum Meskipun Buta (2)

Berbagai Pengobatan
Kondisi saya memang memprihatinkan. Dengan bantuan saudara-saudara, saya dibawa berobat mata hingga ke Singapura. Keluarga berusaha mengumpulkan uang untuk berobat ke Singapura. Namun selama tiga bulan berobat di sana tetap tidak ada hasilnya. Dokter mengatakan bahwa syaraf mata sudah putus, dan tidak bisa lagi diobati. Saya kembali lagi ke Jakarta dan kemudian pulang ke rumah orangtua di Belitung. Orangtua saya tidak mau putus asa, mata saya tetap diusahakan sembuh dengan jalan berobat alternatif di luar medis, yaitu membawa saya bersembahyang ke kelenteng, dibawa ke dukun dengan obat yang macam-macam.

Selama buta saya tidak bersekolah dan tidak keluar rumah. Apalagi orang-orang di kampung sering mengatakan, ”Kok mata anaknya tiba tiba jadi buta. Memang orangtuanya melakukan dosa apa?” Saya sedih mendengar orang-orang bilang seperti itu. Selama empat tahun saya tidak mempunyai teman bermain dan hanya tinggal di rumah saja. Di tahun keempat, saya kembali berobat ke dokter mata di pusat kota Belitung. Dokter itu juga mengatakan, mata saya tidak bisa disembuhkan lagi, dan ada baiknya sekolah luar biasa untuk anak cacat, SD Luar Biasa. Selesai mengikuti SD Luar Biasa, saya melanjutkan ke Jakarta.

Ditolak Karena Buta
Di Jakarta saya tinggal di asrama Tuna Netra, Lebak Bulus. Tepatnya pada tahun 1989 selama di asrama itulah, saya mulai kenal Tuhan Yesus, karena di tempat itu ada Persekutuan Doa. Selain itu saya sering mendengar acara rohani di radio. Ada teman juga yang mengajak saya mengikuti acara KKR Reinhard Bonke di Senayan. Katanya, Tuhan Yesus yang bisa menyembuhkan mata dari kebutaan. Saya pun pergi dengan penuh harapan bisa melihat normal. Setiap ada KKR, saya pergi terus bersama dengan teman-teman lainnya, tapi tidak juga sembuh-sembuh. Dalam hati ada rasa kecewa.
Tapi saya bersyukur, meski mata ini tetap buta, saya sudah kenal nama Tuhan Yesus. Saya mulai mengerti ada pribadi yang sangat mengasihi anak-anak yang telah dipilih. Termasuk orang buta seperti saya.

Selesai SMP selama tiga tahun, saya ingin melanjutkan lagi ke tingkat SMA, tapi harus bergabung dengan sekolah yang bukan anak anak cacat. Semua sekolah menolak saya, karena saya tidak bisa melihat. Lebih dari 10 sekolah telah saya minta kesempatan untuk bergabung hingga pendaftaran telah ditutup. Saya sedih, kenapa orang-orang tidak adil. Mata saya buta tapi saya punya kemampuan yang sama dengan teman-teman yang tidak buta.

Kesedihan itu membuat saya selalu berdoa agar Tuhan memberi jalan. Tadinya saya pikir tidak mungkin lagi ada sekolah menerima karena masa pendaftaran sekolah telah ditutup, namun suatu ketika Tuhan menggerakkan hati seorang kepala sekolah. Ia mengijinkan saya mencoba mendaftarkan diri di SMA Santo Joseph di daerah Dwi Warna - Jakarta Pusat. Saya akhirnya diterima, dan masuk sekolah itu.

Memang tidak mudah sekolah bergabung dengan siswa-siswi yang tidak buta. Saya harus berjuang keras karena buku-buku pelajaran tidak menggunakan huruf-huruf Braille, seperti yang biasa dipakai di sekolah khusus tuna netra. Tiap kali saya harus pergi ke rumah teman-teman minta tolong dibacakan buku-buku pelajaran, lalu saya rekam di kaset. Terkadang pinjam catatan teman lalu dibawa pulang bila saya tidak keburu mencatat semua bahan yang diajarkan guru-guru. Puji Tuhan, di rumah ada teman dari gereja yang suka membacakan.

Mujizat Tuhan
Pertolongan Tuhan memang tidak terlambat. Tuhan pertemukan saya dengan seorang ibu yang bekerja sebagai notaris dan menganjurkan saya bersama teman yang buta juga tinggal di rumahnya. Selama tinggal tidak pernah diminta bayar sampai saya menyelesaikan semua pendidikan.

Lulus SMA, saya tidak jera untuk masuk ke sekolah tinggi. Sama seperti waktu di SMA, banyak kampus yang tidak mau terima karena buta, apalagi saya tidak mempunyai biaya yang cukup. Semasa di SMA, biaya dibantu oleh dua orangtua asuh hingga kuliah. Apalagi orang tua tidak memberi saya uang yang cukup. Karena saya berjanji untuk tidak membebani keluarga. Saya terus berdoa kepada Tuhan meminta petunjuk agar diberi jalan untuk bisa berkuliah. Akhirnya ada satu kampus, yaitu Universitas Atmajaya yang mengijinkan saya ikut tes. Puji Tuhan, saya lulus dan masuk Fakultas Hukum.

Lepas dari satu pergumulan, saya masuk lagi ke pergumulan lainnya. Saya bingung bagaimana caranya membayar uang perkuliahan sebesar empat juta rupiah (12 tahun lalu), padahal saya hanya mempunyai uang satu juta rupiah. Saya menangis kepada Tuhan bagaimana caranya saya harus membayar empat juta rupiah. Selesai malam itu saya berdoa, ada teman menelpon dan menyarankan saya agar besok menemui pengurus yayasan dan cerita asal usul dan segala kesulitan-kesulitan saya. Besoknya saya temui pengurus yayasan dan menceritakan kesulitan saya. Menunggu dan menunggu dari hasil rapat yayasan, akhirnya saya mendapat jawaban kalau saya diwajibkan membayar sesuai dengan uang yang saya miliki.

Masuk kuliah, kembali lagi saya harus berjuang keras naik bis dari Mangga Besar ke Jl. Jend. Sudirman. Saya sebenarnya tidak bisa dan takut karena trauma jatuh dari bus dua kali semasa SMP, tapi saya harus berani dan tidak mau bergantung pada orang lain. Saya tidak mau mengecewakan Tuhan yang memberi anugerah hingga saya bisa kuliah dan bebas dari uang pangkal. Saya memberanikan diri sendiri naik bis dengan menggunakan tongkat.

Satu semester saya harus beli 100 kaset kosong untuk merekam perkuliahan dan buku-buku dari peraturan perundang-undangan. Saya mempunyai tape recorder tiga buah: satu untuk saya pakai, dan dua ada di teman. Mereka bawa pulang tape recorder dan merekam semua pelajaran saya. Semester demi semester saya lalui. Tuhan memang selalu baik, saya mendapat beasiswa 100 persen dari semester tiga sampai semester delapan. Tiap semester, saya hanya membayar 30 ribu rupiah untuk biaya daftar ulang.

Sempat saya frustasi dan capek menjalankan perkuliahan. Tapi Tuhan memberikan kekuatan dan saya bangkit lagi untuk mencapai cita-cita. Saat paling melelahkan adalah ketika skripsi. Memang ada teman yang membantu, mencari buku dan membacakan sehingga saya tinggal mendengar melalui kaset rekaman. Namun rasanya rumit. Bayangkan, setelah mendengar dari kaset, saya harus menulis dengan huruf-huruf Braille. Setelah menulis, saya harus membacakan kembali ke teman untuk ditulis dengan huruf biasa. Setelah itu berikan ke teman untuk diketik. Syukurnya, skripsi saya selesai juga. Namun ketika saya hendak mengambil hasil ketikan skripsi di kantor teman, saya naik ojek motor dan mengalami keeelakaan di jalan raya.

Puji Tuhan, akhirnya saya bisa ikut ujian skripsi dan lulus kuliah dalam waktu empat tahun. Nilai skripsi saya: A. Pada bulan September 1999 saya mendapat gelar Sarjana Hukum. Setelah lulus saya merenungkan semuanya. Sesulit apapun yang saya jalani, ada Tuhan yang selalu memperhatikan dan tidak pernah meninggalkan saya sejak masuk SD Luar Biasa hingga mendapat gelar Sarjana Hukum.

Saya selalu mengajak teman-teman untuk mempunyai harapan: sesulit apapun untuk dijalani, Tuhan pasti membuka jalan. Saya bersyukur, bisa ikut melayani. Bahkan acara Fajar Harapan yang saya kelola bersama teman-teman bisa menjadi berkat bagi banyak orang, bukan hanya untuk orang cacat saja. Saya memang buta, tapi bisa melihat dengan mata hati. Melihat kasih Tuhan, kebaikan Tuhan, rencana Tuhan yang indah. Saya tidak perlu lagi meratapi masa lalu, namun mengucap syukur dalam segala keadaan. Saya buktikan bahwa orang cacat juga bisa dipakai Tuhan dan memiliki kesempatan yang sama dengan orang normal lainnya. Jika saya bisa bertahan sampai sekarang, semua karena iman saya ada bersama dengan Tuhan Yesus.
Diambil dari Majalah "Mission" Edisi September 2007.

Catatan Akhir:
Ketika saya mendengar kesaksian ini di gereja dan sdri. Linda menyanyikan lagu "Pelangi Kasih", saya sampai menangis terharu. Wanita ini tegar sekali dan dia mengerti jalan kehidupan yang disediakan: Menjadi berkat meskipun ada keterbatasan fisik. Yang saya tahu, beberapa waktu yang lalu Sdri. Linda juga aktif berbisnis bersama Capriasi. Puji Tuhan!

PELANGI KASIH
Do=A

Apa yang kau alami kini
Mungkin tak dapat engkau mengerti
Satu hal tanamkan di hati
Indah semua yang Tuhan b'ri

Tuhan-mu tak akan memberi
Ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami
Tak 'kan melebihi kekuatanmu


Reff:
Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia
Saatnya 'kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasih-Nya


Ditulis oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI