
Seringkali gagasan terbaik ada di depan hidung anda, atau di tas ibu anda, atau di kaki anak-anak anda. Selama bertahun-tahun Sheri, seorang ibu beranak tiga yang sangat sibuk, tinggal di rumah mengurus anak-anaknya: Lexie, Julian dan Riley. Seperti banyak anak-anak lainnya, anak-anak Sheri sangat keranjingan sepatu dan sandal merek Crocs. Sheri bilang, setiap anggota keluarganya memiliki sepasang sandal yang berwarna-warni itu. Pada suatu hari ketika Sheri dan anak-anaknya sangat menikmati kegiatan prakarya atau kegiatan seni kerajinan di rumah, Sheri menempelkan bunga-bungaan di semua lubang sandal Crocs. “Lihat, bagus ya?” katanya. “Lalu, kami mencari bahan-bahan lain yang menarik untuk ditempelkan di lubang-lubang sandal Crocs.”
Ketika Rich, suami Sheri, pulang ke rumah dan melihat keluarganya sedang asyik menempelkan aksesori menarik pada sepatu/sandal mereka, seberkas cahaya terang memenuhi pikiran suaminya.
Sheri dan suaminya menangkap peluang yang besar dan menyadari betapa banyaknya sepatu/sandal Crocs berkeliaran di jalan tanpa aksesori menarik itu. Dari tempelan bunga-bunga itu lahirlah bisnis dengan merek Jibbitz. “Ini benar-benar gagasan yang jelas,” kata Rich. “Anak-anak saya sangat suka dengan sandal yang sudah diberi aksesori itu, dan saya pikir, kalau anak-anak saya suka, pasti anak-anak lain akan menyukainya.”
Jibbitz – nama mainan Sheri dan Rich dengan memberi tempelan dekoratif pada sepatu dan sandal Crocs, dimulai dengan sangat sederhana. Sheri bilang bahwa ia mulai membeli barang-barang seperti: stiker wajah lucu, gambar hati, binatang dan gambar lain di toko kerajinan dan mengelem tempelan itu di Crocs. Ia akan membiarkan anak-anaknya memakai sepatu sandal Crocs berdekorasi itu ke sekolah. Begitu anak-anaknya mulai memakai sandal yang fancy itu kemana-mana, order mulai masuk. Usaha Jibbitz mulai memerlukan seluruh lantai basement. Kemudian Sheri membuka website dan baru dua minggu, ia mulai kebanjiran order Jibbitz, yaitu sepatu/sandal Crocs yang sudah ditempeli berbagai dekorasi atau stiker yang menarik. Para toko sepatu juga mulai memesan ratusan pasang sekaligus.
Meskipun Sheri dan keluarganya mengelem Jibbitz siang dan malam, ia mulai sadar bahwa mereka takkan bisa memenuhi order ini sendirian. Mereka mulai memindahkan usaha keluarga ini ke sebuah gudang besar. Dalam tempo dua belas bulan, sepatu sandal Jibbitz terjual di lebih dari 3000 toko.
Rupanya berkat Tuhan belum usai pada keluarga ini. Suatu hari anak Sheri, Lexie, membawa bisnis ini ke tingkat yang baru. Pada suatu hari di sebuah kolam renang umum, seorang pria mendekati Lexie dan menanyakan Jibbitz yang dipakai di kakinya. Lexie menjelaskan bahwa ibunyalah yang membuatkan Jibbitz itu baginya. Kemudian orang itu menyerahkan kartu namanya dan berkata, “Minta ibumu untuk menelpon saya secepatnya ya!”
Orang itu adalah Duke Hanson, pendiri dan pemilik perusahaan Crocs. Ibunya menelpon dan terbukalah peluang baru. Setelah setahun lebih menggeluti industri rumahan Jibbitz, Sheri dan suaminya menjual usaha ini kepada perusahaan Crocs seharga USD 10 juta, dan ada tambahan bonus USD 10 juta lagi kalau mereka mencapai target penjualan. Sheri dan suaminya masih menjalankan usaha Jibbitz yang sudah dimiliki Crocs, dan mereka melihat bisnis Jibbitz terus berkembang. Sekarang, Sheri bilang bahwa mereka sedang berfokus untuk membangun merek itu dan akan beredar produk-produk baru. Segera Jibbitz akan menerbitkan rangkaian produk gelang, topi, ikat pinggang, dompet dan lain-lain. Meskipun Sheri sekarang tampak sibuk bekerja, ia masih berusaha ada di rumah dengan anak-anak sebelum pergi sekolah dan setelah pulang sekolah. Kisah ini ditayangkan dalam salah satu episode Oprah Winfrey Show di bulan September 2007 yang lalu.
Ditulis oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com