Search This Blog

Monday, June 4, 2007

Lolos dari Kerusuhan Sampit (3)

Nur sangat ketakutan sekali. Ia lihat teman-teman sedaerahnya satu per satu dibunuh. Mereka berdoa dengan sungguh-sungguh menurut keyakinan mereka. Apakah ia harus mengaku orang Kristen yang kawin dengan orang Dayak agar diselamatkan? Nur tidak mau murtad. Nur tidak mau mengingkari imannya. Lagi pula tak ada jaminan, kalau ia mengaku Kristen dan kawin dengan orang Dayak, tidak akan dipenggal lehernya. Orang-orang Dayak yang dihadapinya saat ini lain dengan orang Dayak yang sudah bersosialisasi dengan peradaban modern. Mereka yang ada di hadapannya adalah orang-orang yang baru keluar hutan, yang tidak peduli soal-soal agama.

Pada saat terpojok itu Nur sepertinya mendengar suatu suara di hatinya. "Tuhan Yesus itu hidup." Nur ingat apa yang dikatakan isterinya, "Mas, kalau mas kesulitan dan tidak berdaya, minta tolonglah kepada Tuhan Yesus. Ia adalah Pembuat Mukjizat. Ia memberi jalan keluar di saat tiada jalan. Ia senang melakukan perkara-perkara yang mustahil!" Nur melihat, meskipun teman-temannya sudah berdoa menurut keyakinan mereka, mereka tidak tertolong. Kalau Nur berdoa yang sama, pasti nasibnya akan sama seperti teman-temannya. Ia mulai berdoa sesuai dengan nasihat isterinya, namun ia tidak mau memanggil 'Tuhan Yesus!". Ia berdoa begini, "Tuhannya isteri saya! Engkau adalah Tuhan yang membuat mukjizat, Engkau senang melakukan perkara-perkara mustahil. Tolong saya! Kalau Engkau benar-benar Tuhan, selamatkan saya!"

Tiba-tiba, hati Nur diliputi dengan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Ia tenang sekali. Badannya terasa ringan. Badannya terasa ada yang menyelimuti. Ia bangkit. Tak ada tebasan mandau memotong lehernya, padahal orang-orang Dayak masih mengepung truk itu. Ia dengan tenang turun dari truk, berjalan ke arah hutan. Ia tergesa-gesa lari. Ajaib sekali, tak ada seorangpun dari mereka yang melihat kehadirannya. Ia seperti hilang dari pandangan mereka. Dari kejauhan tampak tiga orang Dayak berlari ke arahnya. Wah, gawat!

Di jalan setapak menuju hutan itu dikiri kanannya dilalui sungai kecil. Ia cepat-cepat menceburkan diri ke sungai yang di sebelah kiri. Ia menyelam untuk beberapa saat. Ketika ia tak tahan menahan nafas, ia menyembulkan kepalanya sedikit. Ia melihat dari jarak yang cukup jauh, ketiga orang Dayak itu rupanya menemukan teman sesukunya di sungai sebelahnya. Mereka memotong-motong orang itu di depan matanya. Tragis sekali. Mengerikan sekali. Lalu ketiga orang itu berlalu, menuju truk tadi. Nur menunggu sampai semua orang-orang Dayak itu pergi.

Nur berfikir, "Kalaupun aku lolos dari mereka sekarang, bagaimana caranya pergi dengan selamat ke Sampit?" Perjalanan masih sekitar delapan kilometer lagi. Kalau ia berjalan kaki, di sepanjang jalan itu bahaya mengancam dimana-mana. Kalau ia lewat hutan, sama saja, bahaya juga ada di sana. Akhirnya Nur memutuskan untuk berdoa lagi. "Tuhannya isteri saya, Engkau adalah Tuhan yang senang melakukan perkara-perkara mustahil. Saat ini mustahil bagi saya untuk pergi dan sampai di Sampit dengan selamat. Bagi-Mu tidak ada yang mustahil. Tolong saya!"

Nur keluar dari sungai itu setelah keadaan sepi. Ia menuju jalan raya. Bekas-bekas keganasan orang-orang Dayak itu masih ada di sana. Mayat-mayat tanpa kepala bergelimpangan. Darah berceceran di mana-mana. Bau amis dan bau anyir memenuhi udara di sana. Namun di hati Nur sekarang sudah ada damai. Hatinya dikuasai damai yang datang dari tempat mahatinggi. Begitu ia menjejakkan kaki di jalan raya, dari kejauhan tampak sebuah truk TNI melintas di tempat itu. Nur melambaikan tangan, minta tumpangan. Truk itu berhenti.

"Pengungsi?"
"Ya, pak!"
"Ayo, naik cepat!"
Nur sangat bersyukur kepada Tuhannya Eva. Untuk kedua kalinya ia ditolong dan diselamatkan Tuhannya Eva. Akhirnya Nur dan teman-teman di truk itu sampai dengan selamat di Sampit. Apakah perjalanan Nur sudah aman?

Ternyata kehidupan di tempat pengungsian Sampit tidaklah aman. Ada orang-orang sesukunya yang sudah tinggal di pengungsian ini diculik, diserang, dan menderita kelaparan. Pada saat kerusuhan semua toko, warung, restoran, warung nasi tutup. Bahan makanan menjadi sangat mahal. Satu dus mie instan dan satu dus air mineral harus ditukar dengan satu buah sepeda motor! Tiga dus mie instan dan tiga dus air mineral berani ditukar dengan satu mobil minibus! Mereka punya uang, tapi tidak ada barang. Semua orang berpikir bagaimana untuk bertahan hidup. Uang sepertinya tiada arti lagi kalau mereka mati kelaparan.

Nur ingat, sebelum berangkat isterinya membekali dirinya dengan satu tas kecil. Ia berharap isterinya ingat memasukkan makanan ke dalam tas itu. Dengan gemetar karena lapar ia membuka tas kecil itu. Astaga! Ia marah dan kecewa berat karena di dalam tas itu ia hanya mendapati satu buah Alkitab! Ia ingat Eva, isterinya, berkata, "Apa yang mas butuhkan ada di dalam tas ini!" Apaan? Tak ada makanan di tas ini. Tak ada pakaian di tas ini. Sekarang ia membutuhkan makanan, minuman, dan pakaian. Gimana sih? (Bersambung)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com

Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"

Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."

Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan

  • A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
  • B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
  • C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
  • D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
  • E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
  • F. Bpk. Irsan
  • G. Ir. Ciputra - Jakarta
  • H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
  • I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
  • J. Beni Prananto - Pengusaha
  • K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
  • L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
  • M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
  • N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
  • O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
  • P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
  • Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
  • R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
  • S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
  • T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
  • U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
  • V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
  • W. Fanny Irwanto - Jakarta
  • X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
  • Y. Ir. Junna - Jakarta
  • Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
  • ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
  • ZB. Christine - Intercon - Jakarta
  • ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
  • ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
  • ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
  • ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
  • ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
  • ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
  • ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
  • ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
  • ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
  • ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
  • ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
  • ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
  • ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
  • ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
  • ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
  • ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
  • ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
  • ZU. Justanti - USAID - Makassar
  • ZV. Welian - Tangerang
  • ZW. Dwiyono - Karawaci
  • ZX. Essa Pujowati - Jakarta
  • ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
  • ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
  • ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
  • ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
  • ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
  • ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
  • ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
  • ZZF. Julia Bing - Semarang
  • ZZG. Rika - Tanjung Karang
  • ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
  • ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
  • ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
  • ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI