Pada hari Minggu malam, 6 Mei 2007 yang lalu seorang pria yang baru mengikuti Camp Pembinaan Pria Sejati (Men’s Camp) ribut besar dengan isterinya. Pria ini yang dengan penuh semangat mengaku segala dosa perjudian dan perselingkuhannya menghadapi kekecewaan dan kemarahan isterinya. Tidak disangka isterinya, suaminya main cewek setiap hari tanpa sepengetahuannya. Bahkan beberapa minggu yang lalu pria ini “kepatil” (kena penyakit kelamin). Ia sungguh-sungguh mau bertobat dari kehidupannya yang rusak. Tapi bukan sambutan yang baik yang ia terima, malahan isterinya marah besar. Isteri mana sih yang tidak marah besar menghadapi suami yang selingkuh?
Pria ini, katakan saja namanya Asiong, memang dari sebelum menikah sudah biasa main cewek di luaran. Ayahnya dan kakeknya juga termasuk pria yang tidak setia terhadap satu isteri, biasa selingkuh. Rupanya penyakit keturunan. Asiong berkilah, ia suka jajan perempuan di luar karena ia tidak bisa menikmati hubungan intim dengan isterinya karena ia harus pakai kondom. Kenapa pakai kondom? Karena ia trauma melihat isterinya yang melahirkan dengan susah payah dan hampir merenggut nyawanya dan ia menjaga agar isterinya tidak punya anak lagi. Tapi sebenarnya itu hanya dalih pembenaran saja. Ia menikmati perselingkuhan itu dan sangat terikat sehingga ia tidak bisa melepaskan diri dari dosa perzinahan itu.
Li Hwa, nama samaran isterinya, sangat kecewa terhadap Asiong. Waktu pacaran sebenarnya ada tiga lelaki yang mendekatinya, termasuk Asiong. Dua pria lainnya jauh lebih baik dari Asiong yang waktu pacaran saja sudah ringan tangan terhadapnya, suka memukul dan menampar. Li Hwa heran, kenapa ya, akhirnya dia memilih Asiong, padahal dua pria lainnya lebih dari Asiong? ”Jodoh, kali,” pikirnya. Memang waktu ayah Li Hwa meninggal, di depan peti jenazah ayahnya itu, Asiong berjanji untuk tidak memukul isterinya lagi, tapi ternyata janji tinggal janji, karena Asiong belum lahir baru. Janji itu tidak dapat dipenuhi dengan kekuatan sendiri sementara manusia lama, manusia yang egois, belum mati dalam diri Asiong.
Bukan itu saja, Asiong juga hobi berjudi. Bahkan selama di Men’s Camp ia tetap main judi bola via telpon. Selama Men’s Camp itu tak ada khotbah yang mengena di hatinya. Ia yang berasal dari kepercayaan leluhur tidak mengerti apa yang disampaikan oleh Coach di retreat Pria Sejati itu. Asiong baru menangis, ketika mendengar kesaksian-kesaksian dari peserta retreat yang lain. Selama hidupnya Asiong jarang menangis, ia orang yang keras hati, makanya ia sering memukuli isterinya.
Salah seorang peserta Camp itu bercerita tentang keluarganya. Pria ini mengaku betapa ia kecewa terhadap Tuhan karena pada waktu kelahiran anak perempuannya, isterinya meninggal dan bayi prematur yang butuh biaya besar untuk perawatannya malah dapat diselamatkan. Pada waktu proses kelahiran itu sebenarnya ia sudah menyatakan kepada dokter kandungan, agar isterinya dapat diselamatkan dan merelakan kalau anak prematurnya itu tidak dapat bertahan hidup. Yang terjadi, isterinya meninggal, anak perempuannya hidup tapi butuh biaya besar untuk mempertahankan kehidupannya. Padahal keadaan keuangan pria ini pas-pasan, sehingga ia menyatakan tidak sanggup lagi membiayai perawatan bayinya di ruang ICU.
”Kalau dokter mau mencabut peralatan yang menyangga kehidupan anak itu, silakan saja, karena saya sudah tidak mampu bayar!”
”Tidak bisa begitu! Kami tidak mau membunuh bayi ini.” kata dokternya.
”Ya, sudah, saya yang mencabut peralatan ini!” kata sang pria ini frustrasi.
Sesuatu yang ajaib terjadi. Walaupun semua peralatan dicabut, ternyata bayi ini bisa bertahan hidup sampai esok harinya, namun dengan kondisi yang mengenaskan. Melihat hal itu sang pria ini mengizinkan dokter memasang peralatan kembali dan mencari dana dengan segala cara, karena ia melihat bayi perempuan ini saja mau berjuang mempertahankan kehidupannya, kenapa ayahnya gampang menyerah begitu?
Kisah itu membuat Asiong menangis. Ia melihat pria ini sangat menghargai isterinya, sangat menghargai anaknya. Sedangkan Asiong? Ia menyia-nyiakan isterinya. Ia menyia-nyiakan dua orang anaknya. Hati Asiong dijamah kasih Bapa. Ia dipenuhi dengan perasaan kasih yang berkobar-kobar terhadap isterinya. Ia mau bertobat. Ia mau meninggalkan kehidupannya yang lama. Ia tidak mau anak cucunya sama seperti dirinya, seperti ayahnya, seperti kakeknya dan seperti nenek moyangnya yang terikat dosa seksual. Ia tidak mau anak-anaknya diperbudak dosa judi dan dosa perzinahan. Oleh karena itu Asiong ingin menyelesaikan masalah keluarga ini dengan mengaku segala dosanya kepada Tuhan dan kepada isterinya. Ia tidak ingin iblis mendapat keuntungan dari dosa yang ditutup-tutupi. Di bawah terang kebenaran, dosa perzinahan dan dosa perjudiannya ingin diselesaikan dengan tuntas. Ia mengaku dosa kepada isterinya dan isterinya ngamuk, marah, kecewa, sakit hati. Minggu malam itu mereka bertengkar hebat. Isterinya tidak siap menerima kenyataan pahit itu.
Asiong menelpon seorang teman saya dan mengabarkan kejadian itu dan meminta teman saya ini mendoakan mereka. Tentu saja teman saya berdoa dengan isterinya agar Tuhan menolong isterinya mengampuni suaminya dan menerima pemulihan dalam keluarga itu. Setelah berdoa, teman saya pikir, mereka harus menemui keluarga Asiong, tapi bagaimana? Mereka tidak mau dianggap ikut campur dalam keluarga Asiong tanpa diminta advisnya. Teman saya ini berdoa kepada Tuhan agar Tuhan buka jalan sehingga mereka bisa melayani Asiong dan keluarganya.
Tiba-tiba Asiong menelpon teman saya.
“John, tolong dong bawain obat anti sariawan buat anak gua!”
“Lho, koq gak bicara soal pertengkaran dan gak ada permintaan bantuan dari Asiong?”
Tetapi, John (nama samaran), melihat anugerah Tuhan di sini. Kalau tadi Asiong telpon dan menanyakan punya obat sariawan apa, maka John tidak bakalan datang ke rumah Asiong. Sesampai di rumah Asiong, John dan isterinya memberikan obat sariawan itu.
“Obat yang ini sih, gua udah punya, John!” Namun karena John dan isterinya terlanjur sudah datang ke rumahnya, maka Asiong bercerita tentang kemelut di rumah tangganya gara-gara pengakuan dosa Asiong. John dan isterinya menemui Li Hwa, isteri Asiong di kamar tidurnya. John dan isterinya mendengarkan keluh kesah Li Hwa yang curhat habis-habisan di hadapan John dan isterinya.
John bilang, ”Li Hwa, inilah waktunya kalian menerima pemulihan total. Ingat anak-anak. Kalau Asiong gak bertobat, anak-anak ini terus hidup dalam kutuk keturunan, hidup dalam perbudakan dosa judi dan perzinahan. Apakah kamu mau anak-anakmu seperti Asiong dulu? Ayo, biarpun kamu sekarang belum dapat mengampuni Asiong, yang penting kamu mau dulu, mau mengampuninya, nanti Tuhan beri kamu kemampuan untuk mengampuni!”
Setelah emosi Li Hwa reda, John yang sudah siap untuk melayani mereka dan juga membawa gitar, mengajak mereka menyembah Tuhan karena John tahu, hanya Tuhan yang dapat membalut luka hati Li Hwa, dan memulihkan hatinya, serta memampukan Li Hwa untuk mengampuni Asiong.
Mereka menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Satu lagu lewat, dua lagu lewat dan tiba-tiba kasih Bapa turun dari sorga. Suasana di kamar tidur itu penuh hadirat Tuhan. Kasih Tuhan mengalir ke hati Li Hwa bagai hujan yang deras. John yang melihat Asiong menggenggam tangan isterinya, minta ampun, mendorong Li Hwa untuk memeluk suaminya. Mulanya Li Hwa mengeraskan hati, namun ketika mereka terus menyembah Tuhan, meledaklah tangis Li Hwa sambil memeluk suaminya. Kasih dan pengampunan Bapa mengalir memenuhi Li Hwa sehingga ia tidak tahan untuk tidak mengasihi dan mengampuni suaminya. Asiong dan Li Hwa berpelukan dan bertangis-tangisan. Mereka akhirnya bersyukur karena keluarga ini dipulihkan. Puji Tuhan! Bukan itu saja, Asiong dan isterinya bersedia menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka dan dalam waktu dekat ini akan menerima pelayanan sakramen Baptisan Air.
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com
kesaksian hidup - #inspiring story - #kisah nyata - #mukjizat kehidupan - #sign and wonders - #miracles - inspirational christian story - nice story - true story - inspirational touching story - an amazing story: kisah orang biasa dengan pengalaman luar biasa - ordinary people living the extra-ordinary lives
Search This Blog
Kesaksian Pembaca Buku "Mukjizat Kehidupan"
Pada tanggal 28 Oktober 2009 datang SMS dari seorang Ibu di NTT, bunyinya:
"Terpujilah Tuhan karena buku "Mukjizat Kehidupan", saya belajar untuk bisa mengampuni, sabar, dan punya waktu di hadirat Tuhan, dan akhirnya Rumah Tangga saya dipulihkan, suami saya sudah mau berdoa. Buku ini telah jadi berkat buat teman-teman di Pasir Panjang, Kupang, NTT. Kami belajar mengasihi, mengampuni, dan selalu punya waktu berdoa."
Hall of Fame - Daftar Pembaca Yang Diberkati Buku Mukjizat Kehidupan
- A. Rudy Hartono Kurniawan - Juara All England 8 x dan Asian Hero
- B. Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
- C. Pdt. Ir. Djohan Handojo
- D. Jeffry S. Tjandra - Worshipper
- E. Pdt. Petrus Agung - Semarang
- F. Bpk. Irsan
- G. Ir. Ciputra - Jakarta
- H. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH
- I. Erich Unarto S.E - Pendiri dan Pemimpin "Manna Sorgawi"
- J. Beni Prananto - Pengusaha
- K. Aryanto Agus Mulyo - Partner Kantor Akuntan
- L. Ir. Handaka Santosa - CEO Senayan City
- M. Pdt. Drs. Budi Sastradiputra - Jakarta
- N. Pdm. Lim Lim - Jakarta
- O. Lisa Honoris - Kawai Music Shool Jakarta
- P. Ny. Rachel Sudarmanto - Jakarta
- Q. Ps. Levi Supit - Jakarta
- R. Pdt. Samuel Gunawan - Jakarta
- S. F.A Djaya - Tamara Jaya - By Pass Ngurah Rai - Jimbaran - Bali
- T. Ps. Kong - City Blessing Church - Jakarta
- U. dr. Yoyong Kohar - Jakarta
- V. Haryanto - Gereja Katholik - Jakarta
- W. Fanny Irwanto - Jakarta
- X. dr. Sylvia/Yan Cen - Jakarta
- Y. Ir. Junna - Jakarta
- Z. Yudi - Raffles Hill - Cibubur
- ZA. Budi Setiawan - GBI PRJ - Jakarta
- ZB. Christine - Intercon - Jakarta
- ZC. Budi Setiawan - CWS Kelapa Gading - Jakarta
- ZD. Oshin - Menara BTN - Jakarta
- ZE. Johan Sunarto - Tanah Pasir - Jakarta
- ZF. Waney - Jl. Kesehatan - Jakarta
- ZG. Lukas Kacaribu - Jakarta
- ZH. Oma Lydia Abraham - Jakarta
- ZI. Elida Malik - Kuningan Timur - Jakarta
- ZJ. Luci - Sunter Paradise - Jakarta
- ZK. Irene - Arlin Indah - Jakarta Timur
- ZL. Ny. Hendri Suswardani - Depok
- ZM. Marthin Tertius - Bank Artha Graha - Manado
- ZN. Titin - PT. Tripolyta - Jakarta
- ZO. Wiwiek - Menteng - Jakarta
- ZP. Agatha - PT. STUD - Menara Batavia - Jakarta
- ZR. Albertus - Gunung Sahari - Jakarta
- ZS. Febryanti - Metro Permata - Jakarta
- ZT. Susy - Metro Permata - Jakarta
- ZU. Justanti - USAID - Makassar
- ZV. Welian - Tangerang
- ZW. Dwiyono - Karawaci
- ZX. Essa Pujowati - Jakarta
- ZY. Nelly - Pejaten Timur - Jakarta
- ZZ. C. Nugraheni - Gramedia - Jakarta
- ZZA. Myke - Wisma Presisi - Jakarta
- ZZB. Wesley - Simpang Darmo Permai - Surabaya
- ZZC. Ray Monoarfa - Kemang - Jakarta
- ZZD. Pdt. Sunaryo Djaya - Bethany - Jakarta
- ZZE. Max Boham - Sidoarjo - Jatim
- ZZF. Julia Bing - Semarang
- ZZG. Rika - Tanjung Karang
- ZZH. Yusak Prasetyo - Batam
- ZZI. Evi Anggraini - Jakarta
- ZZJ. Kodden Manik - Cilegon
- ZZZZ. ISI NAMA ANDA PADA KOLOM KOMENTAR UNTUK DIMASUKKAN DALAM DAFTAR INI