Tuesday, June 5, 2007

Survive from Car Crash

Mertua Albert adalah seorang pengemudi metromini. Pada Jumat malam itu mertuanya pulang dari pool metromini jam 11 malam, naik motor sendirian. Di jalan Perintis Kemerdekaan motornya dipepet sebuah taksi yang ugal-ugalan, sehingga mertuanya membuang stir ke kanan. Namun motor membentur separator busway sehingga mertuanya jatuh, kepala duluan membentur aspal, dan tertimpa motor pula.

Mertuanya segera dibawa ke sebuah Rumah Sakit Swasta di bilangan Cempaka Putih. Dalam keadaan tidak sadar mertuanya dibiarkan saja di ruang Unit Gawat Darurat. Jam 3.30 pagi mertuanya siuman dan ditanya perawat yang berdinas, "Berapa nomor telpon keluarga yang bisa dihubungi?" Setelah diberi tahu, pihak RS menelpon ke rumahnya. Seisi rumah kaget dan segera bergegas ke RS.

Di sana tergeletak ayah mertua Albert. Dalam keadaan kepala berdarah, sang korban tidak ditangani apapun karena pihak RS menunggu adanya pihak keluarga yang bertanggung jawab atas pembayaran biaya RS. Darah mengalir dari kepala, membasahi baju dan tempat tidur pasien. Lalu perawatnya tanya, "Apa lukanya mau dijahit?" Hah? Bukankah seharusnya pihak RS yang lebih tahu apa yang harus dilakukan terhadap pasien di ruang gawat darurat? Rupanya pihak RS bertanya begitu untuk memastikan apakah keluarga pasien punya dana untuk menjahit luka itu.

Setelah luka dijahit, maka dilakukan pemeriksaan kepala dan telinga. Dari telinga juga mengalir darah segar. Setelah kepala di-scanning, ternyata tidak ada bagian otak yang rusak atau gegar otak. Hanya darah kering memenuhi bagian dalam telinga mertuanya. Setelah dibersihkan dengan cairan khusus dan diperiksa di RS THT, ternyata telinga mertuanya juga baik. Selain itu tulang bahu ada yang patah atau retak, namun setelah dirawat di tukang pijat khusus, bagian inipun sembuh.

Dalam kejadian ini Albert tetap bersyukur kepada Tuhan. Dialah perlindungan kita. Ayah mertuanya sekarang telah dipulihkan sempurna.
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com