Akhirnya Nur dan saudara-saudaranya selamat sampai di pelabuhan. Di dermaga tampak kapal Teluk Ende sedang menaikkan para penumpang yang berebutan. Begitu mereka tiba, pintu kapal ditutup karena jumlah 3000 orang sudah terpenuhi. Banyak orang-orang yang tidak dapat terangkut malam itu harus kembali lagi ke camp pengungsian.
Nur melihat pemandangan yang sangat memilukan. Seorang ibu meminta dengan sangat kepada penjaga yang akan menutup pintu kapal agar ia diizinkan naik. Ibu itu menangis meraung-raung karena suami dan anak-anaknya sudah naik, tapi dirinya sendiri ketinggalan. Petugas tetap berkeras melarang ibu ini naik. Meskipun ibu ini bersimpuh dan memohon-mohon, petugas kapal dengan tegas menolak permintaan ibu ini.
Saat itu juga Nur iba. Ia berdoa, “Tuhannya isteri saya, kalau Engkau memang benar-benar Tuhan, izinkan ibu ini naik, juga kami yang tertinggal boleh naik.” Sementara itu tambang kapal mulai dilepas dan pintu sudah ditutup.
Jika mereka pulang kembali ke camp pengungsian, jiwa mereka belum tentu selamat. Di perjalanan bahaya maut mengintai setiap saat. Kalau ada penghadangan, aparat militer sekalipun tidak dapat melindungi mereka. Andaikan mereka selamat sampai di camp lagi, mereka juga belum tentu selamat, karena di camp sering terjadi penculikan dan pembunuhan secara gerilya.
Tiba-tiba dari dalam kapal terdengar pengumuman, “Semua pengungsi yang ada di dermaga boleh naik kapal. Segera!” Pintu kapalpun dibuka kembali. Ibu yang tadi menangis meraung-raung segera melompat ke jembatan yang menghubungkan dermaga dengan kapal Teluk Ende. Nur dan kerabatnyapun masuk kapal dengan tenang. Doanya sekali lagi dijawab Tuhan secara ajaib.
Saat ini Nur berkeliling menyaksikan keajaiban yang dialaminya bersama Tuhan. Ia sudah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia belum menceritakan bagaimana pertobatannya dan bagaimana ia diadili di kampung halamannya karena iman kepada Tuhan Yesus. Saat ini ia telah berkumpul kembali dengan keluarganya di Sampit.
Setelah Nur menceritakan kesaksiannya, Eva – isterinya, menyanyikan lagu “Mukjizat Itu Nyata” dengan merdu dan penuh penghayatan karena mereka mengalami sendiri betapa tidak terbatas kuasa Tuhan, semua dapat Dia lakukan, apa yang kelihatan mustahil bagi kita, itu sangat mungkin bagi Tuhan. Di saat Nur dan Eva tidak berdaya, kuasa Tuhan yang sempurna menolong mereka. Ketika Nur berdoa, mukjizat itu nyata. Ketika Nur percaya, mukjizat itu nyata. (Sementara Selesai Dulu)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com