Monday, June 4, 2007

Lolos dari Kerusuhan Sampit (4)

Dalam keadaan lapar dan mendongkol di Pengungsian Sampit, Nur berdoa lagi. “Tuhannya isteri saya, Engkau adalah Tuhan yang senang melakukan perkara-perkara mustahil! Saat ini saya kelaparan dan kehausan. Kalau Engkau benar-benar Tuhan, tolong saya!” Setelah berdoa, hatinya tenang lagi. Di hatinya penuh damai, walaupun perutnya lapar.

“Eh, Nur! Nur! Sampean kemana saja? Saya cari-cari kemana-mana, gak tahunya ada di sini!” demikian kata-kata dari seseorang. Ternyata orang itu adalah teman lamanya, teman satu daerah. Mereka ngobrol mengisahkan perjalanan masing-masing, betapa bersyukurnya mereka. Tapi Nur tidak cerita-cerita tentang mukjizat yang diterima dari Tuhannya Eva, Tuhan isterinya, kepada teman lama ini.

“Nur, ayo makan, ayo minum nih!” kata temannya sambil mengulurkan makanan kering dan botol air mineral. Nur, kaget sekali. Di tempat pengungsian yang langka bahan makanan dan minuman ini ia mendapatkan makanan dan minuman yang tak terduga. Ia makan dan minum sepuasnya. Padahal ia tidak mempunyai uang sepeserpun. Juga tidak ada bekal makanan dan minuman, namun ia dipelihara sempurna tangan kasih-Nya. Ia tidak kekurangan sesuatu apapun. Sejak ia berdoa kepada Tuhannya Eva, Tuhan isterinya, ia menerima mukjizat demi mukjizat.

Hari itu juga diumumkan bahwa nanti malamnya akan diberangkatkan para pengungsi ke pelabuhan untuk dipulangkan ke Jawa Timur dengan kapal TNI AL – Teluk Ende. Karena kapal itu hanya memuat 3000 orang penumpang, maka para pengungsi yang jumlahnya ribuan di tempat itu berebutan menaiki truk-truk yang akan membawa mereka keluar dari neraka kerusuhan ini. Yang ada di situ sekitar 7000 orang pengungsi, rombongan malam ini hanya berangkat 3000 orang. Semua orang ingin diberangkatkan malam ini. Semua orang mencari selamat sendiri-sendiri. Mereka berebutan menaiki truk. Namun Nur tenang saja. Di hatinya ada damai yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Ia tidak panik. Ia tidak khawatir. Orang-orang berebutan, ia tinggal tenang. Orang-orang memenuhi truk itu sehingga bak truk sepenuhnya tertutup tubuh orang-orang yang bergelayutan.

Nur berdiri melihat-lihat saja. Ia berdoa lagi di dalam hati. “Tuhannya isteri saya, Engkau adalah Tuhan yang senang melakukan mukjizat, senang melakukan perkara-perkara mustahil. Bagi saya mustahil mendapatkan angkutan ke pelabuhan, tapi bagi Engkau tidak ada yang mustahil. Kalau Engkau benar-benar Tuhan, tolong saya!” Ketika ia masih di situ melintaslah sebuah truk yang kosong.
“Eh, Nur! Nur!” Terdengar teriakan dari dalam truk.
Nur mendekat ke arah truk itu. Dilihatnya penumpang dan sopir truk itu. Ternyata di dalamnya ada adik ayahnya dan saudara-saudara lain.
“Ayo, naik!”

Nur tidak perlu berdesak-desakkan naik truk menuju pelabuhan. Di sepanjang jalan yang dilalui, Nur melihat banyak teman-teman sedaerahnya yang menumpang truk di depannya berjatuhan, mati disumpit penembak gelap. Mereka yang berjejalan dan bergelayutan di bak truk itu menjadi sasaran empuk sumpit-sumpit beracun dan banyak jatuh korban di sepanjang jalan menuju ke pelabuhan. (Bersambung)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com