Beberapa tahun yang lalu, di antara banyak e-mails yang saya terima melalui sebuah milis kristiani di Indonesia, saya membaca sebuah ceritera fiksi yang sangat menggelitik hati mengenai iman seorang anak kecil bernama Rio. Saya tidak bisa melupakan isi ceriteranya yang dengan jitu sekali mengilustrasikan pernyataan Yesus kepada murid-murid-Nya di ketiga Injil itu mengenai iman seorang anak kecil, tetapi … dalam bentuk humor.
Kisah tersebut dimulai dengan hasrat Rio yang amat besar untuk bisa melanjutkan sekolahnya. Tetapi orang tuanya tidak mampu untuk membiayai keinginannya. Selain itu ibunya yang sedang sakit membutuhkan banyak biaya untuk pengobatannya.
Setelah mempertimbangkan cukup lama, dengan iman Rio memutuskan diri untuk menulis surat kepada Tuhan:
Kepada Yang Terhormat
Tuhan di Sorga
Tuhan, namaku Rio. Aku ingin meneruskan sekolahku, tetapi orang tuaku tidak mempunyai uang. Ibuku juga sakit, sehingga biaya keperluan rumah tangga kami menjadi semakin meningkat.
Tuhan, aku membutuhkan uang Rp 200.000 untuk membeli obat ibuku, Rp 200.000 untuk membayar uang sekolahku, Rp 100.000 untuk membayar seragamku, sedangkan Rp 100.000 untuk membayar harga buku-bukuku. Jadi jumlah uang yang aku butuhkan dari-Mu saat ini hanya Rp 600.000 saja.
Terima kasih, Tuhan. Aku akan menantikan uang kiriman-Mu dengan sabar.
Dari Rio
Rio segera pergi ke kantor pos untuk mengirimkan suratnya. Membaca alamat yang tertulis di sampulnya, petugas kantor pos merasa iba sekali, sehingga ia tidak tega untuk mengembalikan surat itu kepada Rio. Bingung menentukan apa yang harus ia lakukan, akhirnya petugas kantor pos tersebut menyerahkan suratnya ke kantor polisi di seberang jalan.
Membuka dan membaca isi surat tulisan Rio, komandan polisi pun menjadi terharu sekali. Ia menceritakannya kepada seluruh anak buahnya. Lalu bersama-sama mereka mengambil keputusan untuk mengumpulkan uang bagi Rio. Setelah dihitung, ternyata dana yang berhasil mereka kumpulkan hanya berjumlah Rp 540.000 saja.
Sang Komandan menyelipkan uang itu ke dalam sebuah amplop, dan menulis di sampulnya: “Untuk Rio, dari Tuhan di sorga”. Lalu ia memerintahkan bawahannya untuk mengantar dan menyerahkan bingkisan kecil tersebut secara pribadi kepada Rio.
Ketika menerima dan menghitung jumlah uang yang diterima olehnya, di samping merasa senang karena permintaannya telah dikabulkan oleh Tuhan, Rio merasa sangat tidak puas. Ia mengambil secarik kertas, lalu menulis surat lagi kepada Tuhan:
“Tuhan, lain kali kalau Engkau mengirimkan uang kepadaku, jangan lewat polisi dong. Karena uang kiriman-Mu sudah dipotong 10 persen oleh mereka. Rio”
RIO REALLY ROCKS! (Ditulis oleh John Adisubrata, November 2008, diterima dari Milis Sahabat Kristen.)
Diposting oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com