Di sebuah kota ada sebuah gereja Katholik dengan pastornya yang mempunyai rencana untuk merenovasi gereja itu menjadi lebih besar. Pastor itu juga mempunyai seekor burung beo yang sudah terlatih sedemikian rupa. Pada suatu hari Pastor tersebut menelepon toko bahan material untuk mempersiapkan pengiriman 2 truk pasir.
Pastor: "Tapi tolong jangan dikirim dulu karena saya harus mendapatkan persetujuan dari Roma, tetapi cukup persiapkan saja pasir tersebut."
Pemilik toko: "Okey, Pastor!"
Dua hari kemudian Pastor tersebut datang ke gereja dan dia kaget sebab di depan gereja sudah menumpuk 2 truk pasir yang belum dia pesan, karena persetujuan dari Roma belum didapatkan. Pastor tersebut marah-marah dan dia menanyakan semua pekerja di gereja tersebut, tetapi tidak ada yang mengaku. Pemilik toko tersebut bersumpah-sumpah bahwa yang memesan itu adalah pastor sendiri. "Suaranya mirip," katanya. Si pastor mulai curiga kepada si burung beo, karena burung ini memang sudah sangat terlatih dan dapat menirukan banyak suara, bahkan bisa menelpon.
Pastor kepada burung beo: "Kamu, ya, yang menelpon?"
Burung Beo: "Enggakk, enggakkkk."
Pastor: "Awas, kamu!!!"
Pastor tersebut menelpon toko bahan bangunan dan meminta agar pasir tersebut diambil kembali karena dia belum merasa memesan dan membutuhkan pasir tersebut sekarang. Akhirnya pasir diambil kembali oleh toko bangunan. Tetapi dua hari kemudian saat pastor tersebut datang kembali ke gereja, di depan gereja sudah menumpuk kembali 2 truk pasir seperti terjadi beberapa hari yang lalu. Sang pastor kembali marah-marah dan kembali menanyakan semua pekerja di gereja tersebut, tetapi kembali jawabannya sama, yaitu mereka tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ini pasti ulah si beo, pikir si Pastor.... Pastor langsung masuk keruang kerjanya, dan dilihatnya si beo sedang bersiul-siul dengan paras muka 'innocent'.
Pastor (marah-marah): "Kamu pasti yang pesan pasir itu, ya?"
Beo: "Enggak, enggakkk, enggakkkk. Orang enggak pesen!"
Pastor: "Alaa, pasti kamu! Awas, kalau berani lagi bertingkah, gue.......(mikir).... gue....gue salib elo!"
Diteleponnya lagi toko bahan bangunan dan minta agar pasir diambil lagi. Tentu saja toko bahan bangunan tidak mau. "Tapi masak sih Pastor berbohong," pikir pemilik toko. Akhirnya pasir tersebut diambil juga. Keesokan harinya si Pastor datang lagi ke gereja, dan benar... pasir tadi ada lagi di depan gerejanya. Kembali ditanyanya semua pekerja gereja, jawabannya sama seperti yang sudah-sudah, yaitu "enggak tahu". Yakinlah si Pastor bahwa ini pasti ulah si beo.
Dengan berangnya dia masuk ke ruang kerjanya dengan membawa kayu, paku dan palu. Ditangkapnya si beo, disalibnya burung nakal itu. Beo itu tentu saja menjerit-jerit, "Bukan saya, enggakkk, enggakkk," Tapi si Pastor tidak peduli. Disalibnya si beo, digantungkannya di dinding dan ditinggalkannya beo tersebut.
Suasana ruang kerja pastor sepi sekali, yang terdengar hanya tangisan si beo. Anda tahu, kan, biasanya di gereja Katholik selalu ada salib di dinding ruangannya. Begitu juga dengan ruang kerja Pastor ini. Beo tersebut menangis dan tidak sengaja ketika dia menoleh ke samping dilihatnya ada salib dengan patung di salib tersebut. Kembali dengan muka innocent-nya, burung beo tersebut bertanya, “Pesan pasir juga ya?”
Banyak orang melecehkan Tuhan Yesus yang tersalib. Disangkanya Tuhan Yesus disalib karena iseng. Beo itu menduga Tuhan Yesus disalib gara-gara pesan pasir seperti dirinya. Banyak orang tidak menghargai pengorbanan nyawa Tuhan Yesus.
Kalau ada masalah di satu kantor dan cukup OB (Office Boy)-nya yang turun tangan mengatasi masalah itu, artinya masalah itu kecil. Masalah kecil, OB saja cukup. Kalau ada masalah lebih besar, mungkin yang perlu turun tangan: Supervisor, Manager, Direktur atau Pres-Dir, bergantung pada kadar beratnya masalah. Kalau Pres-Dir sampai turun tangan, berarti masalahnya besar dan berat serta serius.
Nah, untuk mengatasi masalah dosa, Anak Allah harus turun tangan, turun dari sorga, bahkan mati di salib. Itu artinya, masalah dosa itu begitu seriusnya. Untuk masalah yang serius ini, Bapa di Sorga tidak segan-segan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup baru, hidup yang kekal, hidup berkelimpahan, hidup dengan masa depan yang penuh pengharapan, hidup lebih dari sekedar 'hidup'. Itulah Allah kita! Bapa yang penuh kasih.
Ditulis oleh Hadi Kristadi untuk PENTAS KESAKSIAN
http://pentas-kesaksian.blogspot.com