Saya tidak tahu apakah ini kisah nyata atau tidak, namun ada pelajaran yang sangat bagus untuk kita renungkan bersama.
Seorang petani yang hidupnya pas-pasan, pak Lukas, sedang nongkrong di sebuah warung nasi. Ia makan dengan lauk pauk seadanya, nasi dengan tempe tahu dan sayur asem. Sebelum makan, ia berdoa. Terdengar ia mengatakan, "Terima kasih, Tuhan. Terima kasih banyak untuk tempe tahu ini. Haleluya!" Di dekatnya ada seseorang yang paling kaya di desa itu, pak Indra, makan dengan lauk pauk yang lebih berkualitas : ikan goreng, ayam bakar, cumi bakar dll.
Berkatalah pak Lukas kepada orang-orang lain yang sedang makan di situ.
"Tadi malam saya bermimpi, ih serem deh, orang yang paling kaya di desa kita akan meninggal malam ini!"
"Hah? Apa kata sampean?" tanya pak Indra terkejut.
"Ya, dalam mimpi saya itu tampak orang yang paling kaya di desa kita akan meninggal malam ini!"
"Apa benar?"
"Saya tidak tahu. Itu dalam mimpi saya..."
Pulang dari warung nasi itu pak Indra sangat gelisah. Ia segera mendatangi Puskesmas, check kesehatan. Ia konsultasi dengan dokter, apakah ada penyakit kritis yang dapat membahayakan kesehatan dalam waktu dekat."
"Kesehatan bapak baik-baik saja!" jelas dokter dengan puas.
Tapi pak Indra tidak puas. Ia mendatangi lagi orang pintar di desa itu.
"Pak, bagaimana nasib saya?"
Setelah orang pintar itu meneliti garis tangan, menghitung-hitung hari kelahiran,lalu merapal mantera-mantera, sang dukun bilang:
"Nasib sampean oke oke saja!"
"Maksudnya?"
"Ya, tidak ada keapesan dalam waktu dekat ini!"
"Apa benar?"
"Ya, begitulah yang saya terima berdasarkan wangsit!"
Pak Indra masih gelisah. Ia tidak habis pikir, koq semua orang pandai dan pintar tidak menemukan isyarat kematiannya? Sepanjang hari itu pak Indra gelisah terus. Ia serba salah. Bagaimana sih menghadapi kematian ini? Apa benar ia akan meninggal malam ini? Apakah mimpi pak Lukas benar? Sepanjang malam itu pak Indra tidak dapat tidur. Detik detik kehidupan ini terasa berjalan lambat sekali. Ia menunggu waktu sampai jam 12 malam. Berat sekali menghadapi ketidak-pastian ini. Ia sangat tegang. Apakah malam ini ia akan meninggal?
Jam 12 malam berdentang. Jam 1 dini hari berdentang. Ia masih mendengar jam berbunyi, berarti ia belum meninggal. Ia ikuti perjalanan jam pada malam itu, sampai subuh.
Dengan mata mengantuk ia bangun dan segera keluar rumah, hendak menemui pak Lukas yang kata-katanya penuh kebohongan. Buktinya ia masih sehat wal afiat. Mimpi pak Lukas cuma bunga tidur belaka.
Di datanginya rumah pak Lukas. Ia mengetuk pintu. Di dalam ada kegaduhan. Di dalam ada tangisan. Ia kaget.
"Ada pak Lukas?"
"Bapak saya meninggal tadi malam, Oom!" demikian kata anak perempuan pak Lukas.
"Oh!"
Pak Indra heran. Koq yang meninggal malah pak Lukas? Padahal ia orang pas-pasan, kalau tidak dapat dikatakan orang miskin. Ia bukan orang paling kaya. Sepanjang yang ia ketahui, pak Lukas hanyalah orang yang suka bersyukur. Makan tempe tahu bersyukur. Tinggal di rumah sederhana bersyukur. Memiliki keluarga yang sederhana, ia dapat bersyukur. Apakah pak Lukas dipandang Tuhan sebagai orang yang paling kaya di desa ini karena dalam keadaan apapun ia dapat bersyukur?
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com