Thursday, May 31, 2007

Lolos dari Kerusuhan Sampit (1)

Pemuda ini adalah seorang guru agama, sebut saja namanya Nur, tinggal 17 km dari Sampit, Kalimantan Tengah. Dia adalah seorang pendatang dari sebuah pulau di Jawa Timur. Pada waktu itu dia sangat benci orang Kristen. Dia sering mengerjai orang-orang yang akan berangkat beribadah pada hari Minggu. Lubang-lubang got dibuka dan ditutupi dengan rumput kering atau jerami, sehingga orang yang menginjak lubang itu akan terperosok, memar-memar, keseleo, atau bisa-bisa patah tulang. Kalau melihat orang-orang celaka yang terjebak lubang sehingga tidak jadi beribadah, ia dan teman-temannya sangat puas dan senang sekali. Tidak jarang ia dan teman-teman mengumpulkan batu-batu dan mereka melempari gedung-gedung gereja. Saking fanatiknya, apabila ia tanpa sengaja berkunjung ke rumah seorang kristen, maka ia akan mandi kembang di rumah untuk menyucikan diri.

Nur ini rupanya ingin belajar gitar. Di desa itu ada seorang pria yang mahir sekali bermain dan mengajarkan gitar. Ia berguru gitar sekitar sebulan lamanya dan ia juga mengenal puteri gurunya, Eva. Selama belajar gitar di rumah gurunya, Nur tak menduga bahwa keluarga Eva adalah orang Kristen, karena di rumah itu tak ada tanda salib, atau kalender kristiani yang memuat gambar Tuhan Yesus.

Pada suatu hari Eva, puteri gurunya, mengajak ngobrol serius. Setelah berbasa-basi ngalor ngidul, Eva memberanikan diri bilang, "Mas, saya ini senang sama mas Nur. Eva cinta sama sampean." Nur kaget sekali mendengar pengakuan polos dan spontan dari gadis Dayak ini. Nur tersanjung. Wah, selama ini tak ada gadis yang berani lebih dahulu menyatakan cinta kepada dirinya. Namun, karena gengsi, Nur cuma berkata, "Yah,lihat nanti deh..." Dia tidak berani menanggapi cinta Eva karena ia belum mengenal gadis manis ini.

Beberapa hari kemudian Nur bertemu dengan seorang gadis, yang rupanya adalah kenalan Eva juga. Mereka mengobrol, dan Nur yang ingin kenal Eva lebih lanjut bilang kepada gadis teman Eva ini, "Gimana ya kalo Eva naksir saya?" Temannya kaget, "Lho, 'kan kalian beda agama?" Nur juga kaget karena baru tahu bahwa Eva adalah orang Kristen. Padahal selama ini ia sangat fanatik dan tidak mau berkunjung ke rumah mereka.

Pada kesempatan berikutnya Nur latihan main gitar lagi. Eva juga mencoba mendekati Nur. Ia mencoba meyakinkan Nur bahwa cintanya itu sungguh-sungguh, sehingga ia bilang, "Mas, kalau saya harus meninggalkan iman saya, saya rela asal bisa bersatu dengan mas Nur..." Dengan perkataan Eva ini, Nur mulai luluh hatinya karena ia juga mulai jatuh cinta pada gadis berkulit kuning langsat ini.

Akhirnya mereka menikah di depan penghulu. Eva menyatakan diri memeluk agama suaminya. Mereka membina rumah tangga yang baru dengan penuh harapan dan impian sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Namun kebahagiaan dan bulan madu itu tidaklah berlangsung lama, karena pada suatu hari Nur memergoki Eva menyenandungkan lagu kristiani dan membaca Alkitab.

Nur marah sekali. Nur merasa ditipu. Eva dihajar. Eva dipukuli. Eva ditendangi. Wajah Eva berdarah-darah, sekujur tubuhnya memar. Lehernya sampai kaku dihajar Nur, sehingga kalau Eva mau menengok, ia harus menggerakkan seluruh tubuhnya. Pada hari pertama Nur menghajar Eva dari pukul 12 siang sampai pukul 12 malam. Tiada hari tanpa siksaan. Nur ingin membakar Alkitab yang dibaca Eva, tapi Eva mempertahankan buku itu. Eva bilang, "Eva boleh dihajar, Eva boleh dipukuli, tapi jangan bakar Alkitab ini. Eva boleh disiksa, tapi jangan pisahkan Eva dari Tuhan Yesus. Eva boleh diapain aja, tapi jangan ceraikan Eva...." Eva memang rela membayar harga apapun untuk mempertahankan imannya.

Hari-hari Eva dilalui dalam siksaan dan layaknya rumah tangga itu seperti neraka. Selama 11 bulan kemudian Eva harus menanggung amarah dan kebencian Nur yang merasa tertipu Eva. Keadaan itu berlangsung terus hingga suatu hari di tahun 2001 terjadi kerusuhan etnis di Sampit dan seluruh Kalimantan Selatan. Apa yang terjadi setelah itu? (Bersambung)
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com