Kisah ini dialami oleh Bpk. Pdt. Dr. Danny Tumiwa SH. Pada waktu beliau mendapat beasiswa dari Yamaha untuk belajar gitar di Spanyol ada pengalaman yang menggelikan. Karena dana beasiswa sangat terbatas, maka beliau harus menghemat uang sehingga menu yang sering dimakan adalah sup, misalnya sup tali gitar (sup dengan isi spageti) dan coca cola saja. Bahkan kadang-kadang harus menyantap sup yang lebih murah, yaitu sup aneka rasa. Ternyata sup ini dibeli restoran murah meriah dari restoran-restoran lain pada malam sebelumnya, semua sup itu dicampur jadi satu di dalam tong besar. Sup ini dihidangkan dengan roti yang keras banget. Para pelanggan duduk di meja panjang dan harus hati-hati menjaga roti dan sup itu, karena para tamu di sebelah kiri kanan tega menyikat sup atau roti yang tak dijaga. Pada waktu pertama menyantap roti keras itu, Pak Danny Tumiwa langsung saja menggigit roti itu. Dicoba-coba roti itu tidak tergigit sehingga temannya tertawa kegelian. "Bukan begitu caranya makan roti ini! Celupkan dulu ke dalam sup, baru dimakan," kata temannya menjelaskan.
Setelah itu Pak Danny jalan-jalan ke kebun binatang. Ia bawa roti keras itu untuk mengerjai monyet. Ia lemparkan roti itu ke arah monyet yang segera menangkap roti dengan sigap. "Rasain lu!" kata Pak Danny dalam hati, ingin melihat monyet yang akan dikerjainya. Yang mengagetkan, sang monyet membawa lari roti itu, mencari tempat air, lalu mencelupkan roti itu terlebih dulu, baru memakan roti itu. Pak Danny terhenyak, "Koq monyet itu lebih 'lihai' dari pada diriku?" Ia jadi malu sendiri. Binatang itu seringkali menunjukkan kecerdikannya.
Ngomong-ngomong soal hikmat binatang, kita harus banyak belajar dari mereka. Kalau dipikir-pikir, siapa yang mengajari monyet itu untuk mencelupkan roti lebih dulu ke air? Siapa yang mengajar semut-semut untuk bergotong-royong membawa makanan ke sarang? Siapa yang mengajar lebah untuk mencari madu? Siapa yang mengajar rayap untuk membangun sarangnya sehingga orang modern meniru tata bangunan sarang rayap yang ventilasinya begitu mengagumkan sehingga sarang itu memiliki suhu ruangan yang stabil?
Ada kisah-kisah lain tentang binatang yang menunjukkan kebodohan mereka. Diantaranya adalah tentang ulat. Ada seorang peneliti yang membuat percobaan begini. Di dalam suatu wadah bundar diletakkan ulat-ulat yang berjalan melingkar. Ulat yang satu diletakkan tepat di belakang ulat di depannya, sehingga rangkaian ulat itu berjalan mengitari wadah bundar itu. Ulat-ulat itu berjalan mengikuti ulat-ulat di depannya. Karena melingkar, ulat-ulat itu saling membuntuti. Apa yang terjadi kemudian? Tanpa henti ulat-ulat saling mengikuti sama lain. Jam demi jam mereka berjalan berputar-putar. Sementara itu di tengah wadah itu diletakkan makanan bagi ulat itu. Karena konsentrasi ulat hanyalah berjalan membuntuti ulat di depannya, makanan di tengah wadah ini tak dilirik sama sekali. Ulat-ulat itu terus berjalan tak henti, terus dan terus, sampai mereka mati satu satu. Alangkah bodohnya ulat-ulat ini! Apakah ada diantara kita yang seperti ulat itu? Ikut-ikutan saja?
Posted by Hadi Kristadi for: http://pentas-kesaksian.blogspot.com