Seorang teman yang baru saya kenal, sebut saja namanya Benny, bertanya kepada saya, “Memangnya sekarang ini kalau kita bersalah langsung ditegur?”
“Ada apa sih?”
“Begini yang saya alami, ketika saya merokok lagi, langsung anak saya sakit typhus, lalu saya kena sakit perut yang aneh. Sakit ini sudah berlangsung tiga bulan sampai saat ini. Gara-garanya saya membeli sebungkus rokok, isi 12, yang 11 saya buang, yang satu saya isap. Sejak itu saya kena sakit perut hebat, mual-mual, dan anak saya sakit. Padahal anak saya waktu itu harus segera ke New Zealand, kuliah Kedokteran di sana.”
“Wah, kalau Tuhan langsung tegor bapak,” saya bilang, “itu artinya bapak disayang Tuhan! Soalnya, ‘kan banyak anak Tuhan yang tetap merokok dan dibiarkan terus sampai mati kena sakit kanker paru-paru.”
“Ya, saya ‘kan cuma mengisap sebatang. Itupun paling sekali dalam tiga bulan.”
“Coba, pak Benny. Kalau bapak setia selama 360 hari kepada isteri, tapi 5 hari selingkuh, gimana? Selingkuh satu haripun akan jadi masalah kan? Lagian, kalau bapak tetap merokok, bapak tidak akan betah tinggal di sorga nantinya, karena di sorga tidak ada yang jual rokok.”
“Jadi, gimana, sudah tobat dengan rokok?”
“Ya, sudah. Tapi kalau sudah sembuh, saya bisa beli satu bungkus isi 12 dan yang sebelas saya buang, tapi yang satu diisap lagi. Padahal saya tahu, tubuh ini adalah bait Allah. Saya pernah beli rokok di Singapura, sudah mahal, kita disodori gambar atau foto orang yang kena sakit kanker paru-paru. Saya tahu semua itu, tapi saya susah berhenti merokok.”
“Ya, itu namanya tobat cabe, tobat waktu kepedasan, sesudah itu kumat lagi ya?”
“Nah, gimana caranya supaya tobat total?”
Seorang teman lain yang juga ikut dalam percakapan ini dan punya pengalaman yang sama, berkata, “Pak Benny, dulu saya juga perokok seperti bapak. Jatuh bangun untuk berhenti merokok itu. Saya pernah ditumpangi tangan oleh hamba-hamba Tuhan yang terkenal untuk berhenti merokok. Tapi tidak ada yang mempan. Sampai seseorang bilang kepada saya, ‘Lu kudu benci ama rokok!’ Sejak saat itu saya menetapkan hati untuk membenci rokok. Saya membenci bau asap rokok. Hati saya tidak suka bau rokok. Sejak itu, puji Tuhan, saya dapat berhenti merokok sampai saat ini. Sekarang ini kalau saya berdekatan dengan orang yang merokok, saya tidak tahan, saya pusing dan mual.”
Setelah itu kami mendoakan pak Benny agar ia terlepas dari keterikatan pada rokok dan kiranya Tuhan menyembuhkan sakit perut dan lambungnya.
Posted by Hadi Kristadi for http://pentas-kesaksian.blogspot.com