Seorang hamba Tuhan terkenal mengaku bahwa pada awalnya dia tidaklah fasih berkhotbah. Bahkan suatu saat ia merasa bahwa khotbahnya di dalam suatu kebaktian sangat membosankan, jelek. Ia melihat pada waktu itu jemaat sudah gelisah dan tampak tidak mengerti apa pesan Tuhan. Sepulang dari ibadah itu sang hamba Tuhan sangat kecewa, 'down' dan merasa tidak menjadi berkat bagi orang lain.
Beberapa waktu kemudian ia bertemu dengan seorang pemuda yang ia tidak kenal.
"Pak, ingat tidak, saya pernah mendengar khotbah bapak di gereja anu?"
"Memangnya kenapa?"
"Karena khotbah bapak, saya sekarang telah mantap belajar di Sekolah Tinggi Teologia!"
"Koq bisa?"
"Ya, pada waktu mendengar khotbah itu saya berpikir begini, 'Pendeta ini khotbahnya begini jelek saja berani naik mimbar.' Maka saya yang semula tidak pede (percaya diri), saya jadi bersemangat dan segera mendaftar ke STT. Terima kasih banyak, pak, karena bapak telah menolong saya."
Karena hamba Tuhan ini telah mendengar bahwa khotbahnya yang jelek telah memberkati orang lain, ia masih bisa bersyukur Tuhan masih mau memakai khotbah itu untuk menguatkan seseorang.
Seringkali orang tidak 'pede' untuk melakukan sesuatu dalam melayani Tuhan dan sesama karena takut atau khawatir pelayanannya mengecewakan. Namun kita tahu, bahkan khotbah jelek saja dapat digunakan Tuhan untuk membawa seseorang ke dalam destiny-nya. Memang dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita dalam pelayanan tidaklah sia-sia. Posted by: Hadi Kristadi for: http://pentas-kesaksian.blogspot.com